Hakikat Manusia Menurut Islam
BAB 3
MANUSIA
HAKIKAT
MANUSIA MENURUT ISLAM
Sesungguhnya
manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah makhluk paling sempurna
dibandingkan
dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis,
Binatang,
dan
lain-lainnya.
2.1 Pengertian
manusia menurut para ahli
NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia
adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani
akan tetapi
tunggal
karena jasmani dan rohani merupakan satu barang
ABINENO J. I
Manusia
adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang
terbungkus
dalam
tubuh yang fana”
UPANISADS
Manusia
adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana
ataubadan fisik
I
WAYAN WATRA
Manusia
adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan
karsa
OMAR
MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia
adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia
adalah
mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya
dipengaruhi
faktor keturunan dan lingkungan.
ERBE
SENTANU
Manusia
adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia
adalah
ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
PAULA
J. C & JANET W. K
Manusia
adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung
jawab
atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan
dan
unggul
multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.
Pengertian
manusia menurut agama islam
Dalam
Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan,
al-naas, al-
abd, dan
bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau
makhluk
yang
sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai
hamba Allah.
Bani
adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun
dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling
mulia
dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani
kehidupan
di dunia dan akhirat.
Allah
selaku pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi lewat wahyu
Al-
quran
dan realita faktual yang tampak pada diri manusia. Informasi itu diberi- Nya
melalui ayat-
ayat
tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu surat. Hal ini dilakukan-Nya
agar manusia
berusaha
mencari, meneliti,memikirkan, dan menganalisanya. Tidak menerima mentah
demikian
saja.
Untuk mampu memutuskannya, diperlukan suatu peneliti Alquran dan sunnah rasul
secara
analitis
dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian laboratorium
sebagai
perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep awal dari
Allah
dan mana yang telah mendapat pengaruh lingkungan.
Hasil
peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa manusia
terdiri
dari
unsur-unsur: jasad, ruh, nafs, qalb, fikr, dan aqal.
A. Jasad
Jasad
merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan
dari tanah.
Penciptaan
dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang dimulai dari sari pati
makanan,
disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya menjadi sperma atau ovum (sel telur),
yang
keluar
dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) perempuan (a-Thariq:
5-7). Sperma
dan ovum
bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian
menjadi
yang dililiti daging dan kenpmudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan
daging.
Setelahnia
berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh
ibu,
menjadikan ia seorang anak manusia.
Meskipun
wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilai-nilai kejiwaan
untuk
terbentuknya
jasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat mewujudkan sperma dan ovum
berkualitas
tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya, Alquran mengharapkan agar
umat
manusia
selalu memakan makanan yang halalan thayyiban (Surat Al-baqarah: 168, Surat Al-
maidah
88, dan surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai
Allah.
Sedangkan
kata thayyiban bermakna bermutu dan berkualitas dari segi materinya.
B. Ruh
Ruh adalah
daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam
kandungan
(Surat
Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad 27) ketika janin berumur 4
bulan 10 hari.
Walaupun
dalam istilah bahasa dikenal adanya istilah ruhani, kata ini lebih mengarah
pada aspek
kejiwaan,
yang dalam istilah Al-Qur’an disebut nafs.
Dalam
diri manusia, ruh berfungsi untuk :
1.
Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193)
2.
Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)
Dari
ayat ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siap menerima beban
perintah-
perintah
Allah dan sebagai orang yang dibekali dengan ruh, seharusnya ia elalu
meningkatkan
keimanannya
terhadap Allah. Hal itu berarti mereka yang tidak ada usaha untuk menganalisa
wahyu
Allah serta tidak pula ada usaha untuk menguatkan keimanannya setiap saat
berarti dia
mengkhianati
ruh yang ada dalam dirinya.
C.Nafs
Para
ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan
bahwa
yang
mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat
Al-Ankabut
ayat 57,
Surat Ali-Imran ayat 185. Hadist menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam
barzah
sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali
secara
sempurna
dengan tanah.
Alquran
menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:
1. Nafs
Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas memberikan pengertian
bahwa
nafs
amarah itu mendorong ke arah kejahatan.
2. Nafs
Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari penjelasan ayat
tersebut
terlihat
bahwa yang dimaksud dengan nafs lawwamah ini adalah jiwa yang condong kepada
dunia
dan tak acuh dengan akhirat.
3. Nafs
Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah ini adalah jiwa yang
mengarah
ke jalan Allah untuk mencari ketenangan dan kesenangan sehingga hidup
berbahagia
bersama
Allah.
2.2 Penciptaan
manusia
hal ini
merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat dipahami dalam al-quran,
ketika
menyatakan bahwa allah maha pencipta. Dengan kata lain, kehidupan manusia
memiliki
pola
dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari perubahan samapi
kematian.
(Q.S Nuh
13-14) menyatakan bahwa manusia diciptakan dan ditentukan untuk perkembangan
dalam
tahapan. Ayat ini dalam pengertian bahwa manusia diciptakan dari nutfah
(tetesan),
kemudian
diubah menjadi alaqah (segumpal pendarahan), kemudian menjadi mudhgah
(segumpal
darah), dan seterusnya.
(Q.S
al-insyqaq 19) dalam pengertian surat ini bahwa manusia tumbuh dari satu
keadaan lain
sedemikian
rupa, menjadi kanak-kanak setelah bayi, menjadi tua setelah muda dan kuat.
Dalam
surat al’mu’minun ayat 12-15Allah S.W.T berfirman ;
Artinya
:
12. Dan
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
daritanah.13.
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh
(rahim).14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu
kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu
tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.15. Kemudian,
sesudah
itu,
Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.(QS. Al- Mu’minuun 23 :
12-15). “
Dari
ayat diatas ini diketahui bahwa perkembangan embrio terjadi secara bertahap.
Tahapan-
tahapan
yang digambarkan dua ayat ini sama persis dengan temuan ilmu pengetahuan
modern.
Secara
global, pentahapan itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sel
telur yang belum dibuahi diproduksi oleh organ wanita dan diletakan pada
semacam tabung
yang
disebut fallopian. Saat bersenggama, akan ada satu sperma laki-laki
yang membuahi sel
telur.
Sel telur yang dibuahi akan bergerak ke rahim (uterus)dan menempel pada dinding
rahim.
Ketika
menempel di dinding rahim, embrio akan berkembang sekitar 3 bulan.Setelah itu,
terjadi
perkembangan
janin selama kurang lebih 6 bulan pada masa persalinan.
Dalam
surat assajadah ayat 7-9 yang berbunyi:
الَّذِي أَحْسَنَ
كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن طِينٍ ﴿٧﴾ ثُمَّ
جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاءٍ مَّهِينٍ ﴿٨﴾ ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ
مِن
رُّوحِهِ ۖ وَجَعَلَ
لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
﴿٩﴾
Artinya
: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan
manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang
hina
(air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh
(ciptaan)
-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi)
kamu
sedikit sekali bersyukur.(Q.S assajadah 7-9)
Dari
ayat al-quran diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan oleh
Allah dari
tanah.
Tanah yang diinjak-injak sehari-hari, tanah yang dijadikan tempat bercocok
tanam,tanah
yang
kering dan yang basah, tanah yang dijadikan tempat hidup bagi cacing-cacing,
tanah yang
dijadikan
sebagai bahan baku membuat genting,bata merah untuk membuat bangunan tempat
tinggal,
itulah bahan baku untuk kejadian seorang anak manusian dan tiap-tiap manusia
tanpa
terkecuali.
Di mulai dari apa yang dimakan sehari-hari, misalnya nasi,gandum,jagung,sayur-
mayur
dan buah-buahan hingga daging, segala makanan yang dikonsumsi manusia itu
tumbuh
dan
mengambil sari makanan dari tanah.
Di dalam
segala makanan itu ada segala macam saringan yang ditakdirkan Allah atas alam.
Di
dalam
makanan itu terdapat protein, karbohidrat, zat besi, berbagai macam vitamin dan
zat-zat
lain
yang memang sangat diperlukan bagi keperluan tubuh manusia. Sehingga dengan
makanan
itu
segala kebutuhan tubuh dapat tercukupi, makanan masuk ke dalam sisitem
pencernaan,
kemudian
makanan ini menjadi dua bagian, yaitu sari makanan dan sisa makanan yang
akhirnya
dibuang
oleh tubuh. Sedangkan sari makanan tadi diproses lebih lanjut sehingga sebagian
menjadi
darah, hormon, air susu, lemak dan lain-lainnya termasuk air mani( bagi
laki-laki) yang
tersimpan
dalam tulang sulbi dan ovum ( sel telur) bagi perempuan yang tersimpan
dalam tulang
dada.
Dan dengan kehendak Allah maka pria dan wanita pun diciptakan untuk berpasang-
pasangan
karena dengan perpaduan gender mereka terciptalah suatu nutfah, sebagaimana
dijelaskan
oleh Allah S.W.T dalam firmannya :
(45)وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى
(46)مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى
Artinya
: dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita. dari
air
mani, apabila dipancarkan (Q.S an-najm ayat 45-46)
Dan
kehendak ilahi berpadulah satu dengan zat mani pada perempuan yang merupakan
telur
yang
sangat kecil. Perpaduan keduanya itulah yang dinamakan nutfah, kian
lama kian
besarlah nutfah itu,
dalam empat puluh hari.
Dan
dalam masa 40 hari mani yang telah berpadu, berangsur menjadi darah segumpal.
Untuk
melihat
contoh peralihan berangsur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam
yang
sedang
dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, di
dalam
rahim bunda kandung, itulah “qararin makin”, tempat yang terjamin dan
terpelihara.
Lepas 40
hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu dan bertukar rupa menjadi segumpal
darah.
Ketika ibu telah hamil setengah bukan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas
badan si
ibu,pendingin,pemarah,
berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40
hari
berubah darah, dia berangsur membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku
terus
hingga
berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persendian
air yang
kelaknya
menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.
Mulanya
hanya sekumpulan tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki dan
tangan dan
seluruh
tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging. Pada saat itu
dianugrahkan
kepadanya” ruh”, makanya bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada
sekumpulan
tulang dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi
manusia.
(Dudung
Abdullah ; 1994 :3).
Dalam
surat al-Hijr ayat 28-29 dijelaskan bahwa:
وَإِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ
﴿٢٨﴾
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ
وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ ﴿٢٩﴾
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya
Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam
yang
diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan
ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud
. (al-hijr(15);28-29).
Tentang
ruh (ciptaan-Nya) yang ditiupkan ke dalam rahim wanita yang mengandung embrio
yang
terbentuk dari saripati (zat) tanah itu, hanya sedikit pengetahuan manusia,
sedikitnya juga
keterangan
tentang makhluk ghaib itu diberikan tuhan dalam. Al-quran. “Dan (ingatlah),
ketika
tuhanmu
berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya aku akan menciptakan seorang
manusia
dari tenah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka
tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud (al-hajr(15);28-29). Yang dimaksud”dengan
bersujud”
dalam ayat ini bukanlah menyembah, tetapi memberi penghormatan.
Alquran
tidak member penjelasan tentang sifat ruh. Tidak pula ada larangan di dalam
al-quran
intuk
menyelidiki ruh yang gaib, sebab penyelikikan tentang ruh, mungkin berguna,
mungkin
pula
tidak berguna, dalam hubungan dengan masalah ruh ini tuhan berfirman dalam
surat al-
isra:85
وَيَسْأَلُونَكَ
عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ
الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
Artinya
: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk
urusan
Tuhan-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Q.S. Al-Isra:85).
Ayat-ayat
diatas menunjukan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan
tertentu.
Jika analisis, al-quran dan hadits secara umum membagi kehidupan manusia
pertumbuhan
dan perkebangan di dunia menjadi dua katagori besar, kelahiran dan pasca
kelahiran.
Al-quran juga menyatakan, sebagimana petikan (Q.S Al-hajj 5) bahwa periode
perkelahiran
telah ditentukan (biasanya 9 bulan dalam keadaan normal). Namun Al-quran juga
menyebutkan
bahwa ada kasus-kasus pengecualian dimana periode prakelahiran dihentikan,
sebelum
atau setelah waktu yang normal.
2.3 Persamaan
dan perbedaan manusia dengan makluk lain
Manusia
tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan
fisiologisnya.
Fungsi
kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang
pada
gilirannya
ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat
perkembangan
binatang, semakin fleksibel pola tindakannya. Pada primata (bangsa monyet)
yang
lebih tinggi dapat di temukan intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna
mencapai tujuan
yang
diinginkan, sehinnag memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah
di
gariskan
secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen
dasar
ekstensinya
yang tertentu masih tetap sama.
Manusia
pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat
dan
tujuan.
Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung oleh pengetahuan dan
kesadaran.
Perbedaan
di antara keduanya terletak pada dimensi pengtahuan, kesadaran, dan tingkat
tujuan.
Di
sinilah letak kelebihan dan keunggulan yang di banding dengan makhluk lain.
Manusia
sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan makhluk yang
memiliki
karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan
binatang,
sehingga
para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama
antara
manusia
dengan makhluk yang lain adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan.
Kebudayaan
hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya memiliki
kebiasaan-kebiasaan
yang bersifat instinctif.
Di
banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu membedakan
manusia
dengan makhluk lainnya. Kelebihan menusia adalah kemampuan untuk bergerak di
darat,
di laut maupun di udara. Sedan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang
terbatas.
Walaupun
ada binatang yang dapat hidup di darat dan di air, namun tetap saja mempunyai
kterbatasan
dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain
di i
surat al-Isra ayat 70.
Di
samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan
Allah,
berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia
dalam
keadaan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari
makhluk
lainnya.
Manusian
memiliki karakter yang khas, bahkan di bandingkan makhluk lain yang paling
mirip
sekalipun.
Kekhasan inilah yang menurut al-Quran menyebabkan adanya konsekuensi
kemanusiaan
di antaranya kesadaran, tanggung jawab, dan pembalasan. Diantara karakteristik
manusia
adalah:
1. Aspek
kreasi
Apapun
yang ada pada tubuh manusia sudah di rakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan
sempurna.
Hal ini bisa di bandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya.
Mungkin
banyak
kesamaannya, tetapi tangan manusia lebih fungsional dari tangan sinpanse,
demikian
pula
organ-organ lainnya.
2. Aspek
ilmu
Hanya
manusia yang punya kesempatan memahami lebih jauh hakekat alam semesta di
sekelilingnya.
Pengatahuan hewan hanya berbatas pasa naluri dasar yang tidak bisa di
kembangkan
melalui pendidikan dan pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan
peradaban
yang terus berkembang.
3. Aspek
kehendak
Manusia
memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan dalam hidup. Makhluk
lain
hidup dalam suatu pola yang telah baku dan tak akan pernah berubah. Para
malaikat yang
mulia
tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
4.
Pengarahan akhlak
Manusia
adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelulmnya
baik,
tetapi
karena pengaruh lingkungan tertentu dapat menjadi penjahat. Demikian pula
sebaliknya.
Oleh
karena itu lembaga pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan generasi
yang
akan
datang.
Jika
manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, maka manusia tidak bermartabat
lagi. Dalam
keadaan
demikian manusia disamakan dengan binatang. Seperti dalam surat al- Araaf, 129
dan
at-Tin,
4.
2.4 Tujuan
penciptaan manusia
Tujuan
penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan
kepada
Allah
tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual
yang
tercermin
salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam
menjalankan
kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical
(manusia
dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan
alam
semesta dan manusia).
Penyembahan
manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap
terwujudnya
sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu penyembahan
harus
dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada
manusia
termasuk
pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku
tidak
menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki
supaya mereka
member
aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai
kekuatan
lagi sangat kokoh. (az-Zaariyaat, 51:56-58).
Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah
dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan
supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah
agama
yang
lurus. (Bayinnah, 98:5)
Penyembahan
yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai
khalifah
Allah di
muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat
terjaga
dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak
sekedar
akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan
penciptaan
manusia
di tengah-tengah alam.
2.5 Fungsi
dan peranan manusia dalam islam
Berpedoman
kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku
ajaran
Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi
pelaku
ajaran
Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut
memulai
dari
diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Peran
yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah,
diantaranya
adalah :
1.
Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan
pada ayat
pertama
surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2.
Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu
Allah
maka
wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan
ilmu Allah
adalah
Al Quran dan juga Al Bayan
3.
Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk
disampaikan
kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudaya.
Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Di dalam
Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia.
•
Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi
kepada Allah
dan
tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan
syahwat.
Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah
Allah
meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan
pernah
membangkang
terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku
ciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
•
Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah
bahwa hanya
Dialah Tuhannya.Yang demikian
dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti.
Sehingga
manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang
menjadikan
manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS
Al
A’raf :
172
• “Dan
(ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian
terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka
menjawab:”Betul
(Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu)
agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-
orang
yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
•
Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan
misi yang
telah
ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi.
Khalifah
yang
dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang
dimaksud
sebagai
kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam
dengan
syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan
manusia
yang
beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah
wali
Allah
yang mempusakai dunia ini.
0 komentar:
Posting Komentar