FAKTOR-FAKTOR PEMBANGUNAN
PERTEMUAN
4
FAKTOR-FAKTOR
PEMBANGUNAN
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi
dan nonekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber
alamnya, sumber daya manusia modal, usaha, teknologi, dan sebagainya. Semua itu
merupakan faktor ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin terjadi
selama lembaga sosial, kondisi politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu
bangsa tidak menunjang. Di dalam pertumbuhan ekonomi, lembaga sosial, sikap
budaya, nilai moral, kondisi politik dan kelembagaan merupakan faktor
nonekonomi. Dalam suatu studinya, Professor Bauer menunjukkan bahwapenentuan
utama pertumbuhan ekonomi "adalah bakat, kemampuan, kualitas,
kapasitas dan kecakapan, sikap, adat-istiadat, nilai, tujuan, dan motivasi
serta struktur politik dan kelembagaan."
Faktor
Ekonomi
Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan
utama yang mempengaruh pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau
bangunnya merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor
produksi tersebut. Beberapa faktor ekonomi tersebut akan dibahas di bawah ini.
1.
Sumber Alam
Faktor
utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau
tanah. "Tanah" sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup
sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan,
mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi
pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang
penting. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun
dengan cepat. Sebagaimana dinyatakan oleh Lewis, "Dengan hal-hal lain yang
sama, orang dapat mempergunakan dengan lebih baik kekayaan alamnya dibandingkan
apabila mereka tidak memilikinya.
Di Negara kurang berkembang, sumber alam sering terbengkalai, kurang atau salah
pemanfaatan. Inilah salah satu penyebab keterbelakangan itu. Tersedianya sumber
alam secara melimpah saja belumlah cukup bagi pertumbuhan ekonomi. Apa yang
yang diperlukan ialah pemanfaatannya secara tepat. Jika sumber alam yang ada
tidak dipergunakan secara tepat, negara itu tidak mungkin mengalami kemajuan.
J.I. Fisher dengan tepat mengatakan, "tidak cukup beralasan untuk
mengharapkan pengembangan sumber alam jika orang acuh tak acuh pada produk dan
jasa yang dapat disumbangkan oleh sumber-sumber tersebut." Hal ini
disebabkan karena keterbelakangan ekonomi dan langkanya faktor teknologi. Oleh
karena itu, sumber alam dapat dikembangkan melalui perbaikan teknologi dan
peningkatan ilmu pengetahuan. Di dalam kenyataan, sebagaiman dikemukakan
Professor Lewis, "Nilai suatu sumber alam tergantung pada kegunaannya, dan
kegunaannya senantiasa berubah sepanjang waktu karena perubahan dalam selera,
perubahan dalam teknik atau penemuan baru. "Pada saat perubahan seperti
itu terjadi setiap bangsa dapat mengembangkan dirinya sendiri secara ekonomis
melalui pemanfaatan sepenuhnya sumber alam mereka. Inggris misalnya, mengalami
revolusi pertanian dengan menerapkan metode rotasi tanaman antara 1740-1760.
Begitu juga Perancis, mampu merevolusikan pertaniannya berdasarkan pola Inggris
kendati tanahnya kurang subur. Pada pihak lain, negara di Asia dan Afrika belum
mampu mengembangkan pertaniannya karena mereka menggunakan metode produksi yang
kuno.
Seringkali dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat terjadi meskipun negara
bersangkutan kekurangan sumber alam. Sebagaimana dikemukakan Lewis, "Suatu
negara yang dianggap miskin sumber alam saat ini mungkin dapat dianggap sangat
kaya di kemudian hari, tidak saja lantaran diketemukannya sumber-sumber yang
tersembunyi, tetapi juga karena penggunaan sumber yang telah diketahui dengan
cara baru." Jepang adalah negara seperti itu. Jepang yang kekurangan dalam
sumber alam tetapi karena ia berhasil menemukan penggunaan baru
sumber-sumbernya yang terbatas, maka jadilah ia salah satu negara termaju di
dunia. Dengan mengimpor bahan mentah dan bahan tambang tertentu dari negara
lain, Jepang berhasil mengatasi kekurangan sumber alamnya melalui teknologi
tinggi, penelitian baru, dan ilmu pengetahuan tinggi. Begitu pula Inggris,
berkembang kendati tanpa minyak bumi dan logam non belerang.
Sarana pengangkutan dan perhubungan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi. Perkembangan sarana itu menurunkan biaya angkut, dan menaikkan
perdagangan dalam dan luar negeri negara. Hasilnya, perekonomian maju. Di
negara yang memiliki jalan raya, jalan kereta api, terusan atau sungai-sungai,
pertumbuhan ekonominya akan terdorong maju, seperti yang terjadi di Inggris,
Perancis, Jerman, dan Belanda.
Jadi
dalam pertumbuhan ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja belum cukup. Yang
terpenting ialah pemanfaatannya secara tepat dengan teknologi yang baik
sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber dapat dipergunakan dalam jangka waktu
lebih lama.
2.
Akumulasi Modal
Faktor ekonomi penting kedua dalam pertumbuhan ialah akumulasi modal. Modal
berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi.
Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini di sebut akumulasi
modal atau pembentukan modal. Dalam ungkapan Professor Nurkse, "Makna
pembentukan midal ialah, masyarakat tidak melakukan keseluruhan kegiatannya
saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak,
tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal, alat-alat
dan perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik, dan
peralatannya." Dalam arti ini pembentukan modal merupakan investasi dalam
bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output
nasionaldan pendapatan nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci
utama menuju pembangunan ekonomi.
Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta
mencakup tiga tahao yang saling berkaitan: (a) keberadaan tabungan nyata dan
kenaikannya; (b) keberadaan lembaga keuangan dan kredit untuk menggalakkan
tabungan dan menyalurkannya ke jalur yang dikehendaki; (c) mempergunakan
tabungan untuk investasi barang modal.
Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Di satu pihak ia
mencerminkan permintaan efektif, dan di pihak lain ia menciptakan efisiensi
produkstif bagi produksi di masa depan. Pembentukan modal mempunyai arti
penting khusus bagi negara kurang berkembang (LDC). Proses pembentukan modal
menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara.
Pembentukan modal diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk yang meningkat
di negara itu. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi
tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal ini pula yang membawa ke arah
kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannya membawa ke arah
spesialisasi dan penghematan dalam produksi skala luas. Pembentukan modal
membantu usaha penyediaan mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang
semakin meningkat. Penyediaan overheadsosial dan ekonomi seperti
pengangkutan, sumber tenaga, pendidikan dan sebagainya di negara bersangkutan
dimungkinkan melalui pembentukan modal ini juga. Pembentukan modal ini pula
yang membawa ke arah penggalian sumber akam, industrialisasi dan ekspansi pasar
yang diperlukan bagi kemajuan ekonomi. Menurut Lewis, laju pembentukan modal di
LDC adalah sebesar 5 persen atau kurang, yang harus dinaikkan menjadi 12 sampai
15 persen. Perkiraan Kuznets mengungkapkan, selama pertumbuhan ekonomi modern
pembentukan modal bruto di negara maju berkisar di sekitar 11-13 sampai 20
persen atau lebih, sedang pembentukan modal netto adalah dari 6 sampai 12-14
persen.
Menurut Kuznets, rasio modal output marginal (ICOR =
Incremental capital-output ratio; incremental = marginal) juga memainkan
peranan penting dalam petumbuhan ekonomi modern. ICOR tersebut menggambarkan
produktivitas modal. Perkiraan Kuznets mengungkapkan bahwa sebelum PD I dan
antara 1890-1950, ICOR tersebut naik di sembilan negara maju, kecuali Italia.
Di Jepang ratio bruto demikian meningkat dari 2,9 menjadi 4,3 di Swedia dari
4,1 ke 5,5 dan di AS dari 5,1 ke 6,5.
Di pihak lain, ICOR di LDC begitu rendah lantaran kurangnya modal dan rendahnya
kapasitas produksi. Di negara seperti itu, rasio modal-output harus
ditingkatkan. Tetapi di negara terbelakang padat-penduduk, kenaikan output per
kapita berkaitan dengan kenaikan dalam rasio modal-buruh. Negara yang hendak meningkatkan
rasio modal-buruhnya harus menghadapi dua problema. Pertama,rasio
modal- buruh jatuh karena jumlah penduduk naik. Oleh karena itu, untuk
mengatasi penurunan rasio modal buruh, diperlukan jumlah investasi netto yang
lebih besar - yang di negara terbelakang hal ini tidaklah mungkin. Kedua, apabila
penduduk meningkat dengan kecepatan tinggi, tabungan yang memadai bagi jumlah
yang diperlukan untuk investasi sulit dicapai karena rendahnya pendapatan per
kapita di negara-negara seperti itu. Walaupun demikian, laju pembentukan modal
tersebut dapat dipercepat dengan mendorong tabungan.
3.
Organisasi
Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi
berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan ekonomi. Organisasi
bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan
produktivitasnya. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para wirastawan tampil
sebagai organisator dan pengambil risiko diantara ketidakpastian, Wirastawan
bukanlah manusia dengan kemampuan biasa. Ia memiliki kemampuan khusus untuk
bekerja dibandingkan orang lain. Menurut Schumpeter, seorang wirastawan tidak
perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah melakukan pembaharuan (inovasi).
Revolusi industri di Inggris merupakan jasa para wirastawan ini, begitu juga
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada abad ke-19 dan pertengahan abad ke-20
merupakan jasa penyempurnaan kualitas manajemen.
Tetapi negara terbelakang langka akan tindakan wiraswasta. Faktor seperti
kecilnya pasar, kurang modal, ketiadaan milik swasta dan perjanjian, kurang
buruh terlatih dan terdidik, tidak tersedianya secara cukup bahan mentah dan
fasilitas infrastruktur seperti pengangkutan, tenaga, dan sebagainya,
mempertinggi risiko dan ketidakpastian. Itulah sebabnya negara seperti itu
kekurangan wiraswastawan. Menurut Myrdal, negara-negara Asia kekurangan
wiraswastawan bukan karena mereka kekurangan modal atau bahan mentah tetapi
karena mereka kekurangan orang yang memiliki pandangan benar terhadap
kewiraswastawan. Orang Jepang memiliki pandangan seperti itu. Tidak heran
mengapa Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan termasuk ke dalam
kelompok negara maju.
Di
negara maju, karya organisasi telah dipertontonkan oleh perusahaan swasta yang
menjelma menjadi perusahaan multinasional sesudah PD II, dan membantu kemajuan
ekonomi negara maju maupun negara sedang berkembang.
Pada
pihak lain, setiap negara memainkan peranannya sebagai seorang organisator
dalam berbagai bentuk, semenjak Depresi Berat pada 1928-29. Sebelum PD II
peranan itu berbentuk modal overhead sosial, dan sesudah
perang melebar ke dalam bentuk perusahaan umum.
Para
birokrat pemerintahan di Eropa, Inggris, dan AS misalnya, berangkat dengan
program kesejahteraan umum seperti kesehatan masyarakat, jalan raya, jembatan,
taman, pendidikan, pengendalian banjir, perlindungan dari kebakaran, dan
sebagainya. Sebagian dari pemerintahan tersebut mengambil alih pengelolaan
kereta api, pos dan telekomunikasi, tenaga dan gas, dan sebagainya. Inggris
menasionalisasi batubara, besi, dan angkutan darat sedang Perancis
menasionalisasi angkutan udara, batubara dan pabrik pembuatan kendaraan
bermotor Renault dan bus.
Di
negara sedang berkembang, overhead sosial dan ekonomi
kebanyakan dijalankan oleh pemerintah pusat, negara bagian, atau daerah. Dan
perusahaan umum (negara) diperluas mencakup bidang pertambangan, perkebunan,
perdagangan, penyaluran bahan mentah dan kebutuhan pokok, produksi barang modal
dan barang konsumen, dan sebagainya.
Peranan
bank seringkali dikecualikan dari organisasi. Bank sebenarnya merupakan lembaga
teramat penting yang banyak memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi
negara maju. Bank membantu industrialisasi negara Inggris, Eropa, dan AS dalam
memberikan bantuan keuangan kepada para wiraswastawan pada waktunya. Tidak saja
memberikan bantuan keuangan kepada perusahaan perorangan tetapi juga memberikan
saran mengenai masalah penanaman modal, menolong merekrut tenaga terlatih dan
manajer dari negara lain, mengimpor bahan mentah kualitas tinggi untuk mereka,
dan bahkan menjualkan produk manufaktur mereka pada tahap-tahap awal. Di
Amerika, Eropa, dan Inggris, serta daerah jajahannya, bank juga membantu dalam
pengembangan sarana angkutan, pertambangan, dan pengusaha manufaktur.
Di
negara terbelakang, pengembangan pertanian dibantu dengan berbagai cara oleh
bank dagang, bank yang sudah dinasionalisasi, bank industri dan trust
investasi, termasuk pula yang disokong adalah, industri dan pengangkutan. Sejak
1950, Bank Dunia dan perwakilannya telah membantu mendorong pengembangan
berbagai sektor ekonomi di negara terbelakang dengan menyediakan tenaga
terlatih, nasihat, dan bantuan keuangan.
Jadi
disamping perusahaan swasta, pengertian organisasi mencakup pemerintah, bank
dan lembaga-lembaga internasional yang ikut terlibat di dalam memajukan ekonomi
negara maju dan negara sedang berkembang.
4.
Kemajuan Teknologi
Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode
produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian
baru. Perubahan pada teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal dan faktor
produksi yang lain.
Kuznets
mencatat lima pola penting pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi
modern. Kelima pola tersebut ialah penemuan ilmiah atau penyempurnaan
pengetahuan teknik; invensi; inovasi' penyempurnaan, dan penyebarluasan
penemuan yang biasanya diikuti dengan penyempurnaan. Seperti Schumpeter, ia
menganggap inovasi (pembaharuan) sebagai faktor teknologi yang paling penting
dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuznets, inovasi terdiri dari dua
macam: pertama, penurunan biaya yang tidak menghasilkan perubahan
apa pun pada kualitas produk; kedua, pembaharuan yang
menciptakan produk baru dan menciptakan permintaan baru akan produk tersebut.
Yang kedua ini merupakan yang menciptakan permintaan.
Di dalam pertumbuhan ekonomi modern, kelima faktor yang disebut Kuznets,
berjasa dalam membantu perkembangan teknologi. Revolusi industri Inggris meluas
ke seluruh Eropa lewat para pengrajin dan pekerja yang berimigrasi ke
negara-negara Eropa. Beberapa orang bisnis Perancis mengunjungi pabrik-pabrik
Inggris dan menyelundupkan mesin-mesin ke Perancis kendati ada larangan
terhadap ekspor mesin tersebut sesuai dengan perundangan 1828. Pada waktu
revolusi industri di Perancis hampir selesai, para bankir dan insinyur
berkolaborasi dan menyebarkan teknik-teknik modern ke Jerman, Italia, Swiss,
Austria, dan Spanyol. Di pihak lain, industri tekstil Jepang pada awalnya
bergerak dari mesin-mesin Inggris yang dibuang. Belakangan ternyata kalau
pertumbuhan industrinya terjadi lewat cara meniru teknologi asing. Tetapi
setelah PD II, Jepang melakukan inovasi sendiri dan menghasilkan produk
berkualitas tinggi di semua bidang dan mengekspornya ke AS, Australia, Kanada,
dan negara maju lain.
Negara sedang berkembang bisa memetik manfaat dari sumber-sumber ilmu
pengetahuan di bidang teknologi dari negara maju. Beberapa negara seperti
India, Argentina, Meksiko, dan Brasilia, memodifikasi dan menerapkan teknologi
negara maju sesuai dengan daya serap dan kebutuhan sosial, ekonomi, dan teknik
mereka masing-masing.
5.
Pembagian Kerja dan Skala Produksi
Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas.
Keduanya membawa ke arah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu
perkembangan industri. Hal ini menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Adam Smith
menekankan arti penting pembagian kerja bagi perkembangan ekonomi. Pembagian
kerja menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh menjadi
lebih efisien daripada sebelumnya. Ia menghemat waktu. Ia mampu menemukan mesin
baru dan berbagai proses baru dalam produksi. Akhirnya, produksi meningkatkan
berbagai hal, Akan tetapi, pembagian kerja tergantung pada luas pasar. Luas
pasar, sebaliknya tergantung pada kemajuan ekonomi, yaitu seberapa jauh
perkembangan permintaan, tingkat produksi pada umumnya, saran transportasi, dan
sebagainya. Jika skal produksi luas, spesialisasi dan pembagian kerja akan
meluas pula. Alhasil, jika produksi naik, laju pertumbuhan ekonomi akan
melesat. Ekonomi eksternal keuangan semakin banyak tersedia dan manfaat dari
investasi minmal berkembang biak. Yang dimaksud dengan investasi minimal adalah
sumber tenaga, angkutan, dan sebagainya, yang penggunaannya membawa ke arah
kemajuan industri. Dengan cara ini produksi meningkat dan pertumbuhan ekonomi kian
melaju.
Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi modern ialah peningkatan
luar biasa pada bidang sarana angkutan dan perhubungan. Kemajuan teknologi
telah menciptakan jalan raya, kapal, mobil, truk, dan akhir-akhir ini pesawat
jet dan supertanker, disamping adanya investasi penghemat biaya seperti terusan
Suez dan Panamam atau perkembangan pers, radio, telepon, dan komunikasi
telegraf. Beberapa negara maju yang memiliki wilayah geografi luas seperti
Amerika Serikat, Kanada, dan Australia terbukti dapat memperluas pasar internal
dan eksternalnya berkat perkembangan cepat bidang sarana angkutan dan
perhubungan.
Negara terbelakang diketahui tidak mampu memetik manfaat dari pembagian kerja
dan produksi skala luas dalam perekonomian ini lantaran pasar yang tidak
sempurna. Inilah dia yang menjadi sebab lestarinya pasar mereka tetap kecil
Faktor
Non Ekonomi
Faktor nonekonomi bersama-sama faktor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan
perekonomian. Dalam kenyataan, faktor nonekonomi pada umumnya, seperti
organisasi sosial, budaya, dan politik, mempengaruhi faktor ekonomi yang
dibicarakan di atas. Oleh karena itu, faktor nonekonomi juga memiliki arti
penting di dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Nurkse, "Pembangunan ekonomi
berkaitan dengan peranan manusia, pandangan masyarakat, kondisi politik, dan
latar belakang historis." Di dalam pertumbuhan ekonomi, faktor sosial,
budaya, politik, dan psikologis adalah sama pentingnya dengan faktor ekonomi.
Sebagaimana dikemukakan Prof. Kaldor, pengkajian terhadap dinamika pertumbuhan
ekonomi, di luar analisa faktor ekonomi, membawa kita kepada pengkajian
terhadap unsur-unsur penentu yang bersifat pskologis dan sosiologis dalam
faktor-faktor ini. Jadi, perubahan terjadi pada faktor nonekonomi yang pokok di
bawah ini.
1.
Faktor Sosial
Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dan
kebudayaan Barat membawa ke arah penalaran (reasoning) dan skeptisisme.
Ia menanamkan semangat kembara yang menghasilkan berbagai penemuan baru dan
akhirnya memunculkan kelas pedagang baru. Kekuatan faktor ini menghasilkan
perubahan pandangan, harapan, struktur dan nilai-nilai sosial. Orang dibiasakan
menabung dan berinvestasi, dan menikmati risiko untuk memperoleh laba. Mereka
mengembangkan apa yang oleh Lewis disebut, "hasrat untuk berhemat,"
dalam rangka memaksimukan output berdasarkan input tertentu
2.
Faktor Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumberdaya manusia
saja, tetapi lebih menekan pada efisiensi mereka. Menurut Kuznets, penduduk
Eropa meningkat 433 persen antara 1750-1950 sedang penduduk dunia selebihnya meningkat
200 persen dalam periode itu. Walau penduduk meningkat 5 kali lipat, GNP per
kapita negara-negara Eropa dan negara kaya baru itu naik sebanyak sepuluh kali
lipat.
3.
Faktor Politik dan Adminsitratif'
Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi modern.
Pertumbuhan ekonomi Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, dan Perancis,
merupakan hasil dari stabilitas politik dan administratif mereka yang kokoh
sejak abad ke-19. Kecuali Amerika Serikat, negara tersebut terlibat langsung di
dalam perang dunia dan hancur berantakan. Namun demikian mereka tetap berderap
maju berdasarkan kekuatan politik dan tradisi administrasi mereka.
0 komentar:
Posting Komentar