Perkembangan Teori Manajemen
Pertemuan 3
BAB 3
Perkembangan Teori Manajemen
1. Teori Manajemen Klasik
Agar pembahasan dan
pemahaman tentang manajemen mengenai sasaran, perlu diketahui terlebih dahulu
proses perkembangan teori-teori dan prinsip-prinsip manajemen yang akan
memberikan landasan kuat buat pemahaman perkembangan selanjutnya. Teori-teori
dan prinsip-prinsip manajemen membuat manajer lebih mudah memutuskan apa yang
harus dilakukan agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif. Sebagai
manajer, akan menjumpai banyak pandangan tentang manajemen. Setiap pandangan
mungkin berguna untuk berbagai masalah yang berbeda-beda.
Terdapat tiga aliran
pemikiran manajemen,
yaitu ;
1) Aliran
klasik, yang dibagi menjadi dua aliran, manajemen ilmiah dan teori
organisasi klasik
2) Aliran
hubungan manusiawi, sering disebut aliran neo klasik
3) Aliran
manajemen modern.
Terdapat juga dua pendekatan manajemen yang berkembang
saat ini, yaitu ;
1) pendekatan
system
2) pendekatan
kontingen (contingency approach)
2. Perkembangan Awal Teori Manajemen.
Munculnya manajemen ilmiah ditandai dengan
adanya dua tokoh manajemensebagai berikut ;
1) Robert
Owen (1771-1858), seorang manajer beberapa pabrik pemintalan kapas di
New Lanark Skotlandia, menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi. Dia
mengemukan bahwa melalui perbaikan kondisi karyawanlah yang akan menaikkan
produksi dan keuntungan (laba), dan investasi yang paling menguntungkan adalah
pada karyawan (vital machines).
2) Charles
Babbage (1792-1871), seorang professor matematika dari Inggeris,
mencurahkan banyak waktunya untuk membuat operasi-operasi pabrik menjadi lebih
efisien. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja
akan menaikkan produktifitas dan menurunkan biaya.
3. Manajemen Ilmiah (Scientific Management)
Aliran manajemen ilmiah
ditandai kontribusi dari para ahli manajemen, sebagai berikut :
1) Frederick
W. Taylor (1856-1915), yang disebut sebagai “Bapak
manajemen ilmiah”. Manajemen ilmiah berarti ;
(1) merupakan
penerapan metoda ilmiah pada studi, analisa, dan pemecahan masalah-masalah
organisasi.
(2) seperangkat
mekanisme-mekanisme atau teknik-teknik (a back of trick) untuk
meningkatkan efisiensi kerja.
Taylor menulis buku berjudul “Scientific Management” yang
menyatakan prinsip-prinsip dasar (filsafat) penerapan pendekatan ilmiah pada
manajemen, dan mengembangkan sejumlah teknik-tekniknya untuk mencapai
efisiensi.
Empat prinsip dasar tersebut adalah :
(1) Pengembangan
metoda-metoda ilmiah dalam manajemen agar pelaksanaan setiap pekerjaan
dapat ditentukan
(2) Seleksi
ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberi tanggung jawab
atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya
(3) Pendidikan
dan pengembangan ilmiah para karyawan
(4) Kerjasama
yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
Mekanisme dan teknik-teknik yang dikembangkan
Taylor untuk melaksanakan
prinsip-prinsip dasar diatas, antara lain ; studi gerak
dan waktu,
pengawasan fungsional (functional foremanship), system
upah perpotong, diferensial,
prinsip pengecualian, kartu instruksi,
pembelian dengan
spesifikasi, dan standardisasi pekerjaan, peralatan serta tenaga kerja. Manfaat yang
didapat dari pengembangan
teknik-teknik manajemen
ilmiah ini adalah : perkembangan teknik-teknik riset operasi, simulasi,
otomatisasi dan sebagainya dalam memecahkan masalah-masalah manajemen.
2) Frank
dan Lilian Gilbreth (1868-1924 dan 1878-1972), pasangan suami isteri,
dimana Frank Gilberth, seorang pelopor pengembangan studi gerak dan waktu,
menciptakan berbagai teknik manajemen yaitu masalah efisiensi, terutama untuk
menemukan “cara terbaik” pelaksanaan tugas. Sedangkan Lilian
Gilbreth lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja, seperti seleksi,
penempatan dan latihan personalia, yang dinyatakan dalam bukunya, “Psychology
of Management”. Baginya, manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir,
yaitu; membantu para karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai makhluk hidup.
3) Henry
L. Gant (1861-1919), yang mengemukakan gagasannya, ;
(1) kerjasama
yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen,
(2) seleksi
ilmiah tenaga kerja,
(3) system
insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas,
(4) penggunaan
instruksi-instruksi kerja yang terinci. Kontribusinya yang terbesar adalah
penggunaan metoda grafik yang dikenal sebagai “Bagan Gantt” (Gantt Chart),
untuk; perencanaan, koordinasi, dan pengawasan produksi. Teknik-teknik
schedulling modern dikembangkan atas dasar metoda scheduling produksi dari
Gantt.
4) Harrington
Emerson (1853-1931), yang melihat pemborosan dan ketidak efisienan
adalah masalah-masalah yang dilihat sebagai penyakit industri.
Emerson mengemukakan dua belas prinsip-prinsip efisiensi, sebagai
berikut :
(1) tujuan-tujuan
dirumuskan dengan jelas;
(2) kegiatan yang
dilakukan masuk akal;
(3) adanya staf
yang cakap;
(4) disiplin;
(5) balas jasa
yang adil;
(6) laporan-laporan
yang terpercaya, segera, akurat dan mantap,serta system informasi dan akuntansi;
(7) pemberian
perintah, perencanaan dan urutan kerja;
(8) adanya
standar-standar dan skedul-skedul, metoda dan waktu setiap kegiatan;
(9) kondisi yang
distandardisasi;
(10) operasi yang
distandardisasi;
(11) instruksi-instruksi
praktis tertulis yang standar;
(12) balas jasa efisien,
rencana insentif.
Manajemen ilmiah tidak hanya
mengembangkan pendekatan rasional untuk pemecahan masalah-masalah organisasi,
tetapi juga meletakkan dasar profesionalisasi manajemen.
4. Teori Organisasi Klasik.
Dalam praktek, timbul
masalah-masalah sebagai keterbatasan penerapan manajemen ilmiah. Kenaikan
produktivitas sering tidak diikuti kenaikan pendapatan. Perilaku manusia yang
bermacam-macam menjadi hambatan. Pendekatan “rasional” hanya memuaskan
kebutuhan-kebutuhan ekonomis dan phisik, tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan
sosial karyawan. Manajemen ilmiah juga mengabaikan keinginan manusia untuk
kepuasan kerja, sehingga timbul usaha-usaha para ahli manajemen berikutnya
melengkapi model manajemen ilmiah ;
1) Henry Fayol (1841-1925), seorang industrialis Perancis mengemukakan
teori dan teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan
organisasi-organisai yang kompleks dalam bukunya yang terkenal, “Administration
Industrielle et Generale” (Administrasi Industri dan Umum). Dalam teori
administrasinya, Fayol merinci manajemen menjadi lima unsur,yaitu
;
(1) perencanaan,
(2) pengorganisasian,
(3) pemberian perintah,
(4) pengkoordinasian,
(5) pengawasan,
yang dikenal dengan fungsionalisme Fayol.
Fayol membagi operasi-operasi perusahaan menjadi enam
kegiatan, yaitu ;
(1) teknik,
produksi dan manufacturing produk,
(2) komersial,
pembelian bahan baku dan penjualan produk,
(3) keuangan
(financial), perolehan dan penggunaan modal,
(4) keamanan, perlindungan
karyawan dan kekayaan,
(5) akuntansi; pelaporan, pencatatan biaya,
laba dan hutang, pembuatan neraca, dan pengumpulan data statistik,
(6) manajerial.
Disamping itu Fayol juga
mengemukakan empat belas prinsip-prinsipmanajemen sebagai
berikut :
(1) pembagian kerja,
adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja
(2) wewenang,
hak untuk memberi perintah dan dipatuhi,
(3) disiplin,
harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan
organisasi,
(4) kesatuan
perintah, setiap karyawan hanya menerima instruksi tentang
kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan,
(5) kesatuan
pengarahan, operasi-operasi dalam organisasi yang mempunyai tujuan yang
sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana,
(6) meletakkan
kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum,kepentingan perseorangan
harus tunduk pada kepentingan organisasi,
(7) balas jasa,
kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil bagi karyawan maupun
pemilik,
(8) sentralisasi,
adanya keseimbangan yang tepat antara sentralisasi dan desentralisasi,
(9) rantai scalar
(garis wewenang), garis wewenang dan perintah yang jelas,
(10) order, bahan-bahan (material)
dan orang-orang, harus ada pada tempat dan waktu yang tepat,
(11) keadilan,
harus ada kesamaan perlakuan dalam organisasi,
(12) stabilitas staf organisasi,
tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan
fungsi-fungsi organisasi,
(13) inisiatif, bawahan
harus diberi kebebasan untuk menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun
beberapa kesalahan mungkin terjadi,
(14) esprit de corps (semangat
korps), “kesatuan adalah kekuatan”, pelaksana operasi organisasi perlu memiliki
kebanggaan, kesetiaan dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada
semangat korps.
2) James D.
Mooney, Eksekutif
General Motors, menyatakan prinsip-prinsip dasar manajemen, yang mendefinisikan
organisasi sebagai sekelompok orang yang bergabung untuk tujuan tertentu. Untuk
merancang organisasi perlu diperhatikan empat kaidah dasar, yaitu ;
(1) koordinasi,
meliputi wewenang, saling melayani, doktrin (perumusan tujuan) dan disiplin,
(2) prinsip
scalar, yang mempunyai prinsip, prospek dan pengaruh sendiri yang tercermin
dari kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional,
(3) prinsip
fungsional, adanya fungsionalisme bermacam-macam tugas yang berbeda,
(4) prinsip
staf, kejelasan perbedaan antara staf dan lini.
3) Mary Parker Follet
(1868-1933), yang
memperkenalkan unsur-unsur baru tentang aspek-aspek hubungan manusiawi. Sebagai
seorang ahli ilmu pengetahuan sosial pertama yang menerapkan psikologi pada
perusahaan, industri dan pemerintah, memberikan sumbangan besar dalam bidang
manajemen melalui aplikasi praktik ilmu-ilmu sosial dalam administrasi
perusahaan.
4) Chaster I. Barnard
(1886-1961), presiden
perusahaan Bell Telephon di New Jersey, menulis bermacam-macam subyek manajemen
dalam bukunya “The Functions of the Executive” yang ditulis pada
tahun 1938, memandang organisasi sebagai system kegiatan yang diarahkan pada
tujuan. Fungsi-fungsi utama manajemen menurut pandangannya adalah; perumusan
tujuan dan pengadaan sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan mencapai tujuan. Barnard
menekankan pentingnya peralatan komunikasi untuk pencapaian tujuan kelompok,
dan juga mengemukakan teori penerimaan wewenang, dimana bawahan akan menerima
perintah hanya bila mereka memahami dan mampu serta berkeinginan untuk menuruti
atasan. Barnard adalah pelopor dalam penggunaan “pendekatan system” untuk
pengelolaan organisasi.
5. Aliran Hubungan Manusiawi
(perilaku manusia atau neoklasik)
Pendekatan klasik tidak
sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja. Para manajer
masih menghadapi kesulitan-kesulitan dan frustrasi karena karyawan tidak selalu
mengikuti pola-pola perilaku yang rasional, sehingga penting membahas “perilaku
manusia” dalam organisasi. Beberapa ahli mencoba melengkapi teori
organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi, sebagai berikut ;
1) Hugo Munsterberg
(1863-1916), disebut
sebagai “bapak psikologi industri”, menulis buku “Psikology
dan Industrial Efficiency”, yang menguraikan penerapan peralatan-peralatan
psikologi untuk pencapaian tujuan produktivitas. Dikemukakan bahwa, untuk
mencapai peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu
;
(1) penemuan “best
possible person” ,
(2) penciptaan “best
possible work”,
(3) penggunaan “best
possible effect” untuk memotivasi karyawan. Sebagai contoh, berbagai
metoda tentang psikologi dapat digunakan untuk memilih karakteristik tertentu
yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan. Riset belajar dapat mengarahkan
pengembangan metoda latihan, dan studi perilaku manusia dapat membantu
perumusan teknik-teknik psikologi untuk memotivasi karyawan. Terdapat pengaruh
factor-faktor sosial budaya terhadap organisasi.
2) Elton Mayo (1880-1949) dan percobaan-percobaan Howthorne, “hubungan
manusiawi” sering digunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan cara
manajer berinteraksi dengan bawahan. Bila manajemen personalia mendorong lebih
banyak dan lebih baik dalam kerja, hubungan manusiawi dalam organisasi adalah
baik, bila moral dan efisiensi memburuk, hubungan manusiawi dalam organisasi
buruk. Untuk menciptakan hubungan manusiawi yang baik, manajer harus mengerti
mengapa karyawan bertindak seperti yang mereka lakukan dan factor-faktor sosial
dan psikologi apa yang memotivasi mereka. Penemuan lainnya adalah bahwa
kelompok kerja informal, lingkungan sosial juga berpengaruh besar pada
produktivitas. Konsep makhluk sosial, dimotivasi oleh kebutuhan sosial, dan
lebih responsive terhadap dorongan kelompok kerja pengawasan manajemen, telah
menggantikan konsep makhluk rasional yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan
phisik manusia
6. Aliran Manajemen Modern
Masa manajemen modern
berkembang melalui dua jalur yang berbeda, yaitu ;
1) Pengembangan
dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai perilaku
organisasi,
2) Dibangun
atas dasar manajemen ilmiah, dikenal sebagai aliran kuantitatif (operation
research dan management science atau manajemen operasi)
7. Perilaku Organisasi
Perkembangan aliran perilaku
organisasi ditandai dengan pandangan dan pendapat baru tentang perilaku manusia
dan system sosial, dengan tokoh-tokohnya yang terkenal adalah ;
1) Abraham
Maslow, yang mengemukakan adanya “hirarki kebutuhan” dalam
penjelasannya tentang perilaku manusia dan proses motivasi.
2) Douglas
Mc Gregor, dengan teori x dan y
3) Frederick
Herzberg, yang menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua factor.
4) Robert
Blake dan Jane Mouton yang membahas lima gaya kepemimpinan dengan
kisi-kisi manajerial (managerial grid),
5) Rensist
Likert, yang mengidentifikasi dan melakukan penelitian secara ekstensif
mengenai empat sistem manajemen, dari sistem 1 ; explitif-otoritatif
sampai sistem 4 ; partisipatif kelompok,
6) Fred
Fiedler, yang menyarankan pendekatan contingency pada
studi kepemimpinan,
7) Chris
Argyris, yang memandang organisasi sebagai system sosial atau system
antar hubungan budaya,
8) Edgar
Schein yang banyak meneliti dinamika kelompok dalam organisasi, dan
lain-lain.
Prinsip-prinsip dasar dari
pendapat para tokoh manajemen modern adalah ;
1) Manajemen
tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat (peranan, prosedur,
prinsip),
2) Manajemen
harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan
secara hati-hati,
3) Organisasi
sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan
harus sesuai dengan situasi,
4) Pendekatan
motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi
sangat dibutuhkan.
Beberapa gagasan yang lebih
khusus dari berbagai riset perilaku, adalah ;
1) Unsur
manusia adalah factor kunci penentu sukses atau kegagalan pencapaian tujuan
organisasi,
2) Manajer
masa kini harus diberi latihan dalam pemahaman prinsip-prinsip dan
konsep-konsep manajemen,
3) Organisasi
harus menyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan bagi karyawan untuk
memuaskan kebutuhan mereka,
4) Komitmen
dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan para karyawan,
5) Pekerjaan
setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka mencapai kepuasan diri
dari pekerjaan tersebut,
6) Pola-pola
pengawasan dan manajemen pengawasan harus dibangun atas dasar pengertian
positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap pekerjaan.
8. Aliran Kuantitatif
Aliran kuantitatif ditandai dengan berkembangnya team-team
riset operasi (operation research) dalam pemecahan
masalah-masalah industri. Sejalan dengan makin kompleksnya komputer elektronik,
transportasi, komunikasi dan sebagainya, teknik-teknik riset operasi menjadi
semakin penting sebagai dasar rasional untuk pembuatan keputusan.
Prosedur-prosedur riset operasi tersebut kemudian diformasikan dan disebut
aliran management science.
Langkah-langkah pendekatan management science biasanya
adalah sebagai berikut ;
1) Perumusan
masalah,
2) Penyusunan
suatu model matematis,
3) Mendapatkan
penyelesaian dari model,
4) Pengujian
model dan hasil yang didapatkan dari model,
5) Penetapan
pengawasan atas hasil-hasil,
6) Pelaksanaan
hasil dalam kegiatan implementasi.
9. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem pada
manajemen bermaksud untuk memandang organisasi sebagai suatu kesatuan, yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Pendekatan sistem memberi
manajer cara memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan dan sebagai bagian
dari lingkungan eksternal yang lebih luas.
Teori manjemen modern
cenderung memandang organisasi sebagai sistem terbuka, dengan dasar analisa
konsepsional, dan didasarkan pada data empirik, serta sifatnya sintesis dan
integrative, yang pada hakekatnya merupakan proses transformasi masukan yang
menghasilkan keluaran, yang terdiri dari aliran informasi dan sumber
daya-sumber daya yang merupakan masukan bagi lingkungan dan
sebaliknya keluaran dari lingkungan adalah masukan bagi organisasi.
10. Pendekatan Kontingensi (contingency
approach)
Pendekatan kontingensi,
menyatakan bahwa tugas manajer adalah mengidentifikasikan teknik mana, pada
situasi tertentu, dibawah keadaan tertentu, dan pada waktu tertentu, akan
mencapai tujuan manajemen. Perbedaan kondisi dan situasi, membutuhkan aplikasi
teknik manajemen yang berbeda, karena tidak ada teknik, prinsip, dan konsep
universal yang dapat diterapkan dalam seluruh kondisi.
Ada tiga bagian utama dalam kerangka konseptual menyeluruh untuk
pendekatan kontingensi, yaitu ;
1) lingkungan,
2) konsep-konsep dan
teknik-teknik manajemen,
3) hubungan kontingensi antara
keduanya.
Dalam manajemen kontingensi, lingkungan merupakan
variable bebas, sedangkan berbagai konsep dan teknik manajemen yang mengarahkan
organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya, berfungsi sebagai variable
bergantung.
11. Perkembangan Teori Manajemen di
Masa Mendatang
Terdapat lima kemungkinan
arah perkembangan teori manajemen selanjutnya di masa mendatang, yaitu ;
1) Dominan,
salah satu aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna,
2) Divergence,
setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri,
3) Convergence,
aliran-aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan-batasan diantara
mereka cenderung kabur,
4) Sintesa,
masing-masing aliran berintegrasi,
5) Profiliferation,
kemungkinan muncul lebih banyak aliran lagi.
Waren Haynes dan Joseph L. Massie dalam bukunya “Management Analysis: Concept
and Cases, membedakan enam aliran teori manajemen, yaitu :
1) Aliran
akuntansi manajerial,
2) Aliran
ekonomi manajerial,
3)Aliran thesis organisasi,
4) Aliran
hubungan manusiawi dan perilaku manusia,
5) Aliran
kuantitatif (matematik dan statistik),
6) Aliran
teknik industri.
John G. Hutchinson dalam bukunya “Management Strategy and
Tactics, juga membagi aliran manajemen menjadi enam, yaitu
;
1) Aliran
operasional atau proses manajemen,
2) Aliran
empirik,
3) Aliran
perilaku manusia,
4) Aliran
sistem sosial,
5) Aliran
teori keputusan,
6) Aliran
matematik
Perkembangan Teori Manajemen
1. Teori Manajemen Klasik
Agar pembahasan dan
pemahaman tentang manajemen mengenai sasaran, perlu diketahui terlebih dahulu
proses perkembangan teori-teori dan prinsip-prinsip manajemen yang akan
memberikan landasan kuat buat pemahaman perkembangan selanjutnya. Teori-teori
dan prinsip-prinsip manajemen membuat manajer lebih mudah memutuskan apa yang
harus dilakukan agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif. Sebagai
manajer, akan menjumpai banyak pandangan tentang manajemen. Setiap pandangan
mungkin berguna untuk berbagai masalah yang berbeda-beda.
Terdapat tiga aliran
pemikiran manajemen,
yaitu ;
1) Aliran
klasik, yang dibagi menjadi dua aliran, manajemen ilmiah dan teori
organisasi klasik
2) Aliran
hubungan manusiawi, sering disebut aliran neo klasik
3) Aliran
manajemen modern.
Terdapat juga dua pendekatan manajemen yang berkembang
saat ini, yaitu ;
1) pendekatan
system
2) pendekatan
kontingen (contingency approach)
2. Perkembangan Awal Teori Manajemen.
Munculnya manajemen ilmiah ditandai dengan
adanya dua tokoh manajemensebagai berikut ;
1) Robert
Owen (1771-1858), seorang manajer beberapa pabrik pemintalan kapas di
New Lanark Skotlandia, menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi. Dia
mengemukan bahwa melalui perbaikan kondisi karyawanlah yang akan menaikkan
produksi dan keuntungan (laba), dan investasi yang paling menguntungkan adalah
pada karyawan (vital machines).
2) Charles
Babbage (1792-1871), seorang professor matematika dari Inggeris,
mencurahkan banyak waktunya untuk membuat operasi-operasi pabrik menjadi lebih
efisien. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja
akan menaikkan produktifitas dan menurunkan biaya.
3. Manajemen Ilmiah (Scientific
Management)
Aliran manajemen ilmiah ditandai kontribusi dari para
ahli manajemen, sebagai berikut :
1) Frederick
W. Taylor (1856-1915), yang disebut sebagai “Bapak
manajemen ilmiah”. Manajemen ilmiah berarti ;
(1) merupakan
penerapan metoda ilmiah pada studi, analisa, dan pemecahan masalah-masalah
organisasi.
(2) seperangkat
mekanisme-mekanisme atau teknik-teknik (a back of trick) untuk
meningkatkan efisiensi kerja.
Taylor menulis
buku berjudul “Scientific Management” yang menyatakan prinsip-prinsip
dasar (filsafat) penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan
sejumlah teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi.
Empat prinsip dasar tersebut adalah :
(1) Pengembangan
metoda-metoda ilmiah dalam manajemen agar pelaksanaan setiap pekerjaan
dapat ditentukan
(2) Seleksi
ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberi tanggung jawab
atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya
(3) Pendidikan
dan pengembangan ilmiah para karyawan
(4) Kerjasama
yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
Mekanisme dan
teknik-teknik yang dikembangkan Taylor untuk melaksanakan
prinsip-prinsip dasar diatas, antara lain ; studi gerak
dan waktu,
pengawasan fungsional (functional foremanship), system
upah perpotong, diferensial,
prinsip pengecualian, kartu instruksi,
pembelian dengan
spesifikasi, dan standardisasi pekerjaan, peralatan serta tenaga kerja. Manfaat yang
didapat dari pengembangan
teknik-teknik manajemen
ilmiah ini adalah : perkembangan teknik-teknik riset operasi, simulasi,
otomatisasi dan sebagainya dalam memecahkan masalah-masalah manajemen.
2) Frank
dan Lilian Gilbreth (1868-1924 dan 1878-1972), pasangan suami isteri,
dimana Frank Gilberth, seorang pelopor pengembangan studi gerak dan waktu,
menciptakan berbagai teknik manajemen yaitu masalah efisiensi, terutama untuk
menemukan “cara terbaik” pelaksanaan tugas. Sedangkan Lilian
Gilbreth lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja, seperti seleksi,
penempatan dan latihan personalia, yang dinyatakan dalam bukunya, “Psychology
of Management”. Baginya, manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir,
yaitu; membantu para karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai makhluk hidup.
3) Henry
L. Gant (1861-1919), yang mengemukakan gagasannya, ;
(1) kerjasama
yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen,
(2) seleksi
ilmiah tenaga kerja,
(3) system
insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas,
(4) penggunaan
instruksi-instruksi kerja yang terinci. Kontribusinya yang terbesar adalah
penggunaan metoda grafik yang dikenal sebagai “Bagan Gantt” (Gantt Chart),
untuk; perencanaan, koordinasi, dan pengawasan produksi. Teknik-teknik
schedulling modern dikembangkan atas dasar metoda scheduling produksi dari
Gantt.
4) Harrington
Emerson (1853-1931), yang melihat pemborosan dan ketidak efisienan
adalah masalah-masalah yang dilihat sebagai penyakit industri.
Emerson mengemukakan dua belas prinsip-prinsip efisiensi, sebagai
berikut :
(1) tujuan-tujuan
dirumuskan dengan jelas;
(2) kegiatan yang
dilakukan masuk akal;
(3) adanya staf
yang cakap;
(4) disiplin;
(5) balas jasa
yang adil;
(6) laporan-laporan
yang terpercaya, segera, akurat dan mantap,serta system informasi dan akuntansi;
(7) pemberian
perintah, perencanaan dan urutan kerja;
(8) adanya
standar-standar dan skedul-skedul, metoda dan waktu setiap kegiatan;
(9) kondisi yang
distandardisasi
(10) operasi yang
distandardisasi;
(11)
instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar;
(12) balas jasa
efisien, rencana insentif.
Manajemen ilmiah tidak hanya
mengembangkan pendekatan rasional untuk pemecahan masalah-masalah organisasi,
tetapi juga meletakkan dasar profesionalisasi manajemen.
4. Teori Organisasi Klasik.
Dalam praktek, timbul masalah-masalah sebagai
keterbatasan penerapan manajemen ilmiah. Kenaikan produktivitas sering tidak
diikuti kenaikan pendapatan. Perilaku manusia yang bermacam-macam menjadi
hambatan. Pendekatan “rasional” hanya memuaskan kebutuhan-kebutuhan
ekonomis dan phisik, tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan sosial karyawan.
Manajemen ilmiah juga mengabaikan keinginan manusia untuk kepuasan kerja,
sehingga timbul usaha-usaha para ahli manajemen berikutnya melengkapi model
manajemen ilmiah ;
1) Henry Fayol (1841-1925), seorang industrialis Perancis mengemukakan
teori dan teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan
organisasi-organisai yang kompleks dalam bukunya yang terkenal, “Administration
Industrielle et Generale” (Administrasi Industri dan Umum). Dalam teori
administrasinya, Fayol merinci manajemen menjadi lima unsur,yaitu
;
(1) perencanaan,
(2) pengorganisasian,
(3) pemberian
perintah,
(4) pengkoordinasian,
(5) pengawasan,
yang dikenal dengan fungsionalisme Fayol.
Fayol membagi operasi-operasi perusahaan menjadi enam
kegiatan, yaitu ;
(1) teknik, produksi
dan manufacturing produk,
(2) komersial,
pembelian bahan baku dan penjualan produk,
(3) keuangan
(financial), perolehan dan penggunaan modal,
(4) keamanan, perlindungan
karyawan dan kekayaan,
(5) akuntansi; pelaporan, pencatatan biaya,
laba dan hutang, pembuatan neraca, dan pengumpulan data statistik,
(6) manajerial.
Disamping itu Fayol juga mengemukakan empat
belas prinsip-prinsipmanajemen sebagai berikut :
(1) pembagian kerja,
adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja,
(2) wewenang,
hak untuk memberi perintah dan dipatuhi,
(3) disiplin,
harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan
organisasi,
(4) kesatuan
perintah, setiap karyawan hanya menerima instruksi tentang
kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan,
(5) kesatuan
pengarahan, operasi-operasi dalam organisasi yang mempunyai tujuan yang
sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana,
(6) meletakkan
kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum,kepentingan perseorangan
harus tunduk pada kepentingan organisasi,
(7) balas jasa,
kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil bagi karyawan maupun
pemilik,
(8) sentralisasi,
adanya keseimbangan yang tepat antara sentralisasi dan desentralisasi,
(9) rantai scalar
(garis wewenang), garis wewenang dan perintah yang jelas,
(10) order, bahan-bahan (material)
dan orang-orang, harus ada pada tempat dan waktu yang tepat,
(11) keadilan,
harus ada kesamaan perlakuan dalam organisasi,
(12) stabilitas staf organisasi,
tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan
fungsi-fungsi organisasi,
(13) inisiatif, bawahan
harus diberi kebebasan untuk menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun
beberapa kesalahan mungkin terjadi,
(14) esprit de corps (semangat
korps), “kesatuan adalah kekuatan”, pelaksana operasi organisasi perlu memiliki
kebanggaan, kesetiaan dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada
semangat korps.
2) James D.
Mooney, Eksekutif
General Motors, menyatakan prinsip-prinsip dasar manajemen, yang mendefinisikan
organisasi sebagai sekelompok orang yang bergabung untuk tujuan tertentu. Untuk
merancang organisasi perlu diperhatikan empat kaidah dasar, yaitu ;
(1) koordinasi,
meliputi wewenang, saling melayani, doktrin (perumusan tujuan) dan disiplin,
(2) prinsip
scalar, yang mempunyai prinsip, prospek dan pengaruh sendiri yang tercermin
dari kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional,
(3) prinsip
fungsional, adanya fungsionalisme bermacam-macam tugas yang berbeda,
(4) prinsip
staf, kejelasan perbedaan antara staf dan lini.
3) Mary Parker Follet
(1868-1933), yang
memperkenalkan unsur-unsur baru tentang aspek-aspek hubungan manusiawi. Sebagai
seorang ahli ilmu pengetahuan sosial pertama yang menerapkan psikologi pada
perusahaan, industri dan pemerintah, memberikan sumbangan besar dalam bidang
manajemen melalui aplikasi praktik ilmu-ilmu sosial dalam administrasi
perusahaan.
4) Chaster I. Barnard
(1886-1961), presiden
perusahaan Bell Telephon di New Jersey, menulis bermacam-macam subyek manajemen
dalam bukunya “The Functions of the Executive” yang ditulis pada
tahun 1938, memandang organisasi sebagai system kegiatan yang diarahkan pada
tujuan. Fungsi-fungsi utama manajemen menurut pandangannya adalah; perumusan
tujuan dan pengadaan sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan mencapai tujuan. Barnard
menekankan pentingnya peralatan komunikasi untuk pencapaian tujuan kelompok,
dan juga mengemukakan teori penerimaan wewenang, dimana bawahan akan menerima
perintah hanya bila mereka memahami dan mampu serta berkeinginan untuk menuruti
atasan. Barnard adalah pelopor dalam penggunaan “pendekatan system” untuk
pengelolaan organisasi.
5. Aliran Hubungan Manusiawi
(perilaku manusia atau neoklasik)
Pendekatan
klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja.
Para manajer masih menghadapi kesulitan-kesulitan dan frustrasi karena karyawan
tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang rasional, sehingga penting
membahas “perilaku manusia” dalam organisasi. Beberapa ahli mencoba
melengkapi teori organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi,
sebagai berikut ;
1) Hugo Munsterberg (1863-1916), disebut
sebagai “bapak psikologi industri”, menulis buku “Psikology
dan Industrial Efficiency”, yang menguraikan penerapan peralatan-peralatan
psikologi untuk pencapaian tujuan produktivitas. Dikemukakan bahwa, untuk
mencapai peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu
;
(1) penemuan “best
possible person” ,
(2) penciptaan
“best possible work”,
(3) penggunaan “best possible effect” untuk
memotivasi karyawan. Sebagai contoh, berbagai metoda tentang psikologi dapat
digunakan untuk memilih karakteristik tertentu yang cocok dengan kebutuhan
suatu jabatan. Riset belajar dapat mengarahkan pengembangan metoda latihan, dan
studi perilaku manusia dapat membantu perumusan teknik-teknik psikologi untuk
memotivasi karyawan. Terdapat pengaruh factor-faktor sosial budaya terhadap
organisasi.
2) Elton Mayo (1880-1949) dan
percobaan-percobaan Howthorne, “hubungan manusiawi” sering digunakan
sebagai istilah umum untuk menggambarkan cara manajer berinteraksi dengan
bawahan. Bila manajemen personalia mendorong lebih banyak dan lebih baik dalam
kerja, hubungan manusiawi dalam organisasi adalah baik, bila moral dan
efisiensi memburuk, hubungan manusiawi dalam organisasi buruk. Untuk
menciptakan hubungan manusiawi yang baik, manajer harus mengerti mengapa
karyawan bertindak seperti yang mereka lakukan dan factor-faktor sosial dan
psikologi apa yang memotivasi mereka. Penemuan lainnya adalah bahwa kelompok
kerja informal, lingkungan sosial juga berpengaruh besar pada produktivitas.
Konsep makhluk sosial, dimotivasi oleh kebutuhan sosial, dan lebih responsive
terhadap dorongan kelompok kerja pengawasan manajemen, telah menggantikan
konsep makhluk rasional yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan phisik manusia
6. Aliran Manajemen Modern
Masa
manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda, yaitu ;
1) Pengembangan
dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai
perilaku organisasi,
2) Dibangun
atas dasar manajemen ilmiah, dikenal sebagai aliran kuantitatif (operation
research dan management science atau manajemen operasi)
7. Perilaku Organisasi
Perkembangan aliran perilaku organisasi ditandai
dengan pandangan dan pendapat baru tentang perilaku manusia dan system sosial,
dengan tokoh-tokohnya yang terkenal adalah ;
1) Abraham
Maslow, yang mengemukakan adanya “hirarki kebutuhan”
dalam penjelasannya tentang perilaku manusia dan proses motivasi.
2) Douglas
Mc Gregor, dengan teori x dan y
3) Frederick
Herzberg, yang menguraikan teori motivasi higienis atau teori
dua factor.
4) Robert
Blake dan Jane Mouton yang membahas lima gaya kepemimpinan dengan
kisi-kisi manajerial (managerial grid),
5) Rensist
Likert, yang mengidentifikasi dan melakukan penelitian
secara ekstensif mengenai empat sistem manajemen, dari sistem 1 ;
explitif-otoritatif sampai sistem 4 ; partisipatif kelompok,
6) Fred
Fiedler, yang menyarankan pendekatan
contingency pada studi kepemimpinan,
7) Chris
Argyris, yang memandang organisasi sebagai system sosial atau
system antar hubungan budaya,
8) Edgar
Schein yang banyak meneliti dinamika kelompok dalam
organisasi, dan lain-lain.
Prinsip-prinsip dasar dari pendapat para tokoh
manajemen modern adalah ;
1) Manajemen
tidak dapat dipandang sebagai proses teknik secara ketat (peranan, prosedur,
prinsip),
2) Manajemen
harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan
secara hati-hati,
3) Organisasi
sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan
harus sesuai dengan situasi,
4) Pendekatan
motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi
sangat dibutuhkan.
Beberapa gagasan yang lebih khusus dari berbagai riset
perilaku, adalah ;
1) Unsur
manusia adalah factor kunci penentu sukses atau kegagalan pencapaian tujuan
organisasi,
2) Manajer
masa kini harus diberi latihan dalam pemahaman prinsip-prinsip dan
konsep-konsep manajemen,
3) Organisasi
harus menyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan bagi karyawan untuk
memuaskan kebutuhan mereka,
4) Komitmen
dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan para karyawan,
5) Pekerjaan
setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka mencapai kepuasan diri
dari pekerjaan tersebut,
6) Pola-pola
pengawasan dan manajemen pengawasan harus dibangun atas dasar pengertian
positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap pekerjaan.
8. Aliran Kuantitatif
Aliran kuantitatif ditandai dengan berkembangnya team-team
riset operasi (operation research) dalam pemecahan
masalah-masalah industri. Sejalan dengan makin kompleksnya komputer elektronik,
transportasi, komunikasi dan sebagainya, teknik-teknik riset operasi menjadi
semakin penting sebagai dasar rasional untuk pembuatan keputusan.
Prosedur-prosedur riset operasi tersebut kemudian diformasikan dan disebut
aliran management science.
Langkah-langkah
pendekatan management science biasanya adalah sebagai berikut ;
1) Perumusan
masalah,
2) Penyusunan
suatu model matematis,
3) Mendapatkan
penyelesaian dari model,
4) Pengujian
model dan hasil yang didapatkan dari model,
5) Penetapan
pengawasan atas hasil-hasil,
6) Pelaksanaan
hasil dalam kegiatan implementasi.
9. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem pada manajemen bermaksud untuk
memandang organisasi sebagai suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian-bagian
yang saling berhubungan. Pendekatan sistem memberi manajer cara memandang
organisasi sebagai suatu keseluruhan dan sebagai bagian dari lingkungan
eksternal yang lebih luas.
Teori manjemen modern cenderung memandang organisasi
sebagai sistem terbuka, dengan dasar analisa konsepsional, dan didasarkan pada
data empirik, serta sifatnya sintesis dan integrative, yang pada hakekatnya
merupakan proses transformasi masukan yang menghasilkan keluaran, yang terdiri
dari aliran informasi dan sumber daya-sumber daya yang merupakan
masukan bagi lingkungan dan sebaliknya keluaran dari lingkungan adalah masukan
bagi organisasi.
10. Pendekatan Kontingensi
(contingency approach)
Pendekatan kontingensi, menyatakan bahwa tugas manajer
adalah mengidentifikasikan teknik mana, pada situasi tertentu, dibawah keadaan
tertentu, dan pada waktu tertentu, akan mencapai tujuan manajemen. Perbedaan
kondisi dan situasi, membutuhkan aplikasi teknik manajemen yang berbeda, karena
tidak ada teknik, prinsip, dan konsep universal yang dapat diterapkan dalam
seluruh kondisi.
Ada
tiga bagian utama dalam kerangka konseptual menyeluruh untuk
pendekatan kontingensi, yaitu ;
1) lingkungan,
2) konsep-konsep
dan teknik-teknik manajemen,
3) hubungan
kontingensi antara keduanya.
Dalam
manajemen kontingensi, lingkungan merupakan variable bebas, sedangkan berbagai
konsep dan teknik manajemen yang mengarahkan organisasi untuk mencapai
tujuan-tujuannya, berfungsi sebagai variable bergantung.
11. Perkembangan Teori Manajemen di
Masa Mendatang
Terdapat
lima kemungkinan arah perkembangan teori manajemen selanjutnya di masa
mendatang, yaitu ;
1) Dominan,
salah satu aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna,
2) Divergence,
setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri,
3) Convergence,
aliran-aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan-batasan diantara
mereka cenderung kabur,
4) Sintesa,
masing-masing aliran berintegrasi,
5) Profiliferation,
kemungkinan muncul lebih banyak aliran lagi.
Waren
Haynes dan Joseph L. Massie dalam bukunya “Management Analysis: Concept
and Cases, membedakan enam aliran teori manajemen, yaitu :
1) Aliran
akuntansi manajerial,
2) Aliran
ekonomi manajerial,
3)Aliran
thesis organisasi,
4) Aliran
hubungan manusiawi dan perilaku manusia,
5) Aliran
kuantitatif (matematik dan statistik),
6) Aliran
teknik industri.
John
G. Hutchinson dalam bukunya “Management Strategy and
Tactics, juga membagi aliran manajemen menjadi enam, yaitu
;
1) Aliran
operasional atau proses manajemen,
2) Aliran
empirik,
3) Aliran
perilaku manusia,
4) Aliran
sistem sosial,
5) Aliran
teori keputusan,
6) Aliran
matematik
0 komentar:
Posting Komentar