Modal Manusian: Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi
PERTEMUAN 12
Modal
Manusian: Pendidikan dan
Kesehatan
dalam Pembangunan Ekonomi
Apa
yang menentukan baik tidaknya sistem kesehatan? dan bagaimana kita bisa
mengetahui bahwa suatu sistem kesehatan telah berfungsi dengan sebaik-baiknya?
Semua pertanyaan ini meruppakan subjek dari perdebatan publik di hampir semua
negara di seluruh dunia.
1.Arti
Penting Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan
adalah tujuan pembangunan mendasar; Pendidikan dan kesehatan masing-masing juga
memiliki arti yang penting. Kesehatan sangat penting artinya bagi
kesehjateraan, dan pendidikan bersifat esensial bagi kehidupan yang memuaskan
dan berharga; Keduanya sangat fundamental dalam kaitanya dengan gagasan yang
lebih luas mengenai peningkatan kapabilitas manusia sebagai makna pembangunan
yang sesungguhnya.
Pada saat yang sama
pendidikan juga memainkan peran penting untuk meningkatkan kemampuan suatu
negara berkembang dalam menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas
bagi terwujudnya pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu
kesehatan adalah prasyarat bagi peningkatan produktivitas, dan pendidikan yang
berhasil juga bergantung pada kesehatan yang memadai. Dengan demikian Kesehatan
dan pendidikan juga dapat dipandang sebagai komponen pertumbuhan dan
pembangunan yang vital-sebagai input bagi fungsi produksi agregat.
Meningkatkan pendidikan
dan kesehatan merupakan suatu tantangan yang besar bagi negara-negara
berkembang Distribusi kesehatan dan pendidikan di suatu negara sama pentingnya
dengan distribusi pendapatan; tingkat kehidupan mungkin lebih tinggi bagi
orang-orang yang lebih beruntung di negara berkembang, tetapi jauh lebih rendah
di kalangan orang-orang miskin.
1.1
Pendidikan dan Kesehatan Sebagai Investasi Gabungan bagi
Pembangunan
Kesehatan dan pendidikan
berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi. Di satu sisi, modal kesehatan yang
semakin besar dapat meningkatkan pengembalian atas investasi di bidang
pendidikan, karena kesehatan merupakan faktor penting dalam kehadiran di
sekolah dan dalam proses pembelajaran formal seorang anak. Di sisi lain semakin
besarnya modal pendidikan dapat meningkatkan pengembalian atas inviestasi di
bidang kesehatan, karena banyak program kesehatan yang bergantung pada
pendidikan.
1.2
Peningkatan Kesehatan dan Pendidikan : Mengapa Peningkatan
Pendapatan
Saja Tidak Cukup
Tingkat kesehatan dan
pendidikan jauh lebih tinggi di negara-negara berpendapatan
tinggi. Dengan pendapatan yang lebih tinggi maka warga dan
pemerintah dapat mengeluarkan dana yang lebih besar untuk kepentingan
pendidikan dan kesehatan , dan dengan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik
produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi akan lebih mudah di
capai. Karena adanya hubungan ini maka kenijakan pembangunan perlu
difokuskan pada pendapatan, kesehatan, dan pendidikan secara bersamaan.
Orang-orang umumnya akan mengeluarkan dana lebih besar bagi modal manusia jika
pendapatan lebih tinggi.
2
Berinvestasi dalam Pendidikan dan Kesehatan: Pendekatan
Modal
Manusia
Modal
manusia adalah istilah yang sering digunakan para ekonom untuk mengacu pada
pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia lainya yang jika di tingkatkan
dapat meningkatkan produktivitas. Investasi di bidang modal manusia
ini dianalogikan seperti investasi konvensional dalam modal fisik. Setelah
dilakukan investasi awal, aliran pendapatan yang lebih tinggi di masa yang akan
datang dapat diperoleh dari perluasan pendidikan dan peningkatan kesehatan.
Pendidikan
dan kesehatan juga berkontribusi langsung terhadap
kesehjateraan. Sebagai contoh, kesehatan dan pendidikan meningkatkan
pemberdayaan dan kemandirian dalam hal-hal penting kehidupan,
seperti kapasitas untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, mengambil
keputusan atas perawatan kesehatan untuk diri sendiri, dan kebebasan untuk
memilih sendiri pasangan hidup ketimbang di jodohkan keluarga.
3
Pekerja Anak
Pekerja
anak merupakan masalah yang tersebar luas di negara-negara
berkembang. Jika seorang anak berusia di bawah 15 tahun bekerja,
sekolah mereka akan terganggu dan dalam hampir semua kasus bahkan tidak
bersekolah sama sekali. Keadaan itu makin menggenaskan karena
kesehatan anak-anak yang bekerja itu sangat buruk, bahkan dalam status mereka
yang miskin ternyata kesehatan mereka lebih buruk di bandingkan dengan anak-anak
miskin yang tidak bekerja, dan umumnya pertumbuhan fisik mereka terhambat.
Terdapat
empat pendekatan utama dalam kebijakan pekerja anak yang sekarang di terapkan
dalam perumusan kebijakan pembangunan.
1. Menyadari bahwa
pekerja anak merupakan cerminan kemiskinan, sehingga
merekomendasikan fokus
pada upaya penanggulangan kemiskinan ketimbang langsung menangani masalah
pekerja anak.
2. Mengedepankan
strategi yang dapat menarik anak-anak kesekolah, yang
mencakup perluasan
pengadaan unit sekolah baru, dan bantuan tunai bersyarat.
3. pekerja anak
tidak dapat dihindari, setidaknya dalam jangka pendek
mengedepankan pada
cara-cara yang dapat meringankannya seperti melalui pengaturan yang dapat
mencegah penganiayaan dan penyediaan layanan pendukung bagi anak-anak yang
bekerja.
4. Pendekatan keempat,
yang paling sering diasosiasikan dengan ILO,
mendukung pelarangan
pekerja anak. Akan tetapi, jika larangan pekerja anak tidak mungkin dilakukan
dan ada kesadaran bahwa pekerja anak tidak selamanya timbul karena masalah
ekuilibrium jamak, pendekatan ini dilinakkan dengan hanya melarang bentuk
pekerja anak yang paling buruk.
4
Kesenjangan Gender: Diskriminasi dalam Pendidikan dan
Kesehatan
Pendidikan
dan gender di kebanyakan Negara berkembang,
perempuan muda menerima pendidikan yang lebih sedikit disbandingkan dengan
laki-laki muda. Sebagian besar orang yang buta aksara dan yang tidak bersekolah
di Negara-negara berkembang adalah perempuan. Kesenjangan gender dalam
pendidikan yang sangat besar terjadi di Negara-negara kurang berkembang di
Afrika, dengan tingkat melek aksara perempuan nya kurang dari setengah tingkat.
Dihapir semua Negara berpendapatan rendah dan banyak Negara berpendapatan
menengah, mahasiswa perempuan menjadi minoritas – adakalanya bahkan minoritas berjumlah
kecil. Bukti empiris menunjukkan bahwa diskriminasi pendidikan terhadap
perempuan selain menghambat pembangunan ekonomi juga memperbesar ketimpangan
sosisal. Upaya untuk memperkecil kesenjangan gender dalam kaum perempuan –
merupakan tonggak Millenium Development Goal – secara ekonomi diinginkan karena
sedikitnya tiga alasan berikut:
1. Dihampir
semua Negara berkembang, tingkat pengembalian atas pendidikan perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki.
2. Peningkatan
pendidikan perempuan tidak hanya mempertinggi produktivuitas mereka di tempat
kerja tetapi juga menghasilkan partisipasi angkatan kerja yang lebih besar,
penundaan pernikahan, penundaan tingkat fertilitasd, serta peningkatan dan
asupan nutrisi anak sehinggan akan memberikan manfaat bagi generasi
berikutnya.
3. Karena
perempuan memikul beban kemiskinan yang lebih berat, setiap peningkatan peran
dan status mereka secara signifikan melalui pendidikan dapat menimbulkan dampak
penting terhadap usaha keluar dari lingkungan setan kemiskinan dan pendidikan
yang tidak memadai.
Kesehatan
dan gender anak-anak perempuan juga mengalami
diskriminasi dalam perawatan kesehatan dibanyak Negara berkembang. Sebagai
contoh , di Asia Selatan, sejumlah studi menunjukkan bahwa keluarga
jauh lebih mungkin membawa anak laki-laki yang sakit ke pusat pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan anak perempuan. Perempuan juga sering kali
mengalami penyangkalan hak reproduksi, baik secara legal maupun illegal.
Umumnya, pengeluaran bagi keperluan kesehatan sering kali jauh lebih besar bagi
laki-laki daripada bagi perempuan. Selain itu, di banyak Negara seperti
Nigeria, pengambilan keputusan perawatan kesehatan yang memengaruhi istri
sering kali diputuskan oleh suami.
4.1
Konsekuensi Bias Gender dalam Pendidikan dan
Kesehatan
Berbagai studi dari
seluruh Negara berkembang secara konsisten menunjukan bahwa perluasan
kesempatan mamperoleh pendidikan dasar bagi anak-anak perempuan menunjukkan
tingkat pengembalian investasi tertinggi dibandingkan dengan investasi di
bidang lainnya. Sebuah perkiraan menunjukkan bahwa biaya global dari kegagalan
karena tidak mendidik anak-anak perempuan adalah sekitar $82 miliar
tahun. Inilah salah satu alasan mengapa diskriminasi terhadap anak-anak
perempuan dalam pendidikan bukan hanya tidak adil tetapi juga sangat merugikan
dari sudut pandang upaya mencapai tujuan pembangunan.
Pendidikan anak-anak
perempuan juga telah terbukti menjadi salah satu sarana paling efektif untuk
meningkatkan standar kesehatan penduduk local. Sejumlah studi yang dilakukan
perserikatan bangsa-bangsa, bank dunia,dan sejumlah lembaga lainnya telah
menyipulkan bahwa manfaat sosial dari meningkatnya pendidikan anak-anak
perempuan itu sendiri sudah lebih dari cukup untuk menutup biaya yang
dikeluarkan bahkan sebelum memperhitungkan kemampuan untuk memperoleh
penghasilan yang dapat dihasilkan dari pendidikan ini. Buruknya akses perolehan
pendidikan dan perawatan kesehatan bagi anak-anak perempuan menunjukkan saling
terkaitnya insentif ekonomi dan lingkungan budaya. Di banyak bagian asia,
seorang anak laki-laki dipandang memberikan manfaat ekonomi masa depan,
beberapa studi empiris menunjukkan apa yang telah kita duga dari insentif yang
salah ini: para orang tua melakukan upaya lebih untuk menyelamatkan nyawa anak
laki-lakinya daripada anak perempuan, dan anak perempuan kurang mendapat
pendidikan dibandingkan dengan anak laki-laki.
5 Sistem
Pendidikan dan Pembangunan
Banya literatur dan
diskusi publik mengenai pendidikan dan pembangunan ekonomi terutama pendidikan
dan kesempatan kerja. Hal tersebut melibatkan dua proses ekonomi mendasar: (1)
interaksi antara permintaan bermotif ekonomi dan respons penawaran bermotif
politik dalam menentukan jumlah sekolah itu dan apa jenis pelajaran yang mereka
terima serta (2) perbedaan penting antara manfaat dan biaya sosial/pribadi dari
berbagai tingkat pendidikan, serta implikasi semua perbedaan manfaat dan biaya
itu terhadap strategi investasi pendidikan.
5.1
Ekonomi Politik Penawaran dan Permintaaan
Pendidikan:
Hubungan antara Kesempatan Kerja dan permintaan atas Pendidikan
Tingkat pendidikan yang
diperoleh seseorang meskipun dipengaruhi oleh banyak factor nonpasar, secara
umum dapat dipandang sebagai hasil yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran seperti komoditas dan jasa lainnya. Pada sisi permintaan,
dua factor utama yang memengaruhi tingkat pendidikkan yang diinginkan adalah
(1) prospek pelajar yang lebih berpendidikan untuk menghasilkan pendapatan
lebih besar melalui pendidikan, langsung maupun tidak langsung, yang harus
ditanggung seorang peserta didik atau keluarganya. Permintaan turun adalah
permintaan atas suatu barang yang muncul secara tidak langsung dari permintaan
atas barang lainnya. Permintaan atas tingkat pendidikan yang cukup bagi seseorang
untuk memperoleh pekerjaan sector modern tampaknya berkaitan dengan atau
pendapatan, probabilitas, biaya langsung pendidikan, dan biaya tidak langsung
atau biaya oportunitas pendidikan. Manfaaat sosial pendidikan adalah manfaat
yang diperoleh dari orang-orang berpendidikan mencakup juga manfaat yang
diperoleh orang lain atau bahkan masyarakat secara keseluruhan, seperti manfaat
lebih banyaknya tenaga kerja dan waga masyarakat yang melek aksara. Sertifikasi
pendidikan adalah fenomena yang menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan tertentu
mensyaratkan tingkat pendidikan tertentu
5.2
Manfaat dan Biaya Sosial Versus Manfaat dan Biaya
Pribadi
Biaya sosial pendidikan
adalah biaya yang ditanggung individu dan masyarakat dari keputusan
pendidikan secara pribadi, mencakup juga subsidi pemerintah untuk
pendidikan. Biaya pribadi adalah biaya yang ditanggung setiap unit ekonomi
individual. Semakin lebarnya kesenjangan antara biaya sosial dan biaya pribadi
dahkan menimbulkan dorongan permintaan lebih besar terhadap pendidikan tinggi
dibandingkan pada tingkat-tingkat pendidikan yang lebih rendah. untuk
memaksimalkan selisih antara manfaat dan biaya yang diharapkan, strategi
optimal yang perlu dilakukan peserta didik adalah mendapatkan pendidikan
detinggi mungkin. Pada umumnya, masalah manfaan biaya sosial versus pribadi
terjadi karena adanya intervensi kebijakan publik dan swasta yang tidak tepat
terkait dengan selisih upah, selektivitas pendidikan, dan penetapan
harga layanan pendidikan.
5.3
Pendidikan, Ketimpangan, dan Kemiskinan
Sejumlah studi juga
telah menunjukkan bahwa, kebalikan dari apa yang semula diasumsikan, system
pendidikan di banyak Negara berkembang adakalanya justru memperlebar
ketimpangan pendapatan ketimbang memperkecilnya. Alasan utama dari akibat buruk
prndidikan formal terhadap distribusi pendapatan adalah adanya korelasi positif
antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan selama hidup. Singkatnya,
kalau orang-orang miskin tidak dapat memanfaatkan kesempatan mengikuti
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi karena alasan keuangan atau alasan
lain, maka system pendidikan sebenarnya hanya melanggengkan dan bahkan
memperbesar ketimpangan dalam suatu generasi dan antargenerasi di Negara-negara
berkembang.
5.4
Pendidikan, Migrasi Internal, dan Pengurasan Intelektual
Tampaknya pendidikan
merupakan faktor penting yang mempengaruhi migrasi desa-kota. Pada dasarnya,
orang-orang yang berpendidikan lebih tinggi menghadapi selisih pendapatan rill
desa-kota yang lebih besar dan memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk
mendapatkan pekerjaan di sektor modern daripada mereka yang berpendidikan
rendah. Pendidikan juga memainkan peran yang sangat penting dalam migrasi
internasional di kalangan pekerja berpendidikan tinggi yang disebut pengurasan intelektual.
Migrasi Internasional banyak terjadi dikalangan ilmuan, sarjana teknik,
akademisi, dan dokter, kebanyakan dididik di negara masing-masing dengan biaya
sosial yang cukup besar, hanya untuk meraup manfaat dari dan berkontribusi bagi
kemajuan pertumbuhan ekonomi negara-negara yang sebenarnya sudah makmur. Secara
luas pengurasan intelektual telah mengalihkan perhatian para ilmuan, dokter,
arsitek, sarjana an lain-lain.
6
Pengukuran dan distribusi Kesehatan
Ukuran harapan hidup
memiliki kelebihan karena datanya tersedia di hampir semua negara, minimal
berupa data perkiraan. Harapan hidup semakin meningkat di hampir semua wilayah
dunia, peningkatan harapan hidup bisa memberikan masa vitalitas yang lebih lama
di sebuah negara, sementara hanya menambah lama masa penderitaan karena
kesehatan yang buruk di negara lainnya. Terdapat kemajuan yang telah dicapai
berkenaan dengan upaya menurunkan tingkat mortalitas di bawah usia 5 tahun,
meskipun laju peningkatannya telah melambat sejak tahun 1990. Worl
Health Organization (WHO) adalah salah satu badan penting dari
perserikatan bangsa-bangsa yang menangani masalah kesehatan dunia,
mendefinisikan kesehatan sebagai “ suatu keadaan yang benar-benar sejahtera
secara fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan”. Pendekatan ini dapat memberikan kita landasan konseptual yang lebih
baik, tetapi tidak dengan sendirinya menyediakan ukuran yang lebih tepat. Ada
keraguan mengenai kualitas data yang digunakan dalam kedua ukuran ini, khususnya
data dari beberapa negara paling miskin. Kematian prematur mewakili dua pertiga
angka kematian dalam ukuran DALY, dan sisa sepertiganya difabilitas. Dengan
menggunakan ukuran DALY, sebuah study Bank Dunia menghitung bahwa sekitar
seperempat beban penyakit dunia adalah karena diare, penyakit masa kanak-kanak
meliputi campak, infeksi pernapasan, infeksi cacing parasit dan lain-lain.
Meskipun demikian, tingkat kesehatan rata-rata dapat menutupi adanya
ketimpangan yang besar. Dengan demikian, seperti halnya dengan tingkat
pendapatan dan pendidikan, hal yang penting di sini adalah distribusi kesehatan
di kalangan penduduk, bukan sekedar ukuran rata-rata. Proporsi
anak-anak di bawah usia 5 tahun yang berat badannya kurang jauh lebih tinggi di
kelompok kuintil yang lebih tinggi miskin daripada kuintil yang lebih kaya,
terutama di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. Ketimpangan kesehatan merupakan
pola yang konsisten, terlepas dari ukuran kesehatan yang digunakan. Fasilitas
kesehatan juga sangat timpang, bahkan jika disediakan oleh pemerintah ketimbang
diadakan oleh swasta. Fasilitas kesehatan yang berkualitas lebih
baik terkonsentrasi di kawasan perkotaan dan kawasan yang lebih kaya, tempat
kehidupan orang-orang yang lebih kaya memiliki pengaruh politik untuk mendapatkan
fasilitas seperti itu. Meskipun tersedia klinik umum bagi kaum miskin di
kawasan pedesaan, umumnya klinik ini kurang memiliki peralatan dan tenaga medis
yang memadai.
7
Beban Penyakit
AIDS, malaria, dan
parasit adalah tiga masalah utama yang akan kita bahas selanjutnya. Semua jenis
penyakit tersebut dan berbagai tantangan kesehatan dihadapi oleh negara-negara
berkembang. Ini berarti bahwa proporsi kematian di bawah usia 5 tahun mencapai
lebih dari 14% dari semua kematian di dunia. Karena penyebab hampir semua
kematian anak-anak ini dapat dicegah hanya dengan beberapa sen dolar saja per
anak, maka sangat tepat jika dinyatakan bahwa penyakit yang sesungguhnya adalah
kemiskinan. Sekurangnya di selusin negara Afrika sub-sahara, seorang anak lebih
mungkin meniggal sebelum mencapai usia 5 tahun dibandingkan dengan
kemungkinannya mengikuti sekolah menengah. Harapan hidup pada saat lahir di
wilayah ini hanya 50 tahun, sebagian besar karena dampak epidemi
AIDS. Beberapa jenis penyakit akan sangat mematikan jika
berkombinasi dengan penyakit lainnya. Malnutrisi adalah sebuah bentuk penyakit,
dan hal ini merupakan faktor utama yang menyebabkan anak-anak mudah terkena
penyakit dan kemudian meniggall. Meskipun dalam surat keterangan kematian
dicantumkan penyebabnya adalah dehidrasi karena dieare atau penyakit infeksi
tertentu, dalam banyak kasus kematian itu sebenarnya dapat dicegah jika si anak
tidak mengalami malnutrisi. Interaksi penting yang mematikan adalah antara AIDS
dan tuberkulosis. Tidak terkendalimya salah satu penyakit ini dapat berakibat
fatal. Selain itu, penyebaran HIV tampaknya makin dipercepat oleh keberadaan
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, yang mempermudah terjadinya
sebuah virus.
7.1
HIV/AIDS
Epidemi AIDS mengancam
untuk menghentikan atau bahkan membalikkan pencapain kemajuan pembangunan
ekonomi dan manusia telah diupayakan sedemikian lama di banyak negara. Data
menunjukkan bahwa jumlah penularan baru telah menurun dengan mantab dalam abad
baru. Ini merupakan pencapaian kesehatan global yang mengagumkan, tetapi masih
ada tantangan yang sangat besar. AIDS juga merupakan isu pembangunan ekonomi.
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalh tahap akhir dan fatal dari
penularan human immunodeficiency (HIV). Di negara-negara yang berpendapatan
rendah, rata-rata kemungkinan bertahan hidup setelah munculnya gejala AIDS
adalah dibawah satu tahun. Semula AIDS dipandang sebagai penyakit di
negara-negara maju, terutama menjangkiti laki-laki yang berhubungan seksual
dengan sesama laki-laki. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa lebih dari 95%
kasus HIV dan kematian karena AIDS terjadi di negara-negara berkembang. Pada
tahun 2009, sekitar 33 juta orang mengidap HIV di seluruh dunia dan kurang
lebih 22 juta dari jumlah itu terdapat di Afrika sub-Sahara.
7.2
Malaria
Malaria secara langsung
telah mneyebabkan kematian lebih dari 1juta orang setiap tahun, yang sebagian
besar di antaranya adalah anak-anak dari keluarga miskin afrika. Meskipun ada
kontroversial, ada bukti bahwa malaria telah menimbulkan biaya cukup besar.
Malaria memperendah produktivitas, seperti halnya malnutrisi, parasit, dan
masalah kesehatan lainnya. Malaria bahkan memperendah tingkat pertumbuhan.
Dengan adanya dana yang memadai, para pakar percaya bahwa dalam tempo yang tidak
terlalu lama akan ditemukan vaksin malaria yang efektif. Akan
tetapi, karena korban malaria cenderung berasal dari negara-negara
berpendapatan rendah dan tidak mampu membeli obat-obatan yang mahal, tidak
banyak insentif yang tersedia bagi perusahaan-perusahaan farmasi untuk
menekankan penelitian bidang ini. Vaksin untuk penyakit lainnya telah
menyelamatkan nyawa banyak anak di negara berkembang. Ada sejumlah penyakit
lainnya yang dapat dikendalikan oleh vaksin dan melibatkan masalah-masalah
teknis yang tidak lebih sulit dibandingkan vaksin bagi penyakit lain yang
sebelumnya telah dikembangkan. Apabila masalah-masalah seperti itu dapat
diatasi, mungkin akan diperoleh vaksin sebagai solusi terbaik untuk mengobati
penyakit malaria dan banyak penyakit tropis lainnya.
7.3
Cacing Parasit dan “ Penyakit Tropis Terabaikan” Lainnya
Banyak tantangan
kesehatan di negara-negara berkembang yang telah mendapatkan perhatian besar
belakangan ini, yang ditandai dengan peran sentral dari Global Fund to Fight
AIDS, Tuberculosis, dan Malaria yang didanai dengan cukup baik. Insiden
penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit yang melemahkan tubuh ini sangat
banyak, menjangkiti sekitar 2 miliar orang, 300 juta diantaranya menderita
parah. Di antara banyak penyakit parasit yang menyerang orang-orang di negara
berkembang, schistosomiasis adalah yang terburuk dalam kaitannya dengan
dampaknya terhadap manusia pembangunan. WHO malaporkan bahwa akibat
schistosmiasis terhadap pertumbuhan anak sebenarnya dapat dibalikkan 90% dengan
perawatan yang efektif, tetapi terlalu sering diabaikan. Penyakit lain yang
lama menghantui adalah trypanosomiasis Afrika, atau penyakit tidur, yang masih
menjangkiti beberapa ratusan ribu orang di Afrika sub Sahara. Fakta paling
tragis adalah karena penyakit ini bersifat endemis di kawasan yang minim
fasilitas kesehatannya, sehingga kebanyakan orang yang yang terjangkit penyakit
tidur ini telah meniggal bahkan sebelum didiagnosis. Penyakit ini sekarang
sedang di tanggulangi dengan obat-obatan yang disumbangkan sebuah perusahaan
farmasi kepada sejumlah organisasi internasional.
0 komentar:
Posting Komentar