Jumat, 01 Maret 2019

Hakikat Manusia Menurut Islam


BAB 3 MANUSIA
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah makhluk paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang,
dan lain-lainnya.
2.1  Pengertian manusia menurut para ahli

 NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi
tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang

 ABINENO J. I
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus
dalam tubuh yang fana”
 UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana ataubadan fisik

 I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa



 OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia
adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya
dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

 ERBE SENTANU

Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia
adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain

 PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung
jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan
unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.

Pengertian manusia menurut agama islam
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-
abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk
yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah.
Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.

Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling
mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani
kehidupan di dunia dan akhirat.
Allah selaku pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi lewat wahyu Al-
quran dan realita faktual yang tampak pada diri manusia. Informasi itu diberi- Nya melalui ayat-
ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu surat. Hal ini dilakukan-Nya agar manusia
berusaha mencari, meneliti,memikirkan, dan menganalisanya. Tidak menerima mentah demikian
saja. Untuk mampu memutuskannya, diperlukan suatu peneliti Alquran dan sunnah rasul secara
analitis dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian laboratorium
sebagai perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep awal dari
Allah dan mana yang telah mendapat pengaruh lingkungan.

Hasil peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa manusia terdiri
dari unsur-unsur: jasad, ruh,  nafs, qalb, fikr, dan aqal.


A. Jasad
Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan dari tanah.
Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang dimulai dari sari pati
makanan, disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya menjadi sperma atau ovum (sel telur), yang
keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) perempuan (a-Thariq: 5-7). Sperma
dan ovum bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian
menjadi yang dililiti daging dan kenpmudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan daging.
Setelahnia berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh
ibu, menjadikan ia seorang anak manusia.

Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilai-nilai kejiwaan untuk
terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat mewujudkan sperma dan ovum
berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya, Alquran mengharapkan agar umat
manusia selalu memakan makanan yang halalan thayyiban (Surat Al-baqarah: 168, Surat Al-
maidah 88, dan surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah.
Sedangkan kata thayyiban bermakna bermutu dan berkualitas dari segi materinya.



B. Ruh
Ruh adalah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam kandungan
(Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad 27) ketika janin berumur 4 bulan 10 hari.
Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya istilah ruhani, kata ini lebih mengarah pada aspek
kejiwaan, yang dalam istilah Al-Qur’an disebut nafs.

Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk :

1. Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193)

2. Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siap menerima beban perintah-
perintah Allah dan sebagai orang yang dibekali dengan ruh, seharusnya ia elalu meningkatkan
keimanannya terhadap Allah. Hal itu berarti mereka yang tidak ada usaha untuk menganalisa
wahyu Allah serta tidak pula ada usaha untuk menguatkan keimanannya setiap saat berarti dia
mengkhianati ruh yang ada dalam dirinya.



C.Nafs
Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan bahwa
yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat Al-Ankabut
ayat 57, Surat Ali-Imran ayat 185. Hadist menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam
barzah sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali secara
sempurna dengan tanah.

Alquran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:

1. Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas memberikan pengertian bahwa
nafs amarah itu mendorong ke arah kejahatan.

2. Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari penjelasan ayat tersebut
terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafs lawwamah ini adalah jiwa yang condong kepada
dunia dan tak acuh dengan akhirat.

3. Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah ini adalah jiwa yang
mengarah ke jalan Allah untuk mencari ketenangan dan kesenangan sehingga hidup berbahagia
bersama Allah.





2.2       Penciptaan manusia
hal ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat dipahami dalam al-quran,
ketika menyatakan bahwa allah maha pencipta. Dengan kata lain, kehidupan manusia memiliki
pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari perubahan samapi kematian.
(Q.S Nuh 13-14) menyatakan bahwa manusia diciptakan dan ditentukan untuk perkembangan
dalam tahapan. Ayat ini dalam pengertian bahwa manusia diciptakan dari nutfah (tetesan),
kemudian diubah menjadi alaqah (segumpal pendarahan), kemudian menjadi mudhgah
(segumpal darah), dan seterusnya.

(Q.S al-insyqaq 19) dalam pengertian surat ini bahwa manusia tumbuh dari satu keadaan lain
sedemikian rupa, menjadi kanak-kanak setelah bayi, menjadi tua setelah muda dan kuat.
Dalam surat al’mu’minun ayat 12-15Allah S.W.T berfirman ;



Artinya :

12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
daritanah.13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.15. Kemudian, sesudah
itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.(QS. Al- Mu’minuun 23 : 12-15). “


Dari ayat diatas ini diketahui bahwa perkembangan embrio terjadi secara bertahap. Tahapan-
tahapan yang digambarkan dua ayat ini sama persis dengan temuan ilmu pengetahuan modern.
Secara global, pentahapan itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sel telur yang belum dibuahi diproduksi oleh organ wanita dan diletakan pada semacam tabung
yang disebut fallopian. Saat bersenggama, akan ada satu sperma laki-laki yang membuahi sel
telur. Sel telur yang dibuahi akan bergerak ke rahim (uterus)dan menempel pada dinding rahim.

Ketika menempel di dinding rahim, embrio akan berkembang sekitar 3 bulan.Setelah itu, terjadi
perkembangan janin selama kurang lebih 6 bulan pada masa persalinan.

Dalam surat assajadah  ayat 7-9 yang berbunyi:

الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن طِينٍ ﴿٧﴾ ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاءٍ مَّهِينٍ ﴿٨﴾ ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن
رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ ﴿٩﴾

Artinya : Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh
(ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur.(Q.S assajadah 7-9)


Dari ayat al-quran diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari
tanah. Tanah yang diinjak-injak sehari-hari, tanah yang dijadikan tempat bercocok tanam,tanah
yang kering dan yang basah, tanah yang dijadikan tempat hidup bagi cacing-cacing, tanah yang
dijadikan sebagai bahan baku membuat genting,bata merah untuk membuat bangunan tempat
tinggal, itulah bahan baku untuk kejadian seorang anak manusian dan tiap-tiap manusia tanpa
terkecuali. Di mulai dari apa yang dimakan sehari-hari, misalnya nasi,gandum,jagung,sayur-
mayur dan buah-buahan hingga daging, segala makanan yang dikonsumsi manusia itu tumbuh
dan mengambil sari makanan dari tanah.

Di dalam segala makanan itu ada segala macam saringan yang ditakdirkan Allah atas alam. Di
dalam makanan itu terdapat protein, karbohidrat, zat besi, berbagai macam vitamin dan zat-zat
lain yang memang sangat diperlukan bagi keperluan tubuh manusia. Sehingga dengan makanan

itu segala kebutuhan tubuh dapat tercukupi, makanan masuk ke dalam sisitem pencernaan,
kemudian makanan ini menjadi dua bagian, yaitu sari makanan dan sisa makanan yang akhirnya
dibuang oleh tubuh. Sedangkan sari makanan tadi diproses lebih lanjut sehingga sebagian
menjadi darah, hormon, air susu, lemak dan lain-lainnya termasuk air mani( bagi laki-laki) yang
tersimpan dalam tulang sulbi dan ovum ( sel telur) bagi perempuan  yang tersimpan dalam tulang
dada. Dan dengan kehendak Allah maka pria dan wanita pun diciptakan untuk berpasang-
pasangan karena dengan perpaduan gender mereka terciptalah suatu nutfah, sebagaimana
dijelaskan oleh Allah S.W.T dalam firmannya :



(45)وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى
 (46)مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى

Artinya : dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita. dari
air mani, apabila dipancarkan (Q.S an-najm ayat 45-46)


Dan kehendak ilahi berpadulah satu dengan zat mani pada perempuan yang merupakan telur
yang sangat kecil. Perpaduan keduanya itulah  yang dinamakan nutfah, kian lama kian
besarlah nutfah itu, dalam empat puluh hari.
Dan dalam masa 40 hari mani yang telah berpadu, berangsur menjadi darah segumpal. Untuk
melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang
sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, di
dalam rahim bunda kandung, itulah “qararin makin”, tempat yang terjamin dan terpelihara.

Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu dan bertukar rupa menjadi segumpal
darah. Ketika ibu telah hamil setengah bukan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si
ibu,pendingin,pemarah, berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40

hari berubah darah, dia berangsur membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus
hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persendian air yang
kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.

Mulanya hanya sekumpulan tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki dan tangan dan
seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging. Pada saat itu
dianugrahkan kepadanya” ruh”, makanya bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada
sekumpulan tulang dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi manusia.
(Dudung Abdullah ; 1994 :3).

Dalam surat al-Hijr ayat 28-29 dijelaskan bahwa:




وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ ﴿٢٨﴾

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ ﴿٢٩﴾

      Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam
yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud
. (al-hijr(15);28-29).



Tentang ruh (ciptaan-Nya) yang ditiupkan ke dalam rahim wanita yang mengandung embrio
yang terbentuk dari saripati (zat) tanah itu, hanya sedikit pengetahuan manusia, sedikitnya juga
keterangan tentang makhluk ghaib itu diberikan tuhan dalam. Al-quran. “Dan (ingatlah), ketika
tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya aku akan menciptakan seorang

manusia dari tenah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (al-hajr(15);28-29). Yang dimaksud”dengan
bersujud” dalam ayat ini bukanlah menyembah, tetapi memberi penghormatan.

Alquran tidak member penjelasan tentang sifat ruh. Tidak pula ada larangan di dalam al-quran
intuk menyelidiki ruh yang gaib, sebab penyelikikan tentang ruh, mungkin berguna, mungkin
pula tidak berguna, dalam hubungan dengan masalah ruh ini tuhan berfirman dalam surat al-
isra:85


وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾

Artinya : Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Q.S. Al-Isra:85).

Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan
tertentu. Jika analisis, al-quran dan hadits secara umum membagi kehidupan manusia
pertumbuhan dan perkebangan di dunia menjadi dua katagori besar, kelahiran dan pasca
kelahiran. Al-quran juga menyatakan, sebagimana petikan (Q.S Al-hajj 5) bahwa periode
perkelahiran telah ditentukan (biasanya 9 bulan dalam keadaan normal). Namun Al-quran juga
menyebutkan bahwa ada kasus-kasus pengecualian dimana periode prakelahiran dihentikan,
sebelum atau setelah waktu yang normal.

2.3       Persamaan dan perbedaan manusia dengan makluk lain

Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan fisiologisnya.
Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada
gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat
perkembangan binatang, semakin fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet)
yang lebih tinggi dapat di temukan intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan
yang diinginkan, sehinnag memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah di

gariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen dasar
ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.

Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan
tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan dan kesadaran.
Perbedaan di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan.
Di sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang di banding dengan makhluk lain.

Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk yang
memiliki karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang,
sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara
manusia dengan makhluk yang lain adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan.
Kebudayaan hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya memiliki
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.

Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan menusia adalah kemampuan untuk bergerak di
darat, di laut maupun di udara. Sedan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas.
Walaupun ada binatang yang dapat hidup di darat dan di air, namun tetap saja mempunyai
kterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain
di i surat al-Isra ayat 70.

Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan
Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia
dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk
lainnya.

Manusian memiliki karakter yang khas, bahkan di bandingkan makhluk lain yang paling mirip
sekalipun. Kekhasan inilah yang menurut al-Quran menyebabkan adanya konsekuensi
kemanusiaan di antaranya kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Diantara karakteristik
manusia adalah:

1. Aspek kreasi
Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah di rakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan
sempurna. Hal ini bisa di bandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya. Mungkin
banyak kesamaannya, tetapi tangan manusia lebih fungsional dari tangan sinpanse, demikian
pula organ-organ lainnya.

2. Aspek ilmu

Hanya manusia yang punya kesempatan memahami lebih jauh hakekat alam semesta di
sekelilingnya. Pengatahuan hewan hanya berbatas pasa naluri dasar yang tidak bisa di
kembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan
peradaban yang terus berkembang.
3. Aspek kehendak

Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan dalam hidup. Makhluk
lain hidup dalam suatu pola yang telah baku dan tak akan pernah berubah. Para malaikat yang
mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
4.  Pengarahan akhlak

Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelulmnya baik,
tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu dapat menjadi penjahat. Demikian pula sebaliknya.
Oleh karena itu lembaga pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan generasi yang
akan datang.


Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, maka manusia tidak bermartabat lagi. Dalam
keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang. Seperti dalam surat al- Araaf, 129 dan
at-Tin, 4.


2.4         Tujuan penciptaan manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan kepada
Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang
tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam
menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical
(manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan
alam semesta dan manusia).

Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap
terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu penyembahan
harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia
termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku
tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki  supaya mereka
member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh. (az-Zaariyaat, 51:56-58).

                        Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama
yang lurus. (Bayinnah, 98:5)
Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan  dirinya sebagai khalifah
Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat
terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak
sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan penciptaan
manusia di tengah-tengah alam.


2.5       Fungsi dan peranan manusia dalam islam

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku
ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku
ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai
dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :

1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.


2.            Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah
maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah
adalah Al Quran dan juga Al Bayan
3.            Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.


Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia.
• Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah
dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan
syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah
Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah
membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku
ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”

• Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya
Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti.
Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang
menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al
A’raf : 172
• “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka
menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
• Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang
telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah
yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud
sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam
dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia
yang beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali
Allah yang mempusakai dunia ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive

LATEST POSTS

CB Blogger Lab

JASA SEO CB

jam ayam

CONTOH BLOG

JASA SEO CB

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *