KARAKTERISTIK DAN NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN
Pertemuan 3
BAB 3
KARAKTERISTIK DAN NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN
2.1
Definisi Kewirausahan
Kewirausahaan
pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin
uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi
melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Istilah kewirausahaan merupakan
padanan kata dari entrepreneurship dalam
bahasa Inggris. Kata entrepreneurship sendiri
berawal dari bahasa Perancis, yaitu ‘entreprende’
yang berarti petualang, pencipta dan pengelola usaha. Istilah tersebut diperkenalkan
pertama kali oleh Richard Cantillon (1755).
Istilah ini makin popular setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk
menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya-sumber daya ekonomis
dari tingkat produktivitas rendah ke produktivitas yang lebih ingi dan menghasilkan banyak lagi (Suwartoyo,1992).
Ketika teori ekonomi memasuki
masa neoklasikal, peran wirausaha tidak lagi mendapat perhatian khusus. Wirausaha
saat itu hanya dianggap sebgai factor produksi yang tergolong tetap (fixed factor), di mana pemusatan teori saat
itu berada pada pengelolaan sumber daya (Eatwell
et. al., 1988).
Bebarapa
definisi lain tentang kewirausahaan diantaranya sebagai berikut:
Maggil (1991)
Wirausaha melakukan suatu
proses yang disebut dengan ‘creative destruction’
terhadap keseimbangan pasar. Inovasi yang diciptakan oleh wirausaha akan menghancurkan
keseimbangan yang terdapat pada pasar untuk kemudian menciptakan keseimbangan baru
dengan keuntungan-keuntungan atas inovasi tersebut.
Raymond W.Y Kao (1995)
Kewirausahaan
merupakan suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru)
dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi ). Tujuannya adalah
tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Sedangkan wirausaha
mengacu pada orang yang melaksanakan proses penciptaan
kesejahteraan
/kekayaan dan nilai tambah, melalui penelusuran dan penetasan gagasan tersebut menjadi
realitas.
Faisal Afif (2001)
Wirausaha pada hakikatnya
bukan saja semata-mata masuk dalam wilayah bisnis/ekonomi, namun telah meluas ke
bidang public (nonbisnis) seperti politik dan pemerintah. Alasannya, karena secara
kontekstual dunia entrepreneur berisi
wilayah tak bertuan yang belum pernah dijamah, asing dan pola dinamikanya belum
memiliki keteraturan.
Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan
adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar
melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk :
(1)
memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
(2)
memperkenalkan metoda produksi baru,
(3)
membuka pasar yang baru (new market),
(4)
Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau
(5)
menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
Schumpeter
mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis
serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Harvey Leibenstein (1968,1979)
Kewirausahaan
mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan
jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Salah
satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwa
kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang
yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan
dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan
menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan
yang kreatif dan innovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber
daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada
sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.
Selain
itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi
manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan.
Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah
organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi
kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.
Kesimpulan
lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan
menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi
dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
2.2
Karakter, Ciri Umum, dan Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan
2.2.1 Karakteristik
Kewirausahaan
M.
Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7) mengemukakan delapan karakteristik
kewirausahaan sebagai berikut :
Desire for responsibility, yaitu memiliki
rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki
tanggung jawab akan selalu mawas diri.
Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih
resiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu rendah
maupun yang terlalu tinggi.
Confidence in their ability to success, yaitu
memiliki kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan.
Desire for immediate feedback, yaitu
selalu menghendaki umpan balik dengan segera.
High level of energy, yaitu memiliki semangat
dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
Future orientation, yaitu berorientasi serta
memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
Skill at organizing, memiliki keterampilan
dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
Value of achievement over money,
lebih menghargai prestasi daripada uang.
2.2.2
Ciri-Ciri
Umum Kewirausahaan
Memiliki Motif Berprestasi Tinggi
Seorang
wirausaha selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha optimal untuk
menghasilkan nilai maksimal. Artinya, wirausaha melakukan sesuatu hal secara tidak
asal-asalan, sekalipun hal tersebut dapat dilakukan oleh orang lain. Nilai prestasi
merupakan hal yang justru membedakanantara hasil karyanya sebagai wirausaha dengan
orang lain yang tidak memiliki jiwa kewirausahaan.
Memiliki Perspektif ke Depan
Arah
pandangan seorang wirausaha juga harus berorientasi ke masa depan. Perspektif seorang
wirausaha akan dapat membuktikan apakah ia berhasil atau tidak. Indicator-indikatornya
dapat dilihat dari contoh berikut :
Sony
Sugema, tokoh wirausaha yang sukses melalui lembaga bimbingan belajar, mampu menangkap
berbagai peluang di masa depan dengan menerapkan motto “The Fastes Solution” yang
sebelumnya tidak langsung dipercaya, ternyata setelah dicoba menjadi popular di
mana-mana.
Akio
Morita, pendiri dan pemilik Sony Corp. menciptakan “Walkman” dari hasil perspektifnya
terhadap masa depan, yaitu impiannya untuk menciptakan sebuah tape recorder yang
dilengkapi dengan headphones dan berbentuk kecil sehingga mudah dibawa kemanapun.
Memiliki Kreatifitas Tinggi
seorang
wirausaha umumnya memiliki daya kreasi dan inivasi yang lebih nonwirausaha. Hal-hal
yang belum terpikirkan oleh orang lain sudah terpikirkan olehnya dan wirausaha mampu
membuat hasil inovasinya menjadi permintaan, contohnya : Menjelang tahun 2000, ada
sekelompok ornag yang menjad kaya raya karena hasil menjual “tha millennium bug”.
Puluhan juta dolar bergulir di industry computer dan teknologi hanya karena ide
ini. Peranti lunak baru, jasa konsultasi teknologi computer, bahkan Hollywood pun
berhasil membuat ide ini menjadi industry hiburan yang menghasilkan puluhan juta
dolar.
Memiliki Sifat Inovasi Tinggi
Seorang
wirausaha harus segera menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi untuk mengembangkan
bisnisnya. Jiak impian dan tujuan hidup merupakan fondasi bangunan hidup dan bisnis,
maka inovasi dapat diibaratkan sebagai pilar-pilar yang menunjang kukuhnya hidup
dan bisnis. Impian saja tidak cukup. Impian harus senantiasa ditunjang oleh inovasi
yang tiada henti sehingga bangunan hidup dan bisnis menjadi kukuh dalam situasi
apa pun, entah badai kesulitan ataupun tantangan. Setiap fondasi baru yang dibuat
harus ditunjang oleh pilar-pilar bangunan sebagai kerangka pengembangan, kemudian
diikuti dengan manajemen produk, manajemen konsumen, manajemen arus kas, system
pengendalian, dan sebagainya. Inovasi adalah kreatifitas yang diterjemahkan menjadi
sesutau yang di implementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang
kita miliki.
Memiliki Komitmen terhadap Pekerjaan
Menurut Sony Sugema,
terdahap tiga hal yang harus dimiliki oleh
seorang
wirausaha yang sukses, yaitu mimpi, kerja keras, dan ilmu.
Ilmu
disertai kerja keras namun tanpa impian bagaikan perahu yang berlayar tanpa tujuan.
Impian disertai ilmu namun tanpa kerja keras seperti seorang pertapa. Impian disertai
kerja keras, tanpa ilmu, ibarat berlayar tanpa nakhoda, tidak jelas arah yang akan
dituju. Sering kali orang berhenti diantara sukses dan kegagalan. Namun, seorang
wirausaha harus menancapkan komitmen yang kuat dalam pekerjaannya, karena jika tidak
akan berakibat fatal terhadap segala sesuatu yang telah dirintisnya.
Memiliki Tanggung Jawab
Ide
dan perilaku seorang wirausaha tidak terlepas dati tuntutan tanggung jawan. Oleh
karena itulah komitmen sangat diperlukan dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan
taggung jawab. Indicator orang yang bertanggung jawab adalah berdisiplin, penuh
komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan konsisten, misalnya
:
Staff
bagian keuangan malas membuat laporan rutin secara tepat waktu sehingga menyulitkan
pengukuran kinerja perusahaan.
Pengusaha
merekayasa laporan keuangan untuk menghindari pembayaran pajak sesuai dengan peraturan.
Memiliki Kemandirian
Orang
yang mandiri adalah orang tidak suka mengandalkan orang lain namun justru mengoptimalkan
segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri. Intinya adalah kepandaian dalam
memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur oleh orang lain.
Untuk
menjadi seorang wirausaha mandiri, haus memiliki berbagai jenis modal. Ada tiga
jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu :
Sumber
daya internal calon wirausaha, misalnya kepandaian, keterampilan, kemampuan menganalisa
dan meghitung resiko serta keberanian atau visi jauh ke depan.
Sumber
daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal kerja,
jaringan sosial serta jalur permintaan, penawaran, dan lain sebagainya.
Faktor
X, misalnya kesempatan dan keberuntungan.
Seorang
calon wirausaha harus menghitung dengan seksama apakah ketiga sumber daya ini dimiliki
sebagai modal atau tidak. Jika factor-faktor tersebut dapat dimiliki, maka ia akan
merasa optimis dan boleh berharap bahwa impiannya dapat menjadi kenyataan.
Memiliki Keberanian Menghadapi Risiko
Seorang
wirausaha harus berani menghadapi risiko. Semakin besar risiko yang dihadapinya,
semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan. Berani mengambil risiko yang
telah diperhitungkan sebelumnya merupakan kunci awal dalam dunia usaha, karena hasil
yang akan dicapai akan proporsional terhadap risiko yang akan diambil. Risiko yang
diperhitungkan dengan baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Inilah
factor penentu yang membedakan wirausaha dengan manajer. Wirausaha akan lebih dibutuhkan
pada tahap awal pengembangan perusahaan, sedangkan manajer dibutuhkan dalam mengatur
perusahaan. Inti dari tugas manajer adalah berani mengambil dan membuat keputusan
untuk meraih sukses dalam mengelola sumber daya, sedangkan inti kewirausahaan adalah
berani mengambil risiko untuk meraih peluang.
Selalu Mencari Peluang
Seorang
wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam persperktif atau dimensi yang berlainan
pada satu waktu. Bahkan ia juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam
satu waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya piawai dalam menangani berbagai persoalan
yang dihadapi perusahaan. Semakin tinggi kemampuan seorang wirausaha dalam mengerjakan
berbagai tugas sekaligus, semakin besar pula kemungkinan untuk mengolah peluang
menjadi sumber daya produktif. Seorang wirausaha senantiasa belajar, belajar dan
belajar.
Bila
kita berfikir kreatif, sesungguhnya masih banyak rahasia yang harus dipecahkan oleh
umat manusia dalam kehidupan ini melalui pengalaman dan pencarian yang tiada henti
akan kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini adalah bahwa setiap perubahan yang
terjadi dalam kehidupan adalah bagian dan proses alami untuk membantu kita dalam
belajar, berubah, dan bertumbuh ke arah yang lebih baik.
2.2.3 Nilai-nilai
Hakiki Kewirausahaan
Nilai-nilai
kewirausahaan di atas identic dengan system nilai yang melekat pada system nilai
manajer. Seperti dikemukakan oleh Andreas A. Danandjaja (1986), dan Sidharta Poespadibrata
(1993), dalam system nilai manajer terdapat dua kelompok nilai, yaitu: 1) sitem
nilai pribadi 2) system nilai kelompok atau
organisais. Dalam system nilai pribadi terdapat empat jenis system nilai, yaitu
(1) nilai primer pragmatic, (2) niali primer moralistic, (3) Nilai primer efektif
dan (4) nilai baruan. Dalam system nilai primer Pragmatik terkandung beberapa unsur diantaranya perencanaan,
prestasi, produktivitas, kemampuan kecakapan, kreativitas, kerja sama, dan kesempatan.
Sedangkan dalam nilai moralistic terkandung unsur-unsur keyakinan, jamianan, martabat,
pribadi, kehormatan, dan ketaatan.
Dalam
kewirausahaan, system nilai primer pragmatic tersebut dapat dilihat dari watak,
jiwa, dan prilaku, misalnya selalu bekerja keras, tegas, mengutamakan prestasi,
keberanian mengambil resiko, produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja,
komitmen dan kemampuan mencari peluang, selanjutnya nilai moralistic meliputi keyakinan
atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama, kejujuran, keteladanan dan
keutamaan.
Sujuti
Jahya (1997), membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut dalam dua dimensi nilai
berpasangan, yaitu:
Pasangan
system nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan nonmateri.
Nilai-nilai
yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasan.
Penerapan
masing-masing nilai sangat bergantung pada focus dan tujuan masing-masing wirausaha.
Dari
beberapa ciri di atas, terdapat beberapa nilai hakiki yang penting dari kewirausahaan,
yaitu:
Percaya
Diri
Kepercayaan
diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas
atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi 1988 :33). Dalam praktik, sikap dan kepercayaan
ini merupakan sikaap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas
atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memilikki nilai keyakinan,
optimisme, individualisme, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan
diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan
(Zimmerer, 1996:7)
Kepercayaan
diri ini bersifat internal, sangat relative, dinamis dan banyak ditentukan oleh
kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang
yang percaya diri mrmiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis,
berencana, efektif, dan efesien. Kepercayaan diri juga sellu ditunjukkan oleh ketenangan,
ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan.
Berorientasi
pada Tugas dan Hasil
Seseorang
yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai
motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja
keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya
selalu ingin mencari dan memulai sesuatu. Untuk memulai diperlukan adanya niat dan
tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi. Maka sukses
berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya akan semakin maju dan berkembang. Dalam
kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Perilaku inisiatif
ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman selama bertahun-tahun dan
pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, dan semangat
berprestasi.
Keberanian
Mengambil Risiko
Kemauan
dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan.
Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif.
Menurut Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah
orang yang selalu ingin menjadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik (
Yuyun Wirasasmita 1994: 2). Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha
yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang
kurang menantang. Oleh sebab itu wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah
atau terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif
rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggikemungkinan memperoleh sukses yang tinggi,
tetpi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai
risiko yang seimbang (moderat). Dengan demikian keberanian untuk menanggung risiko
yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan
dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara
realistis.
Kepemimpinan
Seorang
wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan.
Ia selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang pertama, dan lebih menonjol. Dengan
menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan
jasa-jasa yang di hasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu, dan segera berada
dipasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga menjadi
pelopor dalam proses produksi mauoun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan
sebagai sutau yag menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki
jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaruan untuk menciptakan nilai. Ia selalu
ingin bergaul untuk mencari peuang dan terbuka terhadap kritik serta saran yang
kemudian dijadikan peluang. Dalam karya dan karsa yang berbeda akan dipandang sebagai
suatu yang baru dan dijadikan peluang. Banyak
hasil karya wirausaha yang berbeda dan dipandang baru, seperti computer, mobil,
minuman, dan produk makanan lainnya.
Berorientasi
ke Masa Depan
Orang
yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan
ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu
berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Meskipun terdapat
risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan
demi pembaruan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak
cept puas dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu, ia selalu
mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
Keorisinilan
: kreativitas dan Inovasi
Nilai
inovtif, kreatif, dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang.
Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara
baru yang lebih baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 7) dengan ciri-ciri:
Tidak
pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup
baik.
Selalu
menuangkan imajinasi dlam pekerjaannya.
Selalu
ingin tampil beda atau manfaatkan perbedaan.
Hardvard’s Theodore Levitt
mengemukakan definisi inovasi dan kretivitas lebih mengarah pada konsep berpikir
dan bertindak yang baru. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan gagasan dan menemukan
cara baru dalam melihat permasalahan dan peluang yang ada. Sedangkan inovasi adalah
kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang
yang ada untuk lebih memakmurkan kehidupan masyarakat. Jadi kretivitas adalah kemampuan
menciptakan gagasan baru, sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru.
Oleh karena itu, menurut Levitt, kewirausahaan adalah berpikir dan bertindak sesuatu
yang baru atau pendapat Soeparman Soemahamidjaja (1997:10), bahwa kewirausahaan
adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Nilai nilai karakter dalam kewirausahaan???
BalasHapus