Rabu, 27 Februari 2019

Modal Manusian: Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi


PERTEMUAN 12

Modal Manusian: Pendidikan dan
Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi

Apa yang menentukan baik tidaknya sistem kesehatan? dan bagaimana kita bisa mengetahui bahwa suatu sistem kesehatan telah berfungsi dengan sebaik-baiknya? Semua pertanyaan ini meruppakan subjek dari perdebatan publik di hampir semua negara di seluruh dunia.

1.Arti Penting Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan adalah tujuan pembangunan mendasar; Pendidikan dan kesehatan masing-masing juga memiliki arti yang penting. Kesehatan sangat penting artinya bagi kesehjateraan, dan pendidikan bersifat esensial bagi kehidupan yang memuaskan dan berharga; Keduanya sangat fundamental dalam kaitanya dengan gagasan yang lebih luas mengenai peningkatan kapabilitas manusia sebagai makna pembangunan yang sesungguhnya.
Pada saat yang sama pendidikan juga memainkan peran penting untuk meningkatkan kemampuan suatu negara berkembang dalam menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas bagi terwujudnya pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu kesehatan adalah prasyarat bagi peningkatan produktivitas, dan pendidikan yang berhasil juga bergantung pada kesehatan yang memadai. Dengan demikian Kesehatan dan pendidikan juga dapat dipandang sebagai komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital-sebagai input bagi fungsi produksi agregat.
Meningkatkan pendidikan dan kesehatan merupakan suatu tantangan yang besar bagi negara-negara berkembang Distribusi kesehatan dan pendidikan di suatu negara sama pentingnya dengan distribusi pendapatan; tingkat kehidupan mungkin lebih tinggi bagi orang-orang yang lebih beruntung di negara berkembang, tetapi jauh lebih rendah di kalangan orang-orang miskin.

1.1 Pendidikan dan Kesehatan Sebagai Investasi Gabungan bagi
Pembangunan
Kesehatan dan pendidikan berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi. Di satu sisi, modal kesehatan yang semakin besar dapat meningkatkan pengembalian atas investasi di bidang pendidikan, karena kesehatan merupakan faktor penting dalam kehadiran di sekolah dan dalam proses pembelajaran formal seorang anak. Di sisi lain semakin besarnya modal pendidikan dapat meningkatkan pengembalian atas inviestasi di bidang kesehatan, karena banyak program kesehatan yang bergantung pada pendidikan.

1.2 Peningkatan Kesehatan dan Pendidikan : Mengapa Peningkatan
Pendapatan Saja Tidak Cukup
Tingkat kesehatan dan pendidikan jauh lebih tinggi di negara-negara berpendapatan tinggi.  Dengan pendapatan yang lebih tinggi maka warga dan pemerintah dapat mengeluarkan dana yang lebih besar untuk kepentingan pendidikan dan kesehatan , dan dengan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi akan lebih mudah di capai.  Karena adanya hubungan ini maka kenijakan pembangunan perlu difokuskan pada pendapatan, kesehatan, dan pendidikan secara bersamaan. Orang-orang umumnya akan mengeluarkan dana lebih besar bagi modal manusia jika pendapatan lebih tinggi.

2 Berinvestasi dalam Pendidikan dan Kesehatan: Pendekatan
Modal Manusia
Modal manusia adalah istilah yang sering digunakan para ekonom untuk mengacu pada pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia lainya yang jika di tingkatkan dapat meningkatkan produktivitas.  Investasi di bidang modal manusia ini dianalogikan seperti investasi konvensional dalam modal fisik.  Setelah dilakukan investasi awal, aliran pendapatan yang lebih tinggi di masa yang akan datang dapat diperoleh dari perluasan pendidikan dan peningkatan kesehatan.
Pendidikan dan kesehatan juga berkontribusi langsung terhadap kesehjateraan.  Sebagai contoh, kesehatan dan pendidikan meningkatkan pemberdayaan  dan kemandirian dalam hal-hal penting kehidupan, seperti kapasitas untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, mengambil keputusan atas perawatan kesehatan untuk diri sendiri, dan kebebasan untuk memilih sendiri pasangan hidup ketimbang di jodohkan keluarga.

3 Pekerja Anak
Pekerja anak merupakan masalah yang tersebar luas di negara-negara berkembang.  Jika seorang anak berusia di bawah 15 tahun bekerja, sekolah mereka akan terganggu dan dalam hampir semua kasus bahkan tidak bersekolah sama sekali.  Keadaan itu makin menggenaskan karena kesehatan anak-anak yang bekerja itu sangat buruk, bahkan dalam status mereka yang miskin ternyata kesehatan mereka lebih buruk di bandingkan dengan anak-anak miskin yang tidak bekerja, dan umumnya pertumbuhan fisik mereka terhambat.
Terdapat empat pendekatan utama dalam kebijakan pekerja anak yang sekarang di terapkan dalam perumusan kebijakan pembangunan. 
1. Menyadari bahwa pekerja anak merupakan cerminan kemiskinan, sehingga
merekomendasikan fokus pada upaya penanggulangan kemiskinan ketimbang langsung menangani masalah pekerja anak.
2. Mengedepankan strategi yang dapat menarik anak-anak kesekolah, yang
mencakup perluasan pengadaan unit sekolah baru, dan bantuan tunai bersyarat.
3. pekerja anak tidak dapat dihindari, setidaknya dalam jangka pendek
mengedepankan pada cara-cara yang dapat meringankannya seperti melalui pengaturan yang dapat mencegah penganiayaan dan penyediaan layanan pendukung bagi anak-anak yang bekerja.
4. Pendekatan keempat, yang paling sering diasosiasikan dengan ILO,
mendukung pelarangan pekerja anak. Akan tetapi, jika larangan pekerja anak tidak mungkin dilakukan dan ada kesadaran bahwa pekerja anak tidak selamanya timbul karena masalah ekuilibrium jamak, pendekatan ini dilinakkan dengan hanya melarang bentuk pekerja anak yang paling buruk.

4 Kesenjangan Gender: Diskriminasi dalam Pendidikan dan
      Kesehatan
Pendidikan dan gender di kebanyakan Negara berkembang, perempuan muda menerima pendidikan yang lebih sedikit disbandingkan dengan laki-laki muda. Sebagian besar orang yang buta aksara dan yang tidak bersekolah di Negara-negara berkembang adalah perempuan. Kesenjangan gender dalam pendidikan yang sangat besar terjadi di Negara-negara kurang berkembang di Afrika, dengan tingkat melek aksara perempuan nya kurang dari setengah tingkat. Dihapir semua Negara berpendapatan rendah dan banyak Negara berpendapatan menengah, mahasiswa perempuan menjadi minoritas – adakalanya bahkan minoritas berjumlah kecil. Bukti empiris menunjukkan bahwa diskriminasi pendidikan terhadap perempuan selain menghambat pembangunan ekonomi juga memperbesar ketimpangan sosisal. Upaya untuk memperkecil kesenjangan gender dalam kaum perempuan – merupakan tonggak Millenium Development Goal – secara ekonomi diinginkan karena sedikitnya tiga alasan berikut:
1.      Dihampir semua Negara berkembang, tingkat pengembalian atas pendidikan perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.
2.      Peningkatan pendidikan perempuan tidak hanya mempertinggi produktivuitas mereka di tempat kerja tetapi juga menghasilkan partisipasi angkatan kerja yang lebih besar, penundaan pernikahan, penundaan tingkat fertilitasd, serta peningkatan dan asupan  nutrisi anak sehinggan akan memberikan manfaat bagi generasi berikutnya.
3.      Karena perempuan memikul beban kemiskinan yang lebih berat, setiap peningkatan peran dan status mereka secara signifikan melalui pendidikan dapat menimbulkan dampak penting terhadap usaha keluar dari lingkungan setan kemiskinan dan pendidikan yang tidak memadai.
Kesehatan dan gender anak-anak perempuan juga mengalami diskriminasi dalam perawatan kesehatan dibanyak Negara berkembang. Sebagai contoh , di Asia  Selatan, sejumlah studi menunjukkan bahwa keluarga jauh lebih mungkin membawa anak laki-laki yang sakit ke pusat pelayanan kesehatan dibandingkan dengan anak perempuan. Perempuan juga sering kali mengalami penyangkalan hak reproduksi, baik secara legal maupun illegal. Umumnya, pengeluaran bagi keperluan kesehatan sering kali jauh lebih besar bagi laki-laki daripada bagi perempuan. Selain itu, di banyak Negara seperti Nigeria, pengambilan keputusan perawatan kesehatan yang memengaruhi istri sering kali diputuskan oleh suami.

4.1 Konsekuensi Bias Gender dalam Pendidikan dan
         Kesehatan
Berbagai studi dari seluruh Negara berkembang secara konsisten menunjukan bahwa perluasan kesempatan mamperoleh pendidikan dasar bagi anak-anak perempuan menunjukkan tingkat pengembalian investasi tertinggi dibandingkan dengan investasi di bidang lainnya. Sebuah perkiraan menunjukkan bahwa biaya global dari kegagalan karena tidak mendidik anak-anak perempuan adalah sekitar  $82 miliar tahun. Inilah salah satu alasan mengapa diskriminasi terhadap anak-anak perempuan dalam pendidikan bukan hanya tidak adil tetapi juga sangat merugikan dari sudut pandang upaya mencapai tujuan pembangunan.
Pendidikan anak-anak perempuan juga telah terbukti menjadi salah satu sarana paling efektif untuk meningkatkan standar kesehatan penduduk local. Sejumlah studi yang dilakukan perserikatan bangsa-bangsa, bank dunia,dan sejumlah lembaga lainnya telah menyipulkan bahwa manfaat sosial dari meningkatnya pendidikan anak-anak perempuan itu sendiri sudah lebih dari cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan bahkan sebelum memperhitungkan kemampuan untuk memperoleh penghasilan yang dapat dihasilkan dari pendidikan ini. Buruknya akses perolehan pendidikan dan perawatan kesehatan bagi anak-anak perempuan menunjukkan saling terkaitnya insentif ekonomi dan lingkungan budaya. Di banyak bagian asia, seorang anak laki-laki dipandang memberikan manfaat ekonomi masa depan, beberapa studi empiris menunjukkan apa yang telah kita duga dari insentif yang salah ini: para orang tua melakukan upaya lebih untuk menyelamatkan nyawa anak laki-lakinya daripada anak perempuan, dan anak perempuan kurang mendapat pendidikan dibandingkan dengan anak laki-laki.

5  Sistem Pendidikan dan Pembangunan
Banya literatur dan diskusi publik mengenai pendidikan dan pembangunan ekonomi terutama pendidikan dan kesempatan kerja. Hal tersebut melibatkan dua proses ekonomi mendasar: (1) interaksi antara permintaan bermotif ekonomi dan respons penawaran bermotif politik dalam menentukan jumlah sekolah itu dan apa jenis pelajaran yang mereka terima serta (2) perbedaan penting antara manfaat dan biaya sosial/pribadi dari berbagai tingkat pendidikan, serta implikasi semua perbedaan manfaat dan biaya itu terhadap strategi investasi pendidikan.

5.1 Ekonomi Politik Penawaran dan Permintaaan
Pendidikan: Hubungan antara Kesempatan Kerja dan permintaan atas Pendidikan
Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang meskipun dipengaruhi oleh banyak factor nonpasar, secara umum dapat dipandang sebagai hasil yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran  seperti komoditas dan jasa lainnya. Pada sisi permintaan, dua factor utama yang memengaruhi tingkat pendidikkan yang diinginkan adalah (1) prospek pelajar yang lebih berpendidikan untuk menghasilkan pendapatan lebih besar melalui pendidikan, langsung maupun tidak langsung, yang harus ditanggung seorang peserta didik atau keluarganya. Permintaan turun adalah permintaan atas suatu barang yang muncul secara tidak langsung dari permintaan atas barang lainnya. Permintaan atas tingkat pendidikan yang cukup bagi seseorang untuk memperoleh pekerjaan sector modern tampaknya berkaitan dengan atau pendapatan, probabilitas, biaya langsung pendidikan, dan biaya tidak langsung atau biaya oportunitas pendidikan. Manfaaat sosial pendidikan adalah manfaat yang diperoleh dari orang-orang berpendidikan mencakup juga manfaat yang diperoleh orang lain atau bahkan masyarakat secara keseluruhan, seperti manfaat lebih banyaknya tenaga kerja dan waga masyarakat yang melek aksara. Sertifikasi pendidikan adalah fenomena yang menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan tertentu mensyaratkan tingkat pendidikan tertentu

5.2 Manfaat dan Biaya Sosial Versus Manfaat dan Biaya
          Pribadi
Biaya sosial pendidikan adalah biaya yang ditanggung individu dan masyarakat dari keputusan pendidikan  secara pribadi, mencakup juga subsidi pemerintah untuk pendidikan. Biaya pribadi adalah biaya yang ditanggung setiap unit ekonomi individual. Semakin lebarnya kesenjangan antara biaya sosial dan biaya pribadi dahkan menimbulkan dorongan permintaan lebih besar terhadap pendidikan tinggi dibandingkan pada tingkat-tingkat pendidikan yang lebih rendah. untuk memaksimalkan selisih antara manfaat dan biaya yang diharapkan, strategi optimal yang perlu dilakukan peserta didik adalah mendapatkan pendidikan detinggi mungkin. Pada umumnya, masalah manfaan biaya sosial versus pribadi terjadi karena adanya intervensi kebijakan publik dan swasta yang tidak tepat terkait dengan  selisih upah, selektivitas pendidikan, dan penetapan harga layanan pendidikan.

5.3 Pendidikan, Ketimpangan, dan Kemiskinan
Sejumlah studi juga telah menunjukkan bahwa, kebalikan dari apa yang semula diasumsikan, system pendidikan di banyak Negara berkembang adakalanya justru memperlebar ketimpangan pendapatan ketimbang memperkecilnya. Alasan utama dari akibat buruk prndidikan formal terhadap distribusi pendapatan adalah adanya korelasi positif antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan selama hidup. Singkatnya, kalau orang-orang miskin tidak dapat memanfaatkan kesempatan mengikuti pendidikan menengah dan pendidikan tinggi karena alasan keuangan atau alasan lain, maka system pendidikan sebenarnya hanya melanggengkan dan bahkan memperbesar ketimpangan dalam suatu generasi dan antargenerasi di Negara-negara berkembang.

5.4 Pendidikan, Migrasi Internal, dan Pengurasan Intelektual
Tampaknya pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi migrasi desa-kota. Pada dasarnya, orang-orang yang berpendidikan lebih tinggi menghadapi selisih pendapatan rill desa-kota yang lebih besar dan memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan di sektor modern daripada mereka yang berpendidikan rendah. Pendidikan juga memainkan peran yang sangat penting dalam migrasi internasional di kalangan pekerja berpendidikan tinggi yang disebut pengurasan intelektual. Migrasi Internasional banyak terjadi dikalangan ilmuan, sarjana teknik, akademisi, dan dokter, kebanyakan dididik di negara masing-masing dengan biaya sosial yang cukup besar, hanya untuk meraup manfaat dari dan berkontribusi bagi kemajuan pertumbuhan ekonomi negara-negara yang sebenarnya sudah makmur. Secara luas pengurasan intelektual telah mengalihkan perhatian para ilmuan, dokter, arsitek, sarjana an lain-lain.

6 Pengukuran dan distribusi  Kesehatan
Ukuran harapan hidup memiliki kelebihan karena datanya tersedia di hampir semua negara, minimal berupa data perkiraan. Harapan hidup semakin meningkat di hampir semua wilayah dunia, peningkatan harapan hidup bisa memberikan masa vitalitas yang lebih lama di sebuah negara, sementara hanya menambah lama masa penderitaan karena kesehatan yang buruk di negara lainnya. Terdapat kemajuan yang telah dicapai berkenaan dengan upaya menurunkan tingkat mortalitas di bawah usia 5 tahun, meskipun laju peningkatannya telah melambat sejak tahun 1990. Worl Health Organization (WHO) adalah salah satu badan penting dari perserikatan bangsa-bangsa yang menangani masalah kesehatan dunia, mendefinisikan kesehatan sebagai “ suatu keadaan yang benar-benar sejahtera secara fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan”. Pendekatan ini dapat memberikan kita landasan konseptual yang lebih baik, tetapi tidak dengan sendirinya menyediakan ukuran yang lebih tepat. Ada keraguan mengenai kualitas data yang digunakan dalam kedua ukuran ini, khususnya data dari beberapa negara paling miskin. Kematian prematur mewakili dua pertiga angka kematian dalam ukuran DALY, dan sisa sepertiganya difabilitas. Dengan menggunakan ukuran DALY, sebuah study Bank Dunia menghitung bahwa sekitar seperempat beban penyakit dunia adalah karena diare, penyakit masa kanak-kanak meliputi campak, infeksi pernapasan, infeksi cacing parasit dan lain-lain. Meskipun demikian, tingkat kesehatan rata-rata dapat menutupi adanya ketimpangan yang besar. Dengan demikian, seperti halnya dengan tingkat pendapatan dan pendidikan, hal yang penting di sini adalah distribusi kesehatan di kalangan penduduk, bukan sekedar ukuran rata-rata.  Proporsi anak-anak di bawah usia 5 tahun yang berat badannya kurang jauh lebih tinggi di kelompok kuintil yang lebih tinggi miskin daripada kuintil yang lebih kaya, terutama di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. Ketimpangan kesehatan merupakan pola yang konsisten, terlepas dari ukuran kesehatan yang digunakan. Fasilitas kesehatan juga sangat timpang, bahkan jika disediakan oleh pemerintah ketimbang diadakan oleh swasta. Fasilitas kesehatan yang berkualitas  lebih baik terkonsentrasi di kawasan perkotaan dan kawasan yang lebih kaya, tempat kehidupan orang-orang yang lebih kaya memiliki pengaruh politik untuk mendapatkan fasilitas seperti itu. Meskipun tersedia klinik umum bagi kaum miskin di kawasan pedesaan, umumnya klinik ini kurang memiliki peralatan dan tenaga medis yang memadai.

7 Beban Penyakit
AIDS, malaria, dan parasit adalah tiga masalah utama yang akan kita bahas selanjutnya. Semua jenis penyakit tersebut dan berbagai tantangan kesehatan dihadapi oleh negara-negara berkembang. Ini berarti bahwa proporsi kematian di bawah usia 5 tahun mencapai lebih dari 14% dari semua kematian di dunia. Karena penyebab hampir semua kematian anak-anak ini dapat dicegah hanya dengan beberapa sen dolar saja per anak, maka sangat tepat jika dinyatakan bahwa penyakit yang sesungguhnya adalah kemiskinan. Sekurangnya di selusin negara Afrika sub-sahara, seorang anak lebih mungkin meniggal sebelum mencapai usia 5 tahun dibandingkan dengan kemungkinannya mengikuti sekolah menengah. Harapan hidup pada saat lahir di wilayah ini hanya 50 tahun, sebagian besar karena dampak epidemi AIDS.  Beberapa jenis penyakit akan sangat mematikan jika berkombinasi dengan penyakit lainnya. Malnutrisi adalah sebuah bentuk penyakit, dan hal ini merupakan faktor utama yang menyebabkan anak-anak mudah terkena penyakit dan kemudian meniggall. Meskipun dalam surat keterangan kematian dicantumkan penyebabnya adalah dehidrasi karena dieare atau penyakit infeksi tertentu, dalam banyak kasus kematian itu sebenarnya dapat dicegah jika si anak tidak mengalami malnutrisi. Interaksi penting yang mematikan adalah antara AIDS dan tuberkulosis. Tidak terkendalimya salah satu penyakit ini dapat berakibat fatal. Selain itu, penyebaran HIV tampaknya makin dipercepat oleh keberadaan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, yang mempermudah terjadinya sebuah virus.

7.1 HIV/AIDS
Epidemi AIDS mengancam untuk menghentikan atau bahkan membalikkan pencapain kemajuan pembangunan ekonomi dan manusia telah diupayakan sedemikian lama di banyak negara. Data menunjukkan bahwa jumlah penularan baru telah menurun dengan mantab dalam abad baru. Ini merupakan pencapaian kesehatan global yang mengagumkan, tetapi masih ada tantangan yang sangat besar. AIDS juga merupakan isu pembangunan ekonomi. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalh tahap akhir dan fatal dari penularan human immunodeficiency (HIV). Di negara-negara yang berpendapatan rendah, rata-rata kemungkinan bertahan hidup setelah munculnya gejala AIDS adalah dibawah satu tahun. Semula AIDS dipandang sebagai penyakit di negara-negara maju, terutama menjangkiti laki-laki yang berhubungan seksual dengan sesama laki-laki. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa lebih dari 95% kasus HIV dan kematian karena AIDS terjadi di negara-negara berkembang. Pada tahun 2009, sekitar 33 juta orang mengidap HIV di seluruh dunia dan kurang lebih 22 juta dari jumlah itu terdapat di Afrika sub-Sahara.

7.2 Malaria
Malaria secara langsung telah mneyebabkan kematian lebih dari 1juta orang setiap tahun, yang sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dari keluarga miskin afrika. Meskipun ada kontroversial, ada bukti bahwa malaria telah menimbulkan biaya cukup besar. Malaria memperendah produktivitas, seperti halnya malnutrisi, parasit, dan masalah kesehatan lainnya. Malaria bahkan memperendah tingkat pertumbuhan. Dengan adanya dana yang memadai, para pakar percaya bahwa dalam tempo yang tidak terlalu lama akan ditemukan vaksin malaria yang efektif.  Akan tetapi, karena korban malaria cenderung berasal dari negara-negara berpendapatan rendah dan tidak mampu membeli obat-obatan yang mahal, tidak banyak insentif yang tersedia bagi perusahaan-perusahaan farmasi untuk menekankan penelitian bidang ini. Vaksin untuk penyakit lainnya telah menyelamatkan nyawa banyak anak di negara berkembang. Ada sejumlah penyakit lainnya yang dapat dikendalikan oleh vaksin dan melibatkan masalah-masalah teknis yang tidak lebih sulit dibandingkan vaksin bagi penyakit lain yang sebelumnya telah dikembangkan. Apabila masalah-masalah seperti itu dapat diatasi, mungkin akan diperoleh vaksin sebagai solusi terbaik untuk mengobati penyakit malaria dan banyak penyakit tropis lainnya.

7.3 Cacing Parasit dan “ Penyakit Tropis Terabaikan” Lainnya
Banyak tantangan kesehatan di negara-negara berkembang yang telah mendapatkan perhatian besar belakangan ini, yang ditandai dengan peran sentral dari Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, dan Malaria yang didanai dengan cukup baik. Insiden penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit yang melemahkan tubuh ini sangat banyak, menjangkiti sekitar 2 miliar orang, 300 juta diantaranya menderita parah. Di antara banyak penyakit parasit yang menyerang orang-orang di negara berkembang, schistosomiasis adalah yang terburuk dalam kaitannya dengan dampaknya terhadap manusia pembangunan. WHO malaporkan bahwa akibat schistosmiasis terhadap pertumbuhan anak sebenarnya dapat dibalikkan 90% dengan perawatan yang efektif, tetapi terlalu sering diabaikan. Penyakit lain yang lama menghantui adalah trypanosomiasis Afrika, atau penyakit tidur, yang masih menjangkiti beberapa ratusan ribu orang di Afrika sub Sahara. Fakta paling tragis adalah karena penyakit ini bersifat endemis di kawasan yang minim fasilitas kesehatannya, sehingga kebanyakan orang yang yang terjangkit penyakit tidur ini telah meniggal bahkan sebelum didiagnosis. Penyakit ini sekarang sedang di tanggulangi dengan obat-obatan yang disumbangkan sebuah perusahaan farmasi kepada sejumlah organisasi internasional.


0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive

LATEST POSTS

CB Blogger Lab

JASA SEO CB

jam ayam

CONTOH BLOG

JASA SEO CB

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *