Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba
BAB 4
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA
ALLAH
DAN KHALIFAH ALLAH
Kewajiban
manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban
manusia
dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam hidupnya manusia
tidak
lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan
adanya
hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan
khaliknya.
Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan
kepada
yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang
maha
kuasa,
yang maha perkasa, yang maha bijaksana, yang maha sempurna, ialah allah
rabbul’alamin,
Allah Tuhan yang Maha Esa.
Kebahagian
manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridho allah. Dan untuk
itu
Allah
memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya. Maka untuk
mencapainya
kebahagian dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus mengikuti
ketentuan-ketentuan
dari allah SWT. Apa yang telah kita terima dari allah SWT. Sungguh ak
dapat
dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya. Dan kalau kita mau
menghitung-
hitung
nikmat dari Allah, kita tidak dapat menghitungnya, karena terlalu amat sangat banyaknya.
Secara
moral manusiawi manusia mempunyai kewajiban Allah sebagai khaliknya, yang telah
memberi
kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Jadi
berdasarkan hadits AL-Lu’lu uwal kewajiban manusia kepada Allah pada garis
besar
besarnya
ada 2 :
1) mentauhidkan-Nya
yakni tidak memusyrik-Nya kepada sesuatu pun.
2)
beribadat kepada-Nya
Orang
yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan
diberi
pahala
dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus
kali lipat
bahkan
dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia
TANGGUNG
JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH ALLAH
Sebagai
seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak boleh hanya untuk kepentingan diri
pribadi
dan tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri saja. Oleh karena itu semua
yang
dilakukan
harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan hamba Allah, serta pertanggung
jawabannya
pada tiga instansi, yaitu :
1. Pertanggung
jawaban pada diri sendiri.
2. Pertanggung
jawaban pada masyarakat.
3. Pertanggung
jawaban pada Allah.
Tanggung
Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah
Makna
yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan.
Ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang dicerminkan
dalam
ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Sebagai
hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq;
menaati
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan
manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan
tuannya.
Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya.
Demikianlah,
karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah
kepada
Allah dengan ikhlas sepenuh hati .
الْقَيِّمَةِ
دِينُ وَذَلِكَ الزَّكَاةَ تُوا وَيُؤْ الصَّلاةَ وَيُقِيمُوا حُنَفَاءَ الدِّينَ لَهُ
مُخْلِصِي اللَّهَ لِيَعْبُدُوا إِلا أُمِرُوا وَمَا
Artinya
“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan
kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat
dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." – (QS.98:5)
Tanggung
jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki
dan bersifat
fluktuatif
(naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu
wayanqushu (terkadang
bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Seorang
hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga . tanggung jawab
terhadap
keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena
memelihara
diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Oleh karena
itu
dalam
al-qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah
dirimu dan
keluargamu
dengan iman, dari neraka).
Tanggung
Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah
Sebagai
makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harusdipertanggung jawabkan
dihadapan-Nya.
Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah tugas kekhalifahan,
yaitu
tugas kepemimpinan; wakil Allahdi muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia menjadi khalifah,
berarti
manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan
yang diberikan kepadamanusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya
mengolah
danmendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai
dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.
Kekuasaan
manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang
telah digariskan
oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukumTuhan baik yang tertulis dalam kitab
suci
(al-qaul), maupun yang tersirat dalamkandungan pada setiap gejala alam semesta
(al-kaun).
Seorang
wakil yangmelanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkarikedudukan
dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya.Oleh
karena
itu dia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaankewenangannya dihadapan
yang diwakilinya,
sebagaimana firman Allah dalamsurat fathir : 39.
مَقْتًۭا
إِلَّا رَبِّهِمْ عِندَ هُمْ كُفْرُ ينَ ٱلْكَٰفِرِ يَزِيدُ وَلَا كُفْرُهُ فَعَلَيْهِ
كَفَرَ فَمَن ٱلْأَرْضِ فِى خَلَٰٓئِفَ جَعَلَكُمْ ٱلَّذِى هُوَ
خَسَارًۭا
إِلَّا كُفْرُهُمْ ٱلْكَٰفِرِينَ يَزِيدُ وَلَا
Artinya
: “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa
yang
kafir,
maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang
yang
kafir
itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan
kekafiran
orang-orang
yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Ketika
memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan
penting
yang
diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
Pertama,
memakmurkan bumi (al ‘imarah).
Yakni
dengan mengexploitasi alam dengan sebaik-baiknya dengan adil dan merata dengan
tetap
menjaga
kekayaan agar tidak punah, supaya generasi berikutnya dapat melanjutkan
exploitasi
itu.
Kedua,
memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar
ri’ayah).
Melihara
bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya
sebagai
SDM
(sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan
menghancurkan
alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan
sangat
potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Dua
peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah dan‘abdun merupakan
keterpaduan
tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan
kreatifitas
dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran.
Dua sisi
tugas dan tanggungjawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa.
Apabila
terjadi ketidakseimbangan,
maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat
manusia
meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti firman Allah
تَقْوِيمٍأَحْسَنِفِي
الإنْسَانَ خَلَقْنَا لَقَدْ
Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya." –
(QS.95:4)
0 komentar:
Posting Komentar