Selasa, 12 Maret 2019

Keseimbang Ekonomi 3 Sektor


A.        Pengertian Ekonomi Tiga Sektor
            Ekonomi tiga sektor adalah perekonomian yang meliputi kegiatan dalam sektor perusahaan, rumah tangga dan pemerintah. Dengan demikian dalam menganalisis perekonomian tiga sektor pada hakikatnya akan diperhatikan peranan dan pengaruh pemerintah atas kegiatan dalam sesuatu perekonomian.
             Campur tangan pemerintah dalam perekonomian menimbulkan dua perubahan penting dalam proses penentuan keseimbangan pendapatan nasional, yaitu:
1.      Pungutan pajak yang dilakukan pemerintah akan mengurangi pengeluaran agregat melalui pengurangan atas konsumsi rumah tangga.
2.      Pajak memungkinkan pemerintah melakukan perbelanjaan dan ini akan menaikkan perbelanjaan-perbelanjaan agregat.
Kedua aliran pengeluaran / pendapatan ini akan mengubah pola aliran pendapatan dalam perekonomian, dalam bentuk tiga sektor belum terdapat kegiatan mengekspor dan mengimpor. Oleh sebab itu, ekonomi tiga sektor dinamakan ekonomi tertutup.

B.        Aliran Pendapatan dan Syarat Keseimbangan
Analisis keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor bertujuan untuk menunjukkan penentuan pendapatan nasional dalam perekonomian di mana terdapat pemerintah. Untuk memahami analisis tersebut dengan baik perlu terlebih dahulu didasari pola aliran pendapatan dan pengeluaran yang berlaku dalam perekonomian tersebut dan selanjutnya dari gambaran tersebut ditunjukkan syarat keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor.
1     Aliran Pendapatan dan Pengeluaran
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian akan menimbulkan tiga jenis aliran baru dalam sirkulasi aliran pendapatan. Ketiga jenis aliran baru tersebut adalah:

a.       Pembayaran pajak oleh rumah tangga dan perusahaan kepada pemerintah. Pembayaran pajak tersebut menimbulkan pendapatan kepada pihak pemerintah. Ia merupakan sumber pendapatan pemerintah yang utama.
b.      Aliran baru yang kedua adalah pengeluaran dari sektor pemerintah ke sektor perusahaan. Aliran ini meggambarkan nilai pengeluaran pemerintah ke atas barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh sektor perusahaan.
c.       Aliran yang ketiga adalah aliran pendapatan dari sektor pemerintah ke sektor rumah tangga. Aliran itu timbul sebagai akibat dari pembayaran ke atas konsumsi faktor-faktor produksi yang dimiliki sektor rumah tangga oleh pemerintah.
Dengan adanya tiga aliran tersebut corak aliran pendapatan dalam perekonomian tertutup adalah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.1. Dari gambar itu dapat dilihat bahwa dalam suatu perekonomian tertutup ciri-ciri pokok dari aliran-aliran pendapatan dan pengeluaran adalah sebagai berikut:[1]
a.       Pembayaran oleh sektor perusahaan sekarang dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pembayaran kepada sektor rumah tangga sebagai pendapatan kepada faktor-faktor produksi, dan pembayaran pajak pendapatan perusahaan kepada pemerintah.
b.      Pendapatan yang diterima rumah tangga sekarang berasal dari dua sumber: dari pembayaran gaji dan upah, sewa, bunga, dan untung oleh perusahaan dan dari pembayaran gaji dan upah oleh pemerintah.
c.       Pemerintah menerima pendapatan berupa pajak dari perusahaan dan rumah tangga, pendapatan tersebut akan digunakan untuk membayar gaji dan upah pegawai-pegawai dan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa.
d.      Pendapatan yang diterima rumah tangga (Y) akan digunakan untuk memenuhi tiga kebutuhan: membayar dan membiayai pengeluaran konsumsi (C), disimpan sebagai tabungan (S), dan membayar pajak pendapatan rumah tangga (T), dalam persamaan Y = C + S + T.
e.       Dalam gambaran tersebut tetap dimisalkan bahwa tabungan rumah tangga dipinjamkan oleh lembaga-lembaga keuangan kepada para pengusaha penanam modal.
f.        Pengeluaran agregat (AE) telah menjadi bertambah banyak jenisnya, yaitu disamping pengeluaran konsumsi (C), investasi (I), sekarang termasuk pula pengeluaran pemerintah (G), dalam persamaan AE = C + I + G.

2.      Syarat Keseimbangan
Bahwa dalam suatu perekonomian keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai apabila: penawaran agregat adalah sama dengan pengeluaran agregat. Dalam perekonomian yang tidak melakukan perdagangan luar negeri, penawaran agregat adalah sama dengan pendapatan nasionalnya (Y) yaitu sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam perekonomian dalam suatu periode tertentu. Pengeluaran agregat, atau pengeluaran yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam perekonomian tersebut.
Meliputi tiga jenis perbelanjan: konsumsi rumah tangga (C), Investasi perusahaan (I),[2]Dan pengeluaran pemerintah membeli barang dan jasa (G),dengan demikian keadaan yang menciptakan keseimbangan dalam perekonomian tiga sektor adalah: penawaran agregat = pengeluaran agregat (Y = AE ) atau Y = C + I +G

C.          Jenis-Jenis Pajak
            Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan beberapa jenis perbelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, dan membiayai anggota polisi dan tentara untuk menjaga keamanan merupakan pengeluaran yang tidak boleh dielakkan pemerintah. Untuk dapat membiayai pengeluaran tersebut pemerintah perlu mencari dana. Dana tersebut terutama diperoleh dari pungutan pajak ke atas rumah tangga dan perusahaan. Uraian berikut ini yang secara ringkas menerangkan struktur pajak yang menjadi sumber dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah.


1.      Pajak Langsung dan Pajak Tak Langsung
Secara garis besarnya berbagai jenis pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan kepada dua golongan, yaitu pajak langsung dan pajak tak langsung.

a.       Pajak Langsung
Pajak langsung berarti pajak jenis pungutan pemerintah yang secara langsung dikumpulkan dari pihak yang wajib membayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yang menjalankan kegiatan dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak, pajak yang dipungut dan dikenakan ke atas pendapatan mereka dinamakan pajak langsung, yaitu pajak yang secara langsung dipungut dari orang yang berkewajiban membayar pajak.
b.      Pajak Tak Langsung
Pajak tak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindah-pindahkan ke pihak lain. Salah satu jenis pajak tak langsung adalah pajak impor. Biasanya, pada akhirnya yang akan menanggung beban pajak tersebut adalah para konsumen. Yang mula-mula membayar pajak adalah perusahaan-perusahaan yang mengimpor barang. Akan tetapi, pada waktu menjual barang impor tersebut, pengimpor akan menambahkan pajak impor yang dibayarnya dalam menentukan harga penjualannya. Dengan demikian keuntungannya tidak berkurang. Pada akhirnya. Para pembeli yang akan membayar pajak, yaitu dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Dengan contoh, pajak tak langsung adalah pajak penjualan. Pajak ini biasanya ditambahkan ke harga penjualan yang ditentukan oleh pedagang-pedagang. Oleh sebab itu, pajak penjualan berkecenderungan akan mengakibatkan kenaikan harga.


2.      Bentuk-Bentuk Pajak Pendapatan
Sistem pajak dapat pula dibedakan berdasarkan penggolongan berikut: Pajak regresif, pajak proporsional, dan pajak progresif.

a.       Pajak regresif
Pajak regresif adalah sistem pajak yang persentasi pungutan pajaknya menurun apabila pendapatan yang dikenakan pajak menjadi bertambah tinggi. Dalam sistem ini, pada pendapatan rendah, pajak yang dipungut meliputi bagian yang tinggi dari pendapatan tersebut. Tetapi, semakin tinggi pendapatan semakin kecil persentasi pajak itu dibandingkan dengan keseluruhan pendapatan. Nilai pajak yang sama besarnya tanpa melihat pendapatan seseorang dapat digolongkan sebagai pajak regresif. Pajak impor dan pajak penjualan dapat digolongkan sebagai pajak regresif, yaitu kepada orang kaya pajak tersebut merupakan sebagian kecil dari pendapatannya. Tetapi untuk golongan miskin, ia meliputi persentasi yang lenih kuat kepada pendapatannya. Pembayaran fiskal untuk orang yang berpergian ke luar negeri merupakan contoh lain dari pajak regresif.

b.      Pajak Proporsional
Pajak proporsional, persentasi pungutan pajak yang tetap besarnya pada berbagai tingkat pendapatan, yaitu dari pendapatan yang sangat rendah kepada yang sangat tinggi. Dalam sistem pajak ini tidak dibedakan di antara produk yang kaya dan yang miskin dan di antara perusahaan besar dan perusahaan kecil, maka mereka harus membayar pajak menurut persentasi yang tetap. Walau bagaimanapun, dalam nilai nominalnya, makin tinggi pendapatan atau kekayaan, makin tinggi pula pajak yang akan harus dibayar. Di banyak negara, sistem pajak ini digunakan dalam memungut pajak pendapatan (keuntungan) perusahaan-perusahaan yang berbentuk perseroan.

c.       Pajak Progresif
Pajak progresif, sistem pajak yang persentasinya bertambah apabila pendapatan semakin meningkat. Pajak progresif menyebabkan pertambahan nominal pajak yang dibayar akan menjadi semakin cepat apabila pendapatan semakin tinggi. Di berbagai negara sistem pajak ini digunaka untuk memungut pajak pendapatan orang-orang yang bekerja makan gaji. Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh pendapatan pajak yang lebih banyak dan tujuan lainnya adalah untuk lebih meratakan pendapatan.

D.          Keseimbangan Pendapatan Nasional dalam Perekonomian Tiga Sektor
Uraian mengenai keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor akan dibedakan menjadi dua keadaan yaitu:
1)      Dalam perekonomian di mana sistem pajaknya adalah sistem tetap.
2)      Dalam perekonomian di mana sistem pajaknya adalah pajak proporsional.






TABEL 5.1
Pengaruh Pajak Tetap ke atas Konsumsi dan Tabungan Rumah Tangga (dalam triliun rupiah)
Y
(1)
T
(2)
Y
(3)
C
(4)
S
(5)
 Bagian 1: T = 0
0
0
0
90
-90
240
0
240
270
-30
480
0
480
450
30
720
0
720
630
90
960
0
960
810
150
1200
0
1200
990
210
1440
0
1440
1070
270


Bagian 2: T = 40
0
40
-40
60
-100
240
40
200
240
-40
480
40
440
420
20
720
40
680
600
80
960
40
920
780
140
1200
40
1160
960
200
1440
40
1400
1040
260

Untuk setiap keadaan, tiga pendekatan penentuan keseimbangan pendapatan nasional akan diterangkan dengan menggunakan contoh angka, grafik dan dengan analisis secara aljabar.
1.      Pajak Tetap dan Keseimbangan Pendapatan
Untuk menerangkan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian dimana sistem pajaknya adalah pajak tetap, digunakan pemisalan-pemisalan dibawah ini:
a.       Jumlah pajak dan sifat hubungan di antara pendapatan nasional, konsumsi dan tabungan adalah seperti dalam bagian, Tabel 5.1. dengan demikian fungsi konsumsi adalah C = 60 + 0,75Y (fungsi konsumsi sesudah pajak) dan fungsi tabungan adalah S = -100 + 0,25Y. Pajak adalah T= 40.
b.      Investasi sektor perusahaan adalah I = 120 ( triliun rupiah ) dan pengeluaran pemerintah adalah G = 60 (triliun rupiah).
Disini saya akan mengambil contoh untuk penentuan keseimbangan pendapatan nasional diatas dengan menggunakan cara keseimbangan secara Aljabar.
Keseimbangan secara Aljabar
Dalam pendekatan penawaran agregat-permintaan agregat, keseimbangan pendapatan nasional dicapai apabila Y = C + I + G . Dalam contoh telah dimisalkan dan diterangkan bahwa.
                                                        i.            C = 60 + 0,75Y dan S = -100 + 0,25Y
                                                        ii.           I = 120
                                                     iii.           G = 60
Dengan demikian pendapatan nasional pada keseimbangan adalah (dalam triliun rupiah)
                        Y = C + I + G
                        Y = 60 + 0,75Y + 120 + 60
                0,25 Y = 240
                        Y = 960
Pendapatan nasional pada keseimbangan dapat juga dihitung dengan menggunakan pendekatan suntikan ( injection atau j ) sama dengan bocoran ( withdrawal atau W ), yaitu J = I + G sama dengan W = S + T ( nilai dalam triliun rupiah ):
                        I + G = S + T
                  120 + 60 = -100 + 0,25Y + 40
                      0,25Y = 240
                             Y = 960

   Pajak Proporsional dan Keseimbangan Pendapatan
Untuk menerangkan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian yang menggunakan sistem pajak proporsional digunakan permisalan-permisalan di bawah ini.

                                i.            Persentasi (kadar) pajak dan sifat hubungan di antara pendapatan nasional, konsumsi    dan tabungan. Maka fungsi konsumsi adalah C = 90 + 0,60Y dan fungsi tabungan      adalah S = -90 + 0,20Y. Fungsi pajak adalah T = 0,20Y.
                              ii.            Investasi perusahaan adalah I = 150 (triliun rupiah) dan pengeluaran pemerintah G = 240 (triliun rupiah).



Maka berdasarkan permisalan di atas dalam uraian berikut diterangkan keseimbangan pendapatan nasional secara Grafik dan aljabar.
            Keseimbangan secara Grafik
            Grafik (a) dalam gambar diatas menunjukkan keseimbangan mengikut pendekatan penawaran agregat-pengeluaran agregat. Fungsi konsumsi adalah C = 90 + 0,60Y dan fungsi perbelanjaan agregat adalah AE = 480 + 0,60Y. Fungsi konsumsi memotong garis 45-derajat pada Y = 225 (yaitu pada ketika Y=C) dan fungsi perbelanjaan agregat AE memotong garis 45-derajat apabila pendapatan nasional mencapai keseimbangan (Y=1200).
            Grafik (b) dalam gambar diatas menunjukkan keseimbangan mengikut pendekatan suntikan bocoran. Fungsi suntikan adalah I + G = 150 + 240 = 390 dan fungsi bocoran S + T = -90 + 0,20Y + 0,20Y = -90Y + 0,40Y.[3] Fungsi bocoran memotong sumbu datar pada Y = 225 (yaitu pada pendapatan nasional di mana C = Y ) dan memotong fungsi suntikan pada Y = 1200, yaitu pendapatan nasional yang dicapai pada tingkat keseimbangan.


            Keseimbangan secara Aljabar.
Persamaan konsumsi dan tabungan adalah:
                                i.            C = 90 + 0,60Y
                              ii.            S = -190 + 0,20Y

Sedangkan I = 150 dan G = 240. Menurut pendekatan penawaran agregat-pengeluaran agregat keseimbangan dicapai pada Y = C + I + G. Dengan demikian pendapatan nasional adalah (dalam triliun rupiah):
                        Y = 90 + 0,60Y + 150 + 240
                 0,40Y = 480
                        Y = 1200

Keseimbangan menurut pendakatan suntikan-bocoran dicapai apabila I + G + = S + T. Dengan demikian pendapatan nasional adalah ( dalam triliun rupiah ).
                        I + G = S + T
                150 + 240 = -90 + 0,20Y + 0,20Y
                      0,40Y = 480
                             Y = 1200


0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive

LATEST POSTS

CB Blogger Lab

JASA SEO CB

jam ayam

CONTOH BLOG

JASA SEO CB

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *