AKUISISI DAN DISPOSISI PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN
Pertemuan 10
BAB 10
AKUISISI
DAN
DISPOSISI
PROPERTI, PABRIK,
DAN PERALATAN
10.1 Definisi
Properti, Pabrik, dan Perlatan
Properti, pabrik, dan peralatan merupakan aktiva nyata yang digunakan untuk
melakukan produksi atau menyuplai barang dan jasa, untuk rental atau yang lainnya, atau
untuk
tujuan administratif; mereka diharapakan dapat
digunakan selama
lebih dari satu periode akuntansi.
Digunakan dalam
operasi dan tidak untuk dijual kembali
Yang dapat disebut dengan properti, pabrik, dan peralatan merupakan aktiva yang
digunakan dalam operasi perusahaan
dan tidak dengan tujuan
untuk dijual kembali. Contohnya adalah komputer yang
digunakan dalam
administrasi perusahaan, atau mobil yang
digunakan untuk operasional
perusahaan.
Bersifat jangka panjang dan
merupakan subjek
penyusutan
Properti, pabrik, maupun peralatan merupakan aktiva
jangka panjang, sehingga mempunyai umur yang relatif lama, dan
juga merupakan subjek
penyusutan. Ketika
aktiva
suatu perusahaan digunakan bertahun-tahun, tentunya nilainya akan semakin perkurang karena kondisi barang yang semakin
menurun, tidak seperti
baru lagi. Dalam
hal ini berarti property,
pabrik,
dan peralatan mengalami
depresiasi. Jadi property, pabrik,
maupun perlatan itu merupakan
subjek depresiasi.
Memiliki substansi fisik
Properti, pabrik, maupun peralatan haruslah berupa barang yang mempunyai
atau memiliki substansi fisik. Jadi aktiva ini merupakan aktiva yang
berwujud, berbeda dengan aktiva yang
tak berwujud. Namun aktiva seperti inventory atau persediaan tidak dimasukkan ke dalam properti, pabrik, dan
peralatan. Alasannya
adalah
karena inventory merupakan barang yang diperjual
belikan kembali, meskipun mempunyai
substansi fisik.
Properti, pabrik,
dan peralatan meliputi:
Tanah
Bangunan
terstuktur (kantor,
pabrik, gudang)
Peralatan (mesin-mesin, mebel, alat/perkakas)
10.2 Akuisisi
dan Penilaian Properti, Pabrik,
dan Perlatan
Sebagain besar
perusahaan masih menggunakan biaya historis untuk menilai aktiva mereka yang berupa properti, pabrik, dan peralatan mereka. Biaya
historis diukur oleh kas
atau harga ekuivaen kas untuk memperoleh suatu aktiva
dan
membawa aktiva tersebut ke suatu lokasi serta kondisi
yang diperlukan berdasarkan tujuan penggunaannya.
Suatu perusahaan
menilai properti, pabrik, dan
peralatan di periode selanjutnya dengan
menggunakan salah
satu
dari:
Metode
biaya (cost
method)
Metode
nilai wajar (fair
value / revaluation method)
10.2.1 Biaya Tanah
Merupakan semua biaya yang diperlukan untuk memperoleh/membeli tanah
dan
membuat tanah tersebut siap digunakan oleh perusahaan. biaya tersebut umumnya termasuk:
Harga beli
Biaya penutupan, seperti sertifikat hak milik, honor pencatatan, dan honor
pengaraca
Biaya yang diperlukan untuk membuat tanah tersebut siap digunakan
oleh perusahaan, seperti meratakan,
menimbun, membersihkan, mengosongkan
Asusmsi tentang hak gadai
beban atau hipotik
Perbaikkan
tanah
lainnya yang memiliki umur yang tak terbatas
Pengembangan dengan umur
terbatas, seperti jalan pribadi, pagar, dan lahan parkir, dicatat secara
terpisah sebagai Land Improvements (Pengembangan Tanah) sehingga bisa
disusutkan sampai umur manfaatnya berakhir.
Jika tujuan kepemilikan tanah adalah spekulatif, maka
akan diklasifikasikan sebagai invenstment
(investasi).
Jika tujuan kepemilikan tanah adalah untuk dijual kembali, maka tanah lebih tepat jika diklasifikasikan ke
dalam inventory
(persediaan).
10.2.2 Biaya Bangunan
Biaya bangunan mengandung semua pengeluaran yang berkaitan langsung
dengan akuisisi dan konstruksi dari
bangunan tersebut. Biaya bangunan
biasanya tediri
dari:
Biaya
bahan baku bangunan, tenaga
kerja, dan biaya operasional
(overhead) yang tejadi
selama konstruksi, dan
Honor tenaga professional dan biaya pengurusan izin dalam
mendirikan bangunan
10.2.3 Biaya Peralatan
Biaya peralatan terdiri atas:
Harga beli perlatan
Biaya pegangkutan dan penangannan perlatan
Biaya asuransi peralatan ketika barang masih
dalam perjalanan
Biaya fondasi
khusus jika ada
Biaya pemasangan
serta perakitan peralatan
Biaya dalam melakukan uji coba peralatan
10.2.4 Aktiva yang Dibuat Sendiri
Biaya meliputi:
Bahan
baku
dan tenaga kerja kerja langsung
Biaya operasional (overhead)
dapat
dipisahkan menjadi 2:
1. Tidak membebankan biaya operasional tetap ke biaya pembuatan aktiva
2. Membebankan bagian
dari total biaya operasional ke proses
konstruksi aktiva
10.3 Biaya Bunga Selama
Konstruksi
Terdapat
tiga pendekatan
untuk
menghitung jumlah
bunga
yang ada
dalam membiayai konstruksi property,
pabrik, dan peralatan, yaitu
antara lain:
Tidak mengkapitalisasi beban
bunga selama periode konstruksi
Menurut pendekatan ini, apabila
perusahaan menggunakan modal saham dengan mencatatnya sebagai hutang, maka bunga
tidak akan muncul. Bunga
bukan dianggap sebagai biaya konstruksi, tetapi dalam hal ini
bunga dianggap sebagai biaya pembiayaan.
Membebankan semua biaya dana yang digunakan ke konstruksi, baik yang dapat
diidentifikasi maupun yang tidak dapat diidentifikasi
Aktiva harus dibebankan dengan semua biaya yang diperlukan untuk menjadikan barang
tersebut siap digunakan. Itu artinya biaya konstruksi
harus menyertakan biaya pembiayaan.
Hanya mengkapitalisasi biaya bunga actual yang terjadi selama
konstruksi dijalankan
Menurut pendekatan ini, bahwa bunga merupakan biaya. Sayangnya,
pendekatan ini hanya
mengkapitalisasi biaya
bunga
melalui pembiayaan dengan hutang, tidak mencoba menentukan biaya pembiayaan dengan
saham.
IFRS memerlukan
kapitalisasi bunga aktual (dengan
modifikasi). Konsisten menggunakan biaya historis (historical cost)
Kapitalisasi terdiri
atas 3 item,
antara lain:
Aktiva
yang memenuhi
kualifikasi
Periode
kapitalisasi
Jumlah yang dikapitalisasi
10.3.1 Aktiva yang Memenuhi
Kualifikasi
Memerlukan kualifikasi sebagai kapitalisasi bunga, aktiva atau asset harus mempunyai suatu
periode waktu untuk menyiapkan agar
dapat digunakan dengan baik.
Dua tipe dari
aktiva antara lain:
Aktiva yang sedang digunakan atau
siap untuk digunakan
Aktiva yang tidak digunakan
perusahaan
dalam aktivitasnya untuk
menghasilkan keuntungan di mana keuntungan tersebut tidak dipakai
dalam aktivitas yang membuatnya siap digunakan
10.3.2 Periode Kapitalisasi
Periode kapitalisasi
mulai terjadi mulai kondisi
sebagai
berikut:
Pengeluaran
untuk aktiva telah terjadi
Aktivitas yang dibutuhkan untuk menyiapkan aktiva agar siap digunakan sedang berlangsung
Biaya bunga telah
terjadi
atau telah berlangsung
Dan berkhir ketika:
Apabila aktiva telah
selessai dan
aktiva tersebut
siap
untuk digunakan.
10.3.3 Jumlah yang Harus Dikapitalisasi
Pengkapitalisasian yang lebih rendah dari:
Biaya bunga
aktual
Bunga yang dapat dihindarkan – merupakan jumlah biaya bunga selama periode yang
sedang
berjalan di mana secara teori dapat dihindari jika tidak terjadi
pengeluaran untuk melakukan
pembelian terhadap aktiva.
10.3.4 Masalah
Khusus yang
Berhubungan dengan Kapitalisasi
Bunga
Dua masalah khusus
yang berhubungan dengan kapitalisasi bunga anntara lain sebagai
berikut:
Pengeluaran
untuk tanah
Biaya bunga yang dikapitalisasi selama satu periode berjalan adalah
bagian
dari biaya pabrik, bukan merupakan biaya atas tanah.
Pendapatan bunga
Secara
umum, adanya pendapatan bunga perusahaan tidak bisa ikut dioffset dengan
menggunakan biaya bunga.
10.4 Penilaian Properti,
Pabrik, dan Peralatan
Perusahaan
harus
mencatat property,
pabrik,
dan peralatan:
Pada nilai
pasar wajar yang didapatkan pada saat terjadi
akuisisi
Pada nilai
wajar aktiva yang diterima
Tergantung pada yang memiliki bukti yang lebih banyak
dan mendukung.
Diskon tunai – baik
diambil maupun tidak, maka
akan
dianggap sebagai pengurang biaya aktiva.
Kontrak pembayaran yang ditangguhkan – aktiva yang dibeli oleh perusahaan
melalui suatu kontrak kredit berjangka panjang
harus dihitung pada nilai
sekarang
(present value) dari
pertimbangan yang
dipertukarkan.
Pembelian
Lump Sun – mengalokasikan total biaya di antara beberapa aktiva yang
ada
pada nilai
pasar wajar relatifnya.
Penerbitan Saham – nilai pasar dari saham yang telah dikeluarkan perusahaan adalah indikasi wajar dari
biaya dalam properti yang diperoleh.
Pertukaran
Aktiva Nonmoneter
Biasanya dicatat dalam
basis:
Nilai wajar aktiva yang diberikan
Nilai wajar aktiva yang diterima
Perusahaan harus mengakui keuntungan atau kerugian pada pertukaran ketika transaksi
terjadi dalam konteks substansi komersial.
10.4.1 Arti dari Substansi Komersial
Suatu pertukaran memiliki substansi komersial jika arus
kas
di masa yang akan datang berubah sebagai akibat dari suatu transaksi tersebut. Hal tersebut memiliki arti bahwa
jika posisi ekonomi yang bertransaksi
tersebut berubah, maka
transaksi tersebut
dapat dikatakan memiliki substansi komeraial.
10.4.2 Pertukaran – Situasi
Kerugian
Perusahaan mengakui kerugian dengan segera terlepas apakah pertukaran yang terjadi
memiliki substansi
komersial ataukah tidak.
Dasar pmikiran:
perusahaan seharusnya tidak menilai
aktiva yang
dimilikinya lebih
dari harga kasnya yang setara; jika kerugian tersebut ditangguhkan, aktiva
akan mempunyai nilai lebih tinggi daripada nilai yang
sesungguhnya dimiliki (overstate).
10.4.3 Pertukaran – Situasi
Keuntungan
Memiliki substansi komersial. Dalam hal ini, biasanya
perusahaan akan
melakukan pencatatan terhadap biaya aktiva nonmoneter yang
diterima untuk dipertukarkan dengan aktiva nonmoneter yang lainnya pada nilai wajar pada suatu
aktiva yang diberikan, dan dengan sesegera mungkin mengakui
keuntungan yang
diperoleh perusahaan. perusahaan dapat menggunakan nilai
wajar dari seluruh aktiva yang telah diterima oleh perusahaan jika dan hanya jika nilai wajar tersebut lebih jelas daripada nilai wajar aktiva yang
telah
diberikan.
10.4.4 Ringkasan dari
Pengakuan Laba dan Rugi dari Pertukaran
Aktiva Nonmoneter
Pengungkapan
mengandung:
Sifat dari
transaksi
tersebut
Metode
akuntansi untuk aktiva yang dipertukarkan
Keuntungan
dan kerugian yang diakui
atas pertukaran yang telah
terjadi
10.4.5 Hibah Pemerintah
Hibah ialah bantuan yang diterima dari pemerintah dalam bentuk transfer
sumber daya ke sebuah perusahaan untuk masa lalu maupun masa
depan sesuai dengan kondisi tertentu pada
operasional perusahaan. IFRS menyatakan bahwa
hibah harus diakui dalam bentuk pendapatan (pendekatan penghasilan) secara sistematik yang sesuai dengan biaya
yang terkait
yang dimaksudkan
untuk
mengimbangi
perusahaan.
10.4.6 Kontribusi
Ketika sebuah perusahaan mendonasikan aktiva nonmoneter, hal tersebut harus dicatat dengan jumlah yang didonasikan sebagai sebuah beban pada nilia wajar asset
donasi.
Ilustrasi:
Swala Energy
mendonasikan tanah
kepada Adza untuk digunakan
sebagai taman kota. Harga tanah $80,000,
dan memiliki harga wajar $110,000. Swala
energy mencatat
donasi tersebut
sebagai berikut:
Contribution
Expense
|
110,000
|
|
Land
|
|
80,000
|
Gain on Disposal of Land
|
|
30,000
|
10.5 Biaya Setelah
Akuisi
Setelah aktiva tetap terpasang dan siap untuk digunakan, dapat terjadi biaya-
biaya
tambahan seperti reparasi atau
bahkan hingga
biaya
tambahan yang cukup siginifikan. Masalah utamanya ialah bagaimana cara
mengalokasikan biaya- biaya tambahan yang dikeluarkan oleh perusahaan ini ke periode waktu yang
tepat. Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat di
masa yang
akan datang yang lebih besar dari seharusnya, harus dikapitaliasi,
sementara pengeluaran yang hanya ditujukan untuk mempertahankan tingkat
pelayanan tertentu yang
ada
di dalam sebuah perusahaan akan dianggap sebagai
beban perusahaan. Agar biaya-biaya tersebut dapat dilakukan kapitalisasi, maka
tiga kondisi berikut harus dipenuhi:
1. Umur manfaat aktiva harus meningkat
2. Kuantitas unit
yang diproduksi
oleh aktiva harus meningkat
3. Kualitas unit
yang diproduksi
juga
harus meningkat
10.6 Disposisi Aktiva
Tetap
Perusahaan mungkin memensiunkan aktiva tetap mereka secara secara suka rela atau
membuang mereka dengan melakukan
Penjualan
Penukaran
Konversi
terpaksa
Pengabaian
Depresiasi
harus dibawa ke tanggal disposisi.
Konversi Terpaksa
Kadang, pelayanan suatu aktiva
berakhir
karena
konversi terpaksa
seperti bencana
kebakaran, banjir, pembebasan, pencurian, dan lain-lain. Selisih antara jumlah yang
dipulihkan dengan nilai buku aktiva tersebut (jika terdapat nilai
buku), dilaporkan sebagai sebuah
keuntugan atau
kerugian bagi perusahaan. keuntungan maupun kerugian yang diperoleh perusahaan tersebut disamakan
dengan jenis disposisi lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar