SIKAP BAHASA DAN KESANTUNAN BERBAHASA
PERTEMUAN
3
BAB
3
“SIKAP
BAHASA DAN KESANTUNAN BERBAHASA”
A. Pengertian
Kesantunan
Fraser
dalam Gunarwan (1994) mendefinisikan kesantunan adalah “property associated
with neither exceeded any right nor failed to fullfill any obligation”. Dengan
kata lain kesantunan adalah properti yang diasosiasikan dengan ujaran dan di
dalam hal ini menurut pendapat si pendengar, si penutur tidak melampaui
hak-haknya atau tidak mengingkari memenuhi kewajibannya.
Beberapa
ulasan Fraser mengenai definisi kesantunan tersebut yaitu pertama, kesantunan
itu adalah properti atau bagian dari ujaran; jadi bukan ujaran itu sendiri.
Kedua, pendapat pendengarlah yang menentukan apakah kesantunan itu ada pada
suatu ujaran. Mungkin saja sebuah ujaran dimaksudkan sebagai ujaran yang santun
oleh si penutur, tetapi di telinga si pendengar ujaran itu ternyata tidak
terdengar santun, dan demikian pula sebaliknya. Ketiga, kesantunan itu
dikaitkan dengan hak dan kewajiban penyerta interaksi. Artinya, apakah sebuah
ujaran terdengar santun atau tidak, ini ”diukur” berdasarkan (1) apakah si
penutur tidak melampaui haknya kepada lawan bicaranya dan (2) apakah di penutur
memenuhi kewajibannya kepada lawan bicaranya itu.
Kesantunan
merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu
masyarakat tertentusehingga kesantunansekaligus menjadi prasyarat yang
disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu,kesantunan ini biasa disebut
µtatakrama.
B. Pengertian
Kesantunan Berbahasa
Kesantunan
berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan
kecerdasan emosional penuturnya karena didalam komunikasi, penutur
dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus
tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan
penutur dan petutur tetap terjaga apabila masing- masing peserta tutur
senantiasa tidak saling mempermalukan. Dengan perkataan lain, baik penutur
maupun petutur memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga muka.Kesantunan
(politeness), kesopansantunan atau etiket adalah tatacara, adat, atau kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara
berkomunikasi lewat tanda verbalatau tatacara berbahasa. Ketika berkomunikasi,
kita tunduk pada norma-norma budaya,tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang
kita pikirkan. Tatacara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang
ada dalam masyarakat tempat hidup dandipergunakannya suatu bahasa dalam
berkomunikasi. Apabila tatacara berbahasa seseorang tidak sesuai dengan
norma-norma budaya, maka ia akan mendapatkan nilai negatif, misalnya dituduh
sebagai orang yang sombong, angkuh, tak acuh, egois, tidak beradat,
bahkan tidak berbudaya
Tatacara
berbahasa sangat penting diperhatikan para peserta komunikasi(komunikator dan
komunikan) demi kelancaran komunikasi. Oleh karena itu, masalah tatacara
berbahasa ini harus mendapatkan perhatian, terutama dalam proses
belajar mengajar bahasa. Dengan mengetahui tatacara berbahasa diharapkan
orang lebih bisa memahami pesan yang disampaikan dalam komunikasi karena tatacara
berbahasa bertujuan mengatur serangkaian hal berikut :
1.
Apa yang
sebaiknya dikatakan pada waktu dan keadaan tertentu
2.
Ragam bahasa apa
yang sewajarnya dipakai dalam situasi tertentu
3.
Kapan dan
bagaimana giliran berbicara dan pembicaraan sela diterapkan
4.
Bagaimana
mengatur kenyaringan suara ketika berbicara
5.
Bagaimana sikap
dan gerak-gerik ketika berbicara.
6.
Kapan harus diam
dan mengakhiri pembicaraan.
Tatacara
berbahasa seseorang dipengaruhi norma-norma budaya suku bangsa atau kelompok
masyarakat tertentu. Tatacara berbahasa orang Inggris berbeda dengan
tatacara berbahasa orang Amerika meskipun mereka sama-sama berbahasa
Inggris. Begitu juga, tatacara berbahasa orang Jawa berbeda dengan tatacara
berbahasa orang Batak meskipun mereka sama-sama berbahasa Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa kebudayaan yang sudah mendarah daging pada diri seseorang
berpengaruh pada pola berbahasanya.Beberapa teori yang mendasari kesantunan
berbahasa yaitu teori Lakoff, teoriYueguo Gu, teori Pranowo dan teori Grice
C. Sikap Berbahasa
Sikap bahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap
bahasa sendiri atau bahasa orang lain (Kridalaksana, 2001:197). Dalam bahasa
Indonesia kata sikap dapat mengacu pada bentuk tubuh, posisi berdiri yang
tegak, perilaku atau gerak-gerik, dan perbuatan atau tindakan yang dilakukan
berdasarkan pandangan (pendirian, keyakinan, atau pendapat) sebagai reaksi atas
adanya suatu hal atau kejadian.
Sikap
merupakan kontributor utama bagi keberhasilan belajar bahasa. Garvin dan
Mathiot (1968) mengemukakan sikap bahasa itu setidak-tidaknya mengandung tiga
ciri pokok, yaitu:
a. Kesetiaan bahasa (Language
loyality). Kesetiaan bahasa adalah keinginan masyarakat mendukung bahasa itu
untuk memelihara dan mempertahankan bahasa itu bahkan kalau perlu mencegahbya
dari pengaruh bahasa lain.
b. Kebanggaan bahasa (language pride).
Kebangaan bahasa mendorong seseorang atau masyarakat pendukung bahasa itu untuk
menjadikannya sebagai penanda jati, lambang indentitas dan kesatuan masyarakat.
c. Kesadaran adanya norma bahasa
(awareness of the norm). Cenderung untuk mendorong orang menggunakan bahasanya
dengan cermat dan satuan.
Jenis-jenis Sikap Bahasa :
Sikap pada umumnya bahwa selalu
memiliki dua sisi. Sisi jelek dan sisi baik. Begitu juga dengan sikap bahasa.
Sikap bahasa ada dua yaitu sikap positif dan sikap negatif.
a. Sikap positif
Sikap
positif tentu saja berhubungan dengan sikap-sikap atau tingkah laku yang tidak
bertentangan dengan kaidah atau norma yang berlaku.sedangkan sikap positif
bahasa adalah penggunanaan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa dan sesuai dengan
situasi kebahasan.
b. Sikap negatif
sikap negatif bahasa akan menyebabkan orang acuh
terhadap pembinaan dan pelestarian bahasa. Mereka menjadi tidak bangga lagi
memakai bahasa sendiri sebagai penanda jati diri bahkan mereka merasa malu
memakai bahasa itu. Dalam keadaan demikian orang mudah beralih atau berpindah
bahasa, biasanya dalam satu masyarakat bilingual atau multilingual terjadi
beralih bahasa kepada yang lebih bergengsi dan lebih menjamin untuk memperoleh
kesempatan disektor modern dan semcamnya.
0 komentar:
Posting Komentar