KOMPETENSI INTI DAN STRATEGI BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN
Pertemuan
14
BAB 14
KOMPETENSI INTI DAN STRATEGI BERSAING DALAM
KEWIRAUSAHAAN
1. Kompetensi
Inti Kewirausahaan
Menurut
Collin Montgomery (1995: 5), strategi perusahaan
adalah cara-cara perusahaan untuk menciptakan suatu nilai melalui konfigurasi dan
koordinasi aktivitas multipemasaran. Oleh karena itu, salah satu tugas manajemen
strategis adalah menciptakan laba yang bisa dipergunakan sebagai sumber dana untuk
investasi dan meningkatkan manfaat bagi pemilik kepentingan.
Menurut
Albert Widjaja (1993), laba perusahaan masih merupakan tujuan yang kritis dan menjadi
ukuran keberhasilan, tetapi bukan tujuan akhir dari suatu perusahaan. Teori ekonomi
mikro neoklasik dari mazhab Austria, dikemukakan bahwa perusahaan bias memperoleh
keuntungan bila memiliki keunggulan yang unik untuk menghindari persaingan sempurna.
Menurut Schumpeter (1934), keuntungan tersebut hanya bias diciptakan dari penemuan
yang dilakukan para wirausaha. Menurut Ricard A. D’Aveni (1994: 253), penemuan para
wirausaha merupakan hasil dari proses kreatif yang dinamis dari para pencipta yang
berusaha menciptakan ketidakseimbangan pasar.
Michael
Porter (1980) yang terkenal dengan strategi bersaingnya mengemukakan bahwa perusahaan
harus daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-menawar yang kuat dalam persaingan.
Mnurut teori strategi dinamis dari Porter (1991), perusahaan dapat mencapai kebehasilan
bila tiga kondisi dipenuhi, yaitu:
Pertama, tujuan perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen
(seperti produksi dan pemasaran) harus secara kolektif memperhatikan posisi terkuat
dipasar.
Kedua, tujuan dan kebijakan tersebut ditumbuhkan berdasarkan
kekuatan perusahaan serta diperbarui terus (dinamis) sesuai dengan perubahan peluang
dan ancaman lingkungan eksternal.
Ketiga, perusahaan harus memiliki dan mengenali kompensi
khusus sebagai pendorong untuk menjalankan perusahaan, misalnya dengan reputasi
merek dan biaya produksi yang rendah.
Oleh
sebab itu, menurut Mintzberg (1990) dalam teori ”design school” perusahaan harus mendasain strategi yang cocok antara
peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang memadai dan berpedoman
pada pilihan alternative dari “strategi besar” , yang kemudian didukung dengan menumbuhkan
kapabilitas inti yang merupakan kompensi khusus dari pengolahan sumber daya perusahaan.
Inti
dari teori kompetensi inti sebenarnya sering dikemukakan para ahli seperti Gary
Hamel dan C.K. Prahalad dalam karyanya “Competing
for the Future” (1994), mengemukakan beberapa definisi kompetensi inti sebagai
berikut:
1) Kompentensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan
dalam serangkaian produk atau jasa.
2) Kompetensi adalah sekumpulan keterampilan
dan teknologi yang dimiliki perusahaan untuk dapat bersaing.
3) Kompetensi inti adalah keterampilan yang memungkinkan
perusahaan memberikan manfaat fundamental kepada pelanggan.
4) Suber-sumber kompetensi secara kompetitif
merupakan ssuatu keunikan bersaing dan memberikan kontribusi terhadap nilai dan
biaya konsumen.
Menurut
Mahoney dan Pandian (1992), untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan
krisis eksternal, perusahaan kecil dapat menggunakan teori “ strategi berbasis sumber
budaya” yang dikutip juga oleh Schoemaker (1980), menyebutkan bahwa pusat perhatian
perusahaan dalam menciptakan keunggulan daya saing untuk mencari keuntungan besar
yang dikemukakan Porter (1985) merupakan strategi jangka pendek dan statis, karena
untuk memperoleh keuntungan yang berkesinambungan yang diperlukan adalah daya saing
jangka panjang. Untuk meraih keuntungan yang berkesinambungan, perusahaan harus
berusaha mencari dan menumbuhkan kapabilitas khusus dari semua sember daya yang
mungkin belum dimanfaatkan secara optimal dan dapat diubah menjadi peluang produktif
yang unik, diantaranya melalui pencairan ide-ide yang baru atau wawasan manajemen
yang lebih luas secara terus-menerus. Menurut teori ini, perusahaan dapat memperoleh
keuntungan melaui penggunaan sumber daya yang lebih baik, yaitu dengan:
1) Pola organisasi dan administrasi yang baik.
2) Perpaduan asset fisik berwujud seperti sumber
daya manusia dan alam, serta asset tidak berwujud seperti kebiasaan berfikir kreatif
dan keterampilan manajerial.
3) Budaya perusahaan.
4) Proses kerja dan penyesuaian yang cepat atas
tuntutan baru.
Dari
teori berbasis sumber daya tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam konteks persaingan
bebas seperti saat ini, para wirausaha harus menggunakan strategi pengelolaan usahanya.
Untuk itu perusahaan harus mengguanakan sumber daya internal dengan mengarah pada
keahlian khusus yang dapat menciptkan produk yang unggul untuk memperbesar pangsa
produksi produk konsumen akhir.
Menurut
Grant (1991) yang dikutip oleh Albert Wijaya (1994), terdapat langkah yang dapat
digunakan untuk mengembangkan strategi berbasis sumber daya, diantaranya:
1) Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sumber
daya. Sumber daya tersebut berupa:
Teknologi.
Kapabilitas karyawan.
Paten dan merek.
Kemampuan keuangan.
Kecanggihan pemasaran.
Pelayanan pelanggan.
2) Mengidentifikasi dan mengevaluasi kemampuan
atau kapabilitas. Kapabilitas dapat diartikan sebagai apa yang dapat dilakukan oleh
perusahaan melalui kerja sama tim untuk mengembangkan sebagai sumber daya yang dimiliki
perusahaan. Kapabilitas itu mengintregasikan ide baru, keterampilan, dan pengetahuan
lain yang menjadi kunci berfikir kreatif.
3) Menyortir dan mengembangkan kapabilitas utnuk
diterapkan di pasar guna mencapai keuntungan tinggi secara kesinambungan yang sulit
ditiru atau disaingi. Pada tahap ini kapabilitas perlu dipelihara dalam hal:
Daya tahan, yaitu perlu untuk terus diperbharui
atau dimodifikasi dengn mencari pengetahuan dan ide-ide baru.
Tidak boleh transparan, yaitu dengan mengembangkan
kapabilitas yang beragam dan tidak menggantungkan salah satu sumber kapabilitas
sehingga sulit diamati atau direkontruksi oleh orang lain.
4) Memformulasikan strategi pengembangan sumber
daya inti dn kapabilitas seefektif mungkin pada semua kegiatan manajemen. Sementara
itu, perusahaan harus mempelajari perkembangan manajemen dan kemungkinan-kemungkinan
masa depan untuk mempertahankan daya saing perusahaan secara berkesinambungan.
2. Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan
Dalam
manajeen strategis yang baru, Minztberg mengungkapkan 5P yang sama artinya dengan
strategi, yaitu perencanaan, pola, posisi, persfektif, dan permainan atau taktik.
Strategi
adalah Perencanaan
Konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan,
arahan atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai tujuan dimasa depan. Akan
tetapi, tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa depan yang belum dilaksanakan.
Strategi juga menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya
pola-pola prilaku bisnis yang telah dilakukan dimasa lampau.
Strategi
adalah Pola
Menurut Minztberg, strategi adalah pola, yang selanjutnya
disebut sebagai intended strategy, karena
belum terlaksana dan berorientasi ke masa depan, atau disebut jugarealized strategy karena sudah dilakukan
oleh perusahaan.
Strategi
adalah Posisi
Defiisi strategi ketiga menurut Menztberg merupakan
strategi adalah posisi, yaitu memosisikan produk tertentu ke pasar tertentu. Strategi
ini cenderung melihat kebawah, yaitu ke satu titik bidik dimana produk tertentu
bertemu dengan pelanggan, dan melihat keluar yaitu meninjau berbagai aspek lingkungan
eksternal.
Strategi
adalah Persfektif
Jiak dalam P kedua dan ketiga cenderung melihat
kebawah dan keluar, maka sebaliknya dalam persfektif cenderung melihat kedalam,
yaitu kedalam organisasi, dan keatas, yaitu melihat visi utama dari perusahaan.
Strategi
adalah Permainan
Strategi adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya
lawan atau pesaing. Suatu merek, misalnya meluncurkan merek kedua agar posisinya
tetep kukuh dan tidak tersentuh karena merek-merek pesaing akan sibuk berperang
melawan merek kedua tadi.
A. Teori Strategi Generik dan Keunggulan Bersaing
Dalam karyanya yang paling terkenal Competitive Strategy, Michael P. Porter (1997
dan 1998) memungkapkan beberapa strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk dapat bersaing.
Beberapa aspek inti dari teori Porter tersebut adalah:
1. Persaingan merupakan inti keberhasilan dan
kegagalan. Hal ini berarti bahwa keberhasilan atau kegagalan bergantung pada keberanian
perusahaan untuk dapat bersaing. Tanpa berani bersaing, keberhasilan tidak mungkin
dapat diperoleh.
2. Keunggulan bersaing berkembang dari nilai
yang mampu diciptakan oleh perusahaan bagi langganan atau pembeli. Keunggulan bersaing
menyangkut bagaimana suatu perusahaan benar-benar menerapkan strategi generiknya
dalam kegiatan praktis.
3. Ada dua jenis keunggulan bersaing, yaitu biaya
rendah dan diferensiasi. Perusahaan yang berhasil dengan strategi biaya rendah memiliki
kemampuan dalam mendesain produk dan pasar yang lebih efesien dibandingkan pesaing.
Sedangkang diferensiasi adalah kemampuan
untuk menghasilkan barang dan jasa unik serta memiliki nilai lebih bagi pembeli
dalam bentuk kualitas produk, sifat-sifat khusus, dan pelayanan lainya.
4. Kedua jenis dasar keunggulan bersaing diatas
menghasilkan tiga strategi generik (Porter, 1997: 11-13), yaitu:
a) Biaya
rendah, strategi ini mengandalkan keunggulan biaya yang relative rendah dalam
menghasilkan arang dan jasa. Keunggulan biaya berasal dari:
Pengerjaan bersekala ekonomis
Teknologi milik sendiri
Akses preferensi ke bahan baku
b) Deferensiasi,
strategi ini berasal darikemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan
jasa yang unik dalam industrinya dan dalam semua dimensi umum yang dapat dihargai
oleh konsumen. Deferensiasi dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain:
Deferensiasi produk
Deferensiasi system penyerahan/ penyampaian
produk
Deferensiasi dalam pendekatan pemasaran
Deferensiasi dalam peralatan dan kontruksi
Deferensiasi dalam citra produk
c) Focus,
strategi focus berusaha mencari keunggulan dalam segmen sasaran pasar tertentu
meskipun tidak memiliki keunggulan bersaing secara keseluruhan. Terdapat dua focus,
yaitu:
Focus biaya, dilakukan dengan mengusahakan
keunggulan biaya dalam segmen sasaranya.
Focus deferensiasi, dilakukan dengan mengusahakan
deferensiasi dalam segmen sasaranya, yaitu pembeli dengan pelayanan paling baik
dan berbeda dengan yang lainya.
B. Strategi
The New 7-S’s(D’Aveni)
Untuk
menghadapi kodisi yang semakin dinamis seperti sekarang ini, Richard A. D’Aveni
(1994: 243) mengemukakan suatu ide dasar bahwa perusahaan harus menekankan strategi
yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti, pengetahuan, dan keunikan asset
tidak berwujud untuk menciptakan keunggulan. Oleh karena itu, D’Aveni mengajukan
tujuh kunci keberhasilan perusahaan dalam lingkungan persaingan yang sangat dinamis
yang dikenal dengan “The New 7-S’s”. Konsep
ini meliputi pokok-pokok dasar sebagai berikut:
1. Superior
Stakeholder Satisfaction. Strategi yang pertama dari konsep ini bertujuan memberikan
kepuasan jauh diatas rata-rata kepada orang-orang yang berkepentingan terhadap perusahaan,
tidak hanya memegang saham, namun juga pemasok, karyawan, manajer, konsumen, pemerintah,
dan masyarakat sekitarnya. Dengan memberi kepuasan kepada setiap pemilik kepentingan
tersebut, maka kinerjanya perusahaan akan semakin tinggi.
2. Soothsaying.
Strategi yang kedua ini berfokus pada sasaran, artinya perusahaan harus mencari
posisi yang tepat bagi produk dan jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
3. Positioning
for Speed. Strategi ketiga adalah strategi dalam memosisikan perusahaan secara
cepat di pasar. Perusahaan harus segera mengomunikasikan produk yang dihasilkan
ke pasar agar segera dikenal konsumen.
4. Positioning
for Surprise. Strategi keempat adalah membuat posisi yang mencengangkan melaui
barang dan jasa-jasa baru yang lebih unik dan berbeda serta memberikan nilai tambah
baru sehingga konsumen lebi menyukai barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
5. Shifting
the Role of the Game. Strategi kelima adalah mengubah pola-pola persaingan perusahaan
yang dimainkan sehingga pesaing terganggu dengan pola-pola baru yang berbeda.
6. Signaling
Strategic Intent. Strategi keenam adalah mengutamakan perasaan. Kedekatan dengan
para karyawan, relasi, dan konsumen merupakan strategi yang ampuh untuk meningkatkan
kinerja perusahaan.
7. Simultanous
and Squential Strategic Thrusts. Strategi ketujuh adalah mengembangkan factor-faktor
pendorong atau penggerak strategi secara simultan dan berurutan melalui penciptaan
barang dan jasa yang selalu memberi kepuasan kepada konsumen.
Kunci
utama The new 7-S’s adalah menggunkan
inisiatif untuk merebut persaingan. Menurut D’Aveni, The New 7-S’s menyangkut penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda untuk
masa yang akan dating. Strategi ini dimaksudkan untuk membatasi strategi dinamis
yang dimiliki oleh pesaing. Tujuan dari The
New 7-S’s adalah menciptakan gangguan melalui penciptaan keunggulan-keunggulan
baru yang berkesinambungan.
0 komentar:
Posting Komentar