Kamis, 07 Maret 2019

KARAKTERISTIK DAN NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN


Pertemuan 3

BAB 3
KARAKTERISTIK DAN NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN

2.1 Definisi Kewirausahan
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa Inggris. Kata entrepreneurship sendiri berawal dari bahasa Perancis, yaitu ‘entreprende’ yang berarti petualang, pencipta dan pengelola usaha. Istilah tersebut diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini makin popular setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya-sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke produktivitas  yang lebih ingi dan menghasilkan banyak lagi (Suwartoyo,1992).
Ketika teori ekonomi memasuki masa neoklasikal, peran wirausaha tidak lagi mendapat perhatian khusus. Wirausaha saat itu hanya dianggap sebgai factor produksi yang tergolong tetap (fixed factor), di mana pemusatan teori saat itu berada pada pengelolaan sumber daya (Eatwell et. al., 1988).
Bebarapa definisi lain tentang kewirausahaan diantaranya sebagai berikut:
Maggil (1991)
Wirausaha melakukan suatu proses yang disebut dengan ‘creative destruction’ terhadap keseimbangan pasar. Inovasi yang diciptakan oleh wirausaha akan menghancurkan keseimbangan yang terdapat pada pasar untuk kemudian menciptakan keseimbangan baru dengan keuntungan-keuntungan atas inovasi tersebut.
Raymond W.Y Kao (1995)
Kewirausahaan merupakan suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi ). Tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Sedangkan wirausaha mengacu pada orang yang melaksanakan proses penciptaan
kesejahteraan /kekayaan dan nilai tambah, melalui penelusuran dan penetasan gagasan tersebut menjadi realitas.
Faisal Afif (2001)
Wirausaha pada hakikatnya bukan saja semata-mata masuk dalam wilayah bisnis/ekonomi, namun telah meluas ke bidang public (nonbisnis) seperti politik dan pemerintah. Alasannya, karena secara kontekstual dunia entrepreneur berisi wilayah tak bertuan yang belum pernah dijamah, asing dan pola dinamikanya belum memiliki keteraturan.
Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk  :
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
(2) memperkenalkan metoda produksi baru,
(3) membuka pasar yang baru (new market),
(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau
(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Harvey Leibenstein (1968,1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.
Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.

2.2 Karakter, Ciri Umum, dan Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan
2.2.1    Karakteristik Kewirausahaan

               M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7) mengemukakan delapan karakteristik kewirausahaan sebagai berikut :
Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan selalu mawas diri.
Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi.
Confidence in their ability to success, yaitu memiliki kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan.
Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik dengan segera.
High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
Skill at organizing, memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
Value of achievement over money, lebih menghargai prestasi daripada uang.

2.2.2    Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan
Memiliki Motif Berprestasi Tinggi
                        Seorang wirausaha selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha optimal untuk menghasilkan nilai maksimal. Artinya, wirausaha melakukan sesuatu hal secara tidak asal-asalan, sekalipun hal tersebut dapat dilakukan oleh orang lain. Nilai prestasi merupakan hal yang justru membedakanantara hasil karyanya sebagai wirausaha dengan orang lain yang tidak memiliki jiwa kewirausahaan.
Memiliki Perspektif ke Depan
                        Arah pandangan seorang wirausaha juga harus berorientasi ke masa depan. Perspektif seorang wirausaha akan dapat membuktikan apakah ia berhasil atau tidak. Indicator-indikatornya dapat dilihat dari contoh berikut :
Sony Sugema, tokoh wirausaha yang sukses melalui lembaga bimbingan belajar, mampu menangkap berbagai peluang di masa depan dengan menerapkan motto “The Fastes Solution” yang sebelumnya tidak langsung dipercaya, ternyata setelah dicoba menjadi popular di mana-mana.
Akio Morita, pendiri dan pemilik Sony Corp. menciptakan “Walkman” dari hasil perspektifnya terhadap masa depan, yaitu impiannya untuk menciptakan sebuah tape recorder yang dilengkapi dengan headphones dan berbentuk kecil sehingga mudah dibawa kemanapun.

Memiliki Kreatifitas Tinggi
seorang wirausaha umumnya memiliki daya kreasi dan inivasi yang lebih nonwirausaha. Hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain sudah terpikirkan olehnya dan wirausaha mampu membuat hasil inovasinya menjadi permintaan, contohnya : Menjelang tahun 2000, ada sekelompok ornag yang menjad kaya raya karena hasil menjual “tha millennium bug”. Puluhan juta dolar bergulir di industry computer dan teknologi hanya karena ide ini. Peranti lunak baru, jasa konsultasi teknologi computer, bahkan Hollywood pun berhasil membuat ide ini menjadi industry hiburan yang menghasilkan puluhan juta dolar.
Memiliki Sifat Inovasi Tinggi
Seorang wirausaha harus segera menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi untuk mengembangkan bisnisnya. Jiak impian dan tujuan hidup merupakan fondasi bangunan hidup dan bisnis, maka inovasi dapat diibaratkan sebagai pilar-pilar yang menunjang kukuhnya hidup dan bisnis. Impian saja tidak cukup. Impian harus senantiasa ditunjang oleh inovasi yang tiada henti sehingga bangunan hidup dan bisnis menjadi kukuh dalam situasi apa pun, entah badai kesulitan ataupun tantangan. Setiap fondasi baru yang dibuat harus ditunjang oleh pilar-pilar bangunan sebagai kerangka pengembangan, kemudian diikuti dengan manajemen produk, manajemen konsumen, manajemen arus kas, system pengendalian, dan sebagainya. Inovasi adalah kreatifitas yang diterjemahkan menjadi sesutau yang di implementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki.

Memiliki Komitmen terhadap Pekerjaan
            Menurut Sony Sugema, terdahap tiga hal yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha yang sukses, yaitu mimpi, kerja keras, dan ilmu.
Ilmu disertai kerja keras namun tanpa impian bagaikan perahu yang berlayar tanpa tujuan. Impian disertai ilmu namun tanpa kerja keras seperti seorang pertapa. Impian disertai kerja keras, tanpa ilmu, ibarat berlayar tanpa nakhoda, tidak jelas arah yang akan dituju. Sering kali orang berhenti diantara sukses dan kegagalan. Namun, seorang wirausaha harus menancapkan komitmen yang kuat dalam pekerjaannya, karena jika tidak akan berakibat fatal terhadap segala sesuatu yang telah dirintisnya.
Memiliki Tanggung Jawab
Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak terlepas dati tuntutan tanggung jawan. Oleh karena itulah komitmen sangat diperlukan dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan taggung jawab. Indicator orang yang bertanggung jawab adalah berdisiplin, penuh komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan konsisten, misalnya :
Staff bagian keuangan malas membuat laporan rutin secara tepat waktu sehingga menyulitkan pengukuran kinerja perusahaan.
Pengusaha merekayasa laporan keuangan untuk menghindari pembayaran pajak sesuai dengan peraturan.

Memiliki Kemandirian
Orang yang mandiri adalah orang tidak suka mengandalkan orang lain namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri. Intinya adalah kepandaian dalam memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur oleh orang lain.
Untuk menjadi seorang wirausaha mandiri, haus memiliki berbagai jenis modal. Ada tiga jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu :
Sumber daya internal calon wirausaha, misalnya kepandaian, keterampilan, kemampuan menganalisa dan meghitung resiko serta keberanian atau visi jauh ke depan.
Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal kerja, jaringan sosial serta jalur permintaan, penawaran, dan lain sebagainya.
Faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan.
Seorang calon wirausaha harus menghitung dengan seksama apakah ketiga sumber daya ini dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika factor-faktor tersebut dapat dimiliki, maka ia akan merasa optimis dan boleh berharap bahwa impiannya dapat menjadi kenyataan.

Memiliki Keberanian Menghadapi Risiko
Seorang wirausaha harus berani menghadapi risiko. Semakin besar risiko yang dihadapinya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan. Berani mengambil risiko yang telah diperhitungkan sebelumnya merupakan kunci awal dalam dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap risiko yang akan diambil. Risiko yang diperhitungkan dengan baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Inilah factor penentu yang membedakan wirausaha dengan manajer. Wirausaha akan lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, sedangkan manajer dibutuhkan dalam mengatur perusahaan. Inti dari tugas manajer adalah berani mengambil dan membuat keputusan untuk meraih sukses dalam mengelola sumber daya, sedangkan inti kewirausahaan adalah berani mengambil risiko untuk meraih peluang.
Selalu Mencari Peluang
Seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam persperktif atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan ia juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya piawai dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi perusahaan. Semakin tinggi kemampuan seorang wirausaha dalam mengerjakan berbagai tugas sekaligus, semakin besar pula kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber daya produktif. Seorang wirausaha senantiasa belajar, belajar dan belajar.
Bila kita berfikir kreatif, sesungguhnya masih banyak rahasia yang harus dipecahkan oleh umat manusia dalam kehidupan ini melalui pengalaman dan pencarian yang tiada henti akan kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini adalah bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan adalah bagian dan proses alami untuk membantu kita dalam belajar, berubah, dan bertumbuh ke arah yang lebih baik.
2.2.3    Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan
                                  
Nilai-nilai kewirausahaan di atas identic dengan system nilai yang melekat pada system nilai manajer. Seperti dikemukakan oleh Andreas A. Danandjaja (1986), dan Sidharta Poespadibrata (1993), dalam system nilai manajer terdapat dua kelompok nilai, yaitu: 1) sitem nilai pribadi 2) system  nilai kelompok atau organisais. Dalam system nilai pribadi terdapat empat jenis system nilai, yaitu (1) nilai primer pragmatic, (2) niali primer moralistic, (3) Nilai primer efektif dan (4) nilai baruan. Dalam system nilai primer Pragmatik  terkandung beberapa unsur diantaranya perencanaan, prestasi, produktivitas, kemampuan kecakapan, kreativitas, kerja sama, dan kesempatan. Sedangkan dalam nilai moralistic terkandung unsur-unsur keyakinan, jamianan, martabat, pribadi, kehormatan, dan ketaatan.
Dalam kewirausahaan, system nilai primer pragmatic tersebut dapat dilihat dari watak, jiwa, dan prilaku, misalnya selalu bekerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil resiko, produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen dan kemampuan mencari peluang, selanjutnya nilai moralistic meliputi keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama, kejujuran, keteladanan dan keutamaan.
Sujuti Jahya (1997), membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut dalam dua dimensi nilai berpasangan, yaitu:
Pasangan system nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan nonmateri.
Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasan.
Penerapan masing-masing nilai sangat bergantung pada focus dan tujuan masing-masing wirausaha.
Dari beberapa ciri di atas, terdapat beberapa nilai hakiki yang penting dari kewirausahaan, yaitu:
Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi 1988 :33). Dalam praktik, sikap dan kepercayaan ini merupakan sikaap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memilikki nilai keyakinan, optimisme, individualisme, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996:7)
Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relative, dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri mrmiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan efesien. Kepercayaan diri juga sellu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan.
Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai sesuatu. Untuk memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi. Maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya akan semakin maju dan berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman selama bertahun-tahun dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, dan semangat berprestasi.

Keberanian Mengambil Risiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin menjadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik ( Yuyun Wirasasmita 1994: 2). Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggikemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetpi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai risiko yang seimbang (moderat). Dengan demikian keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila  berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis.

Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang pertama, dan lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang di hasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu, dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga menjadi pelopor dalam proses produksi mauoun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai sutau yag menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaruan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peuang dan terbuka terhadap kritik serta saran yang kemudian dijadikan peluang. Dalam karya dan karsa yang berbeda akan dipandang sebagai suatu yang baru  dan dijadikan peluang. Banyak hasil karya wirausaha yang berbeda dan dipandang baru, seperti computer, mobil, minuman, dan produk makanan lainnya.

Berorientasi ke Masa Depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Meskipun terdapat risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaruan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cept puas dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
Keorisinilan : kreativitas dan Inovasi
Nilai inovtif, kreatif, dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 7) dengan ciri-ciri:
Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik.
Selalu menuangkan imajinasi dlam pekerjaannya.
Selalu ingin tampil beda atau manfaatkan perbedaan.

Hardvard’s Theodore Levitt mengemukakan definisi inovasi dan kretivitas lebih mengarah pada konsep berpikir dan bertindak yang baru. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan gagasan dan menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan peluang yang ada. Sedangkan inovasi adalah kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada untuk lebih memakmurkan kehidupan masyarakat. Jadi kretivitas adalah kemampuan menciptakan gagasan baru, sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru. Oleh karena itu, menurut Levitt, kewirausahaan adalah berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau pendapat Soeparman Soemahamidjaja (1997:10), bahwa kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.


1 komentar:

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive

LATEST POSTS

CB Blogger Lab

JASA SEO CB

jam ayam

CONTOH BLOG

JASA SEO CB

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *