Kamis, 28 Februari 2019

KONSEP,KONTEKS, DAN HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN


Pertemuan 2

BAB 2
KONSEP,KONTEKS, DAN HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN


2.1. Konsep Kewirausahaan
Kata wirausaha adalah berasal dari kata “wira” dan “usaha”. “Wira” berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Kata “wira” juga digunakan dalam kata “perwira”. Sedangkan “usaha” berarti “perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan”. Jadi, secara etimologis/harfiah, wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang melakukan perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan.  Secara pengertian umum kewirausahaan adalah suatu dissiplin ilmu yang mempelajari tentang suatu nilai-nilai kehidupan untuk mampu menghadapi tantangan zaman dan berani mengambil resiko.
Begitu banyak konsep dan pandangan yang berbeda-beda tentang ‘Kewirausahaan’. Namun bergantung pada konteks dan pendekatan  yang digunakan.
Menurut Peter F. Drucker (1994) “Kewirausahaan merujuk pada sifat,watak,dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras  untuk mewujudkan gagasan yang inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya”. Dan Drucker juga berpendapat bahwa kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Kewirausahaan identik dengan kemampuan yang dimiliki seseorang yang mempunyai jiwa yang kreatif,inovatif,berani menanggung resiko serta selalu mencari peluang melalui potensi yang di milikinya.
Thomas W. Zimmener (1996) mengatakan “Kewirausahaan  adalah penerapan kreatifitas setiap hari dan inovasi untuk memecahkan suatu masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari”(Entrepreneurship is applying creativity and innovation to solve the problem and to exploid oppoturnities that people face evryday
Kreatifitas(creativity) diartikan oleh zimmener adalah sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide dan menemukan cara – cara baru dalam memecahkan problem dan menghadapi peluang.Inovasi(inovation) diartikan sebagai kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan.

2.2. Konteks Kewirausahaan.

Secara Konseptual seorang wirausahawan dapat di definisikan dari beberapa sudut pandang yang dan konteks sebagai berikut:
Pandangan Ahli Ekonomi
Menurut Ahli Ekonomi, Wirausahawan adalah orang yang mengombinasikan faktor-faktor produksi, contohnya Sumber Daya Alam(SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), material, dan  peralatan  lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Pandangan Ahli Manajemen Wirausahawan merupakan seseorang yang memiliki kemampuan dalam mengoptimalkan dan memadukan sumber daya,contohnya bahan mentah(materials),keuangan(money),tenaga kerja(labours), Keterampilan(Skill) dan Informasi (Information), untuk menghasilkan produk baru, dengan konsep dan ide usaha yang baru.(Marzuki Usman)
Pandangan Pelaku Bisnis
Dalam konteks bisnis, menurut Norman M Scarborough dan Thomas W. Zimmerer(1993) kewirausahaan di definisikan sebagai berikut.”Wirausahawan adalah seseorang yang Menciptakan suatu bisnis barudalam menghadapi resiko dan ketidak pastianuntuk maksud memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasikan peluang dan memadukan sumber daya yang dibutuhkan.
Pandangan Psikolog
Wirausahawan merupakan jiwa seseorang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam dirinya untuk mencapai suatu tujuan, gemar bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.
Pandangan Pemodal
Wirausahaan (Entrepreanure) merupakan orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain, menemukan ide baru untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan, membuka lapangan kerja dan yang lebih penting yaitu disenangi masyarakat/lingkungan’

2.3. Hakikat Kewirausahaan.

Pada dasarnya hakikat kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada seseorangyang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Jadi inti kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dalam konteks manajemen wirausah adalah seseorang yangmemiliki kemampuan dalam menggunakan sumberdaya (money, materials, man, teknologi /machine , untuk menghasilkan suatu bisnis baru, produk baru, proses produksi ataupun pengembangan organisasi usaha. Sekaligus mempunyai kombinasi elemen-elemen (unsur-unsur) internal yang mencakup kombinasi visi, motivasi,komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Menurut Edi Swasono (1978) berkenaan dengan aspek bisnis, wirausaha adalah pengusaha tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha.

Ada 6 hakikat penting kewirausahaan , yaitu :
Kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang didasarkan pada sumberdaya, tenag penggerk,tujuan, siasat,kiat,proses dan hasil bisnis.
Kewirausahaan merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Merupakan suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan problem dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
Merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan pengembangan usaha
Merupakan proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan sesuatu yang berbeda (inovatif) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
Merupakan usaha menciptakan added value dengan jalan mengkombinasikan sumberdaya melalui cara2 baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Added value tsb dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru untuk menghasilkan produk baru yang lebih efisien, memperbaiki produk yang sudah ada, menemukan cara baru untuk memberikan kepuasn pada konsumen.
2.4. Ruang Lingkup Kewirausahaan.
Ruang lingkup kewirausahaan sangat luas sekali. Secara umum, ruang lingkup kewirausahaan adalah bergerak dalam bisnis. Jika diuraikan secara rinci ruang lingkup kewirausahaan, bergerak dalam bidang:
Lapangan agraris
Ruang lingkup yang pertama ini mencakup berbagai kegiatan kewirausahaan yang ada pada sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan. Misalnya yaitu para petani yang menanam padi sehingga padi tersebut dapat diperjualbelikan. Atau juga, para pengusaha perkebunan yang menanam berbagai tanaman yang dapat dipanen dan kemudian dapat diperjualbelikan seperti teh, kopi dan kelapa sawit.
Lapangan perikanan
Dalam ruang lingkup perikanan, semua kegiatan kewirausahaan tentu saja berhubungan dengan ikan. Ada usaha pemeliharaan ikan dan penetasan ikan, contohnya budidaya lele atau ikan hias. Ada pula usaha makanan ikan yaitu pembuatan pakan ikan seperti pelet. Kemudian, usaha pengangkutan ikan pun tercakup dalam ruang lingkup ini.
Lapangan peternakan
Seperti namanya, ruang lingkup kewirausahaan ini mencakup semua usaha dalam sektor peternakan. Misalnya saja usaha pengembangbiakkan burung atau unggas, dan ada juga usaha peternakan bangsa binatang menyusui seperti kambing dan sapi.
Lapangan perindustrian dan kerajinan
Dalam ruang lingkup yang satu ini, ada empat kategori berbeda yang bisa disebutkan. Pertama yaitu industri besar, dan kedua ada industri menengah yang diikuti oleh industri kecil. Kemudian, untuk kategori terakhir, pengrajin, dibagi menjadi beberapa usaha yaitu pengolahan hasil pertanian seperti beras, perkebunan seperti teh, perikanan seperti ikan, peternakan seperti ayam dan kehutanan seperti pembuatan label.
Lapangan pertambangan dan energi
Pada ruang lingkup ini, semua kegiatan kewirausahaan dilakukan dalam sektor pertambangan dan energi. Sebagai contohnya yaitu pengusaha yang beroperasi dalam tambang batu bara, minyak bumi, dan masih banyak contoh yang lainnya.
Lapangan perdagangan
Dalam kewirausahaan, lapangan perdagangan dibagi menjadi tiga kategori yaitu sebagai pedagang besar, sebagai pedagang menengah, dan sebagai pedagang kecil seperti pengusaha toko kelontong atau lainnya.
Lapangan pemberi jasa
Dalam ruang lingkup yang terakhir ini, ada beberapa kategori yang tercakup. Ada pedagang perantara, koperasi, pengusaha angkutan, pemberi kredit atau perbankan, pengusaha biro jasa travel pariwisata, pengusaha hotel dan restoran,pengusaha asuransi, perbengkelan, tata busana, pergudangan, dan lain sebagainya.


RUANG LINGKUP DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN


Pertemuan 1

BAB 1
RUANG LINGKUP DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN


A.  DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam memghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis menurut Zimmerer ( 1996 ) “Kewirausahaan adalah hasil dari suatu usaha disiplin serta proses sistematis serta penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.”
Dulu kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir, sehingga wirausaha tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan, tetapi merupakan disiplin ilmu yang dapat diajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi wirausaha adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang serta mengorganisasi usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh sebab itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus mempunyai pengetahuan tentang segala aspek usaha yang akan ditekuninya.
Dilihat dari awal perkembangannya, sejak awal abad ke-20, kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa Negara, misalnya di Belanda dikenal sebagai “Ondermener” dan di jerman dikenal sebagai “Untermehner”. Di beberapa negara, kewirausahaan memiliki beberapa tanggung jawab, antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan komersil, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan lain-lain. Kemudian pada tahun 1950-an, pendidian kewirausahaan mulai dirintis di beberapa Negara seperti di eropa, amerika dan kanada. Bahkan sejak tahun 1970-an, banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan, manajemen usaha kecil, atau manajemen usaha baru. Pada tahun 1980-an, hamper 500 sekolah di AS memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu.
Menurut Soeharto prawirokusumo, pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen, karena :
1.    Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan yang utuh dan nyata, yaitu terdapat teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2.    Kewirausahaan memiliki 2 konsep, yaitu posisi permulaan dan perkembangan usaha, yang jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang memisahkan antara meejemen dan kepemilikan usaha.
3.    Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemmpuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
4.    Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dn pendapatan, atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.


Seperti halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang di bidang industry, kemudian berkembang dan diterapkan diberbagai bidang lainnya, maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi yang pesat. Pada awalnya kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan, namun kemudian diterapkan di berbagai bidang lain seperti industry, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan institusi lain seperti lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya lainnya. Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti dalam menciptakan perubahan, pembaharuan, dan kemajuan. Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka pendek, tetapi juga sebagai kiat kehidupan secara umum dalam jangka panjang untuk menciptakan peluang.
B. OBJEK STUDI KEWIRAUSAHAAN
Objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk prilaku. Menurut Soeparman S., kemampuan seseorang yang menjadi obek kewirausahaan meliputi :
1.    Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha.
Dalam merumuskan tujuan perlu adanya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca, diamati berulang-ulang sampai dipahami secara mendalam.
2.    Kemampuan memotivasi diri.
Yaitu untuk melahirkan suatu tekad keauan yang besar.
3.    Kemampuan berinisiatif.
Kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga kebiasan tersebut menjadi suatu inisiatif.
4.    Kemampuan berinovasi.
5.    Kemampuan membentuk modal material, sosial dan intelektual.
6.    Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri.
7.    Kemampuan mental yang dilandasi agama.
8.    Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik      maupun menyakitkan.

C. PERKEMBANGAN DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN
Dilihat dari perkembangannya, kewirausahaan dikenal secara populer pada awal abad ke-18.
         1755    : Seorang Irlandia bernama Richard cantillon yang berdiam di Prancis merupakan orang pertama yang menggunakan istilah “wirausaha” dalam bukunya Essai sur la nture du commerce en generale. Dalam buku tersebut, ia menelaskan bahwa wirausaha adalah seseorang yang mengambil resiko. Pada awalnya, wirausaha merupakan sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di daerah dan menjualnya dengan harga yang tidak pasti.
         1912    : Schumpeter mengartikan wirausaha yang sampai saat ini masih relevan dan masih diikuti banyak kalangan. Menurutnya wirausaha tidak selalu bararti pedagang atau manajer, tetapi juga seorang yang unik yang memiliki keberanuan dalam mengambil resiko dan memperkenalkan produk-produk yang inovatif serta teknologi baru ke dalam perkonomian.
         1994    : sejalan dengan perkembangan konsep kewirausahaan, Peter F. Drucker mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
         1995    : Definisi yang dikemukakan oleh Peter F. Drucker dikemukakan lebih luas lagi oleh Peter Hisrich yang mengatakan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan usaha, diikuti dengan penggunaan uang, fisik, resiko, dan kemudian menghasilkan balas jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi.
         1996    :Definisi diatas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Thomas W. Zimmerer yang mengungkapkan bahwa kewirausahan merupakan proses penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan mencari peluang yang dihadapi orang dalam setiap


Kewirausahaan

PENYUSUTAN, PENURUNAN, DAN DEPLESI


Pertemuan 11

BAB 11


PENYUSUTAN, PENURUNAN, DAN DEPLESI





11.1 Penyusutan – Metode Alokasi Biaya

Penyusutan merupakan salah satu kata yang tidak begitu asing di dunia akuntansi. Penyusutan ini bukan merupakan suatu masalah penilaian, tetapi masalah alokasi biaya. Penyusutan merupakan suatu proses akuntansi dalam pengalokasian biaya aktiva yang berwujud ke beban dengan menggunakan cara- cara yang rasional dan juga sistematis selama periode manfaat dari penggunaan aktiva tersebut. Sebagai contoh, perusahaan Big Lots tidak menyusutkan aktivanya berdasarkan nilai pasar wajar yang dimilikinya, tetapi berdasarkan pembebanan sistematis terhadap beban.

Big Lots menggunakan pendekatan ini karena nilai aktiva cenderung fluktuaif. Nilai aktiva pada saat perusahaan membeli aktiva dan pada saat perusahaan menjual aktivanya cenderung berbeda. Pengukuran terhadap perbedaan ini nilainya sulit diukut secara objektif. Oleh karena itu, Big Lots membebankan biaya aktiva ke beban penyusutan selama masa manfaat aktiva tersebut. Pendekatan alokasi biaya ini digunakan oleh Big Lots sebab penandingan antara jumla biaya dan jumlah pendapatan perusahaan harus dilakukan, selain itu, alasan lainnya adalah karena fluktuasi dari nilai pasar sangat sulit diukur secara objektif.

11.1.1 Faktor-faktor yang Terlibat dalam Proses Penyusutan

Terdapat tiga pertanyaan mendasar yang harus dijawab sebelum pola pembebanan  terhadap  pendapatan  dapat  ditetapkan,  antara  lain  sebagai berikut.

    Dasar penyusutan apa yang akan digunakan untuk menyusutkan aktiva?

    Berapa umur manfaat dari aktiva yang dimiliki perusahaan?

   Metode  pengalokasian  biaya  apa  yang  terbaik  dalam  mengestimasikan biaya depresiasi atas suatu jenis aktiva?

Dasar Penyusutan Aktiva

Dasar yang digunakan untuk menyusutkan suatu aktiva merupakan sebuah fungi dari 2 faktor, biaya awal dan jumlah nilai sisa atau pelepasan aktiva.  Nilai  sisa  didefinisikan  sebagai  estimasi  harga  aktiva  perusahaan setelah masa manfaatnya selesai jika aktiva tersebut dijual atau ditarik dari penggunaannya. Seringkali, nilai sisa dari suatu aktiva dianggap nol meskipun beberapa aktiva jangka panjang memiliki nilai sisa yang substansial.


Estimasi Umur Pelayanan atau Jasa

Umur pelayanan seringkali berbeda dengan umur fisiknya. Sebuah mesin secara fisik bisa jadi dapat memproduksi sejumlah produk selama beberapa   tahun   melebihi   umur   pelayanannya,   tetapi   bisa   jadi   sebuah perusahaan tidak menggunakan mesin tersebut selama tahun itu karena biaya produk dalam tahun-tahun terakhir mungkin akan menjadi sangat tinggi.

Terdapat  dua  alasan  mengapa  sebuah  aktiva  ditarik  dari penggunaannya,  antara  lain:  faktor-faktor  fisik  dan  faktor-faktor  ekonomi. Yang termasuk faktor-faktor fisik antara lain keausan, dekomposisi, serta kerusakan  yang membuat asset itu tidak dapat berfungsi secara maksimal. Faktor-faktor fisik ini menetapkan batas luar dalam penentuan umur pelayanan suatu aktiva.

Sedangkan faktor-faktor ekonomi atau fungsional dapat dibedakan ke dalam tiga kategori berikut ini:

   Ketidaklayakan, merupakan suatu keadaan di mana suatu aktiva tidak lagi berguna lagi bagi suatu perusahaan karena permintaan produk perusahaa tidak meningkat.
   Pengantian, merupakan penggantian satu aktiva dengan aktiva lain yang dianggap dapat lebih ekonomis dan efektif bagi perusahaan.
   Keusangan,  merupakan  tempa  pembuangan  untuk  situasi  yang  tidak berhubungan dengan ketidaklayakan dan penggantian.

11.1.2 Metode Penyusutan


Faktor ketiga dari tiga faktor yang kemudian terlibat pada suatu proses penyusutan yaitu metode pembaian biaya yang adil. Suatu perusahaan memanfaatkan satu dari beberapa metode penyusutan berikut ini.

1.   Metode aktivitas (unit penggunaan atau unit produksi)

2.   Metode garis lurus

3.   Metode beban menurun (dipercepat):

a.   Jumlah angka tahun

b.   Metode saldo menurun



Metode Aktivitas

Metode aktivitas atau biasa dikenal sebagai pendekatan unit produksi, mengasumsikan bahwa penyusutan merupakan suatu fungsi dari produktivitas dan bukan berlalalunya waktu. Umur aktiva disebut sebagai keluaran (output) yang disediakan, dan jumlah jam kerja yang merupakan masukan (input).


Keterbatasan utama dari metode ini adalah metode ini tidak tepat jika digunakan  pada  situasi  di  mana  penyusutan  merupakan  suatu  fungsi  dari waktu dan bukan merupakan fungsi dari aktivitas. Sebagai contohnya, bangunan kantor atau pabrik akan mengalami kerusakan seiring dengan berjalannya waktu, meskipun tidak digunakan.


Metode Garis-Lurus

Metode garis lurus ini mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu dan bukan merupakan fungsi dari penggunaan. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan karena metode ini dianggap sederhana, sehingga mudah digunakan oleh perusahaan. prosedur yang ada pada metode ini juga seringkali paling sesuai dengan keadaan di lapangan. Apabila keusangan bertahap merupakan alasan yang paling utama atas keterbatasan umur pelayanan, maka penurunan nilai manfaatnya akan konstan dari satu periode ke periode lainnya dalam masa manfaatnya
Keterbatasan utama dalam penggunaan metode ini adalah bahwa metode garis lurus didasarkan pada dua buah asusmsi yang tidak realistis, yaitu:

a.   Keguaan aktiva itu sama di setiap tahunnya

b.   Beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama di setiap periode selama masa manfaatnya



Metode Beban Menurun

Metode beban menurun menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi di tahun-tahun awal kepemilikan suatu aktiva, dan kemudian beban yang lebih rendah pada tahun-tahun sesudahnya, selama masa manfaat aktiva tersebut. Metode ini disebut metode penyusutan dipercepat karena meperbolehkan pembebanan yang lebih tinggi di awal jika dibandingkan dengan pengaplikasian metode garis lurus.


Justifikasi utama dalam pendekatan ini adalah penyusutan harus lebih banyak dibebankan di awal masa manfaat karena di awal masa manfaat, biasanya produktivitasnya akan lebih banyak apabila dibandingkan dengan produktivitas suatu mesin di akhir masa manfaatnya. Alasan lainnya adalah karena metode ini akan memberikan biaya yang cenderung lebih konstan karena  beban  penyusutan  akan  lebih  rendah  pada  periode  terakhir  masa manfaat suatu aktiva, di mana pada saat itu biaya reparasi dan pemeliharaan sering kali lebh tinggi jika dibandingkan pada saat baru memiliki aktiva.


Metode  Jumlah  Angka  Tahun.  Metode  jumlah  angka  tahun  menghasilkan beban penyusutan sebagai dasae pecahan yang diturunkan dari suatu biaya yang bisa disusutkan. Setiap pecahan yang ada mengguakan jumlah angka tahun, yang merupakan masa manfaat, yang digunakan sebagai penyebut (5+4+3+2+1=15). Sedangkan pembilangnya merupakan jumlah tahun estimasi umur aktiva yang tersisa pada awal tahun. Pembilang menurun setiap tahun dan penyebutnya konstan..



Metode   Saldo   Menurun.   Metode   saldo   menurun   menggunakan   tarif penyusutan yang digambarkan dengan suatu presentase berupa beberapa kelipatan dari metode garis lurus. Contoh: tarif saldo menurun berganda untuk aktiva yang memiliki masa manfaat 10 tahun akan menjadi 20% (dua kali tariff garis lurus




11.1.3 Masalah Penyusutan Khusus

Berikut ini merupakan  beberapa masalah khusus  yang berhubunga dengan penyusutan:

Penyusutan dan Periode Parsial atau Sebagian

Diasumsikan Big Lots membeli mesin dengan harga 150,000 pada tanggal 1

Agustus 2010. Perusahaan mengestimasikan mesin akan menghasilkan nilai

sisa  sebesar   24,000  di  akhir  masa  manfaatnya.  Jika  masa  manfaatnya

diestimasikan 5 tahun, dan lamanya bekerja diestimasikan 21,000 jam, periode berakhir 31 Desember. Hitunglah biaya depresiasi berdasarkan metode berikut ini.



Metode Jumlah Angka Tahun




Depreciable





Annual



Partial
Current
Year


Accum.
Year
Base

Years

Expense

Year
Expense
Deprec.
2010
$ 126,000
x
5/15
=
42,000
x
5/12
$ 17,500
$17,500
2011
126,000
x
4.58/15
=
38,500


38,500
56,000
2012
126,000
x
3.58/15
=
30,100


30,100
86,100
2013
126,000
x
2.58/15
=
21,700


21,700
107,800
2014
126,000
x
1.58/15
=
13,300


13,300
121,100
2015
126,000
x
.58/15
=
4,900


4,900
126,000



Journal entry:

2010 Depreciation expense
17,500


17,500

 
Accumultated depreciation

$ 126,000




Metode Saldo Menurun


Current



Year
Depreciable
Base

Rate per Year

Annual
Expense

Partial
Year

Year
Expense

$ 25,000

2010

$ 150,000

x

40%

=

$60,000

x

5/12

=
2011
125,000
x
40%
=
50,000



50,000
2012
75,000
x
40%
=
30,000



30,000
2013
45,000
x
40%
=
18,000



18,000
2014
27,000
x
40%
=
10,800

Plug

3,000









$ 126,000
Journal entry:
2010  Depreciation expense                  25,000
Accumultated depreciation                     25,000

Penyusutan dan Penggantian Aktiva Tetap


    Penyusutan tidak melibatkan arus kas keluar periode berjalan

   Penyusutan   tidak   menyediakan   dana   bagi   penggantian   aktiva, penggantian dari aktiva perusahaan mempunyai asal dari suatu pendapatan yang kemudian dihasilkan dari  penggunaan aktiva



Revisi Tarif Penyusutan


   Tarif  penyusutan  ditentukan  berdasarkan  pengalaman  di  masa  lalu, dengan acuan aktiva yang sejenis dan informasi yang terkait
   Kemunduran fisik yang tidak diharapkan atau keusangan yang tidak terduga akan memperpendek masa manfaat aktiva
   Prosedur   pemeliharaan   yang   baik,   revisi   prosedur   operasi,   dan pengembangan-pengembangan yang sejenis bisa memperpanjang umur aktiva
   Tidak ada ayat  jurnal  yang dibuat  pada saat  melakukan  perubahan estimasi
   Beban penyusutan pada periode selanjutnya didasarkan dari adanya pembagian nilai sisa yang dikurangi  dengan semua nilai sisa dengan menggunakan suatu estimasi atau perkiraan umur dari aktiva yang tersisa




11.2 Penurunan Nilai

11.2.1 Pengakuan Penurunan Nilai

Sebuah  aset  berwujud  jangka  panjang  terganggu  ketika  perusahaan tidak mampu memulihkan jumlah tercatat aset baik saat menggunakannya atau menjualnya. Untuk menentukan apakah aset terganggu secara tahunan, perusahaan meninjau aset untuk indikator gangguan yaitu penurunan kemampuan kas aset melalui penggunaan untuk dijual. Ulasan ini harus mempertimbangkan informasi sumber internal dan sumber eksternal. Jika indikator penurunan yang hadir, maka pengujian harus dilakukan. Pengujian ini  membandingkan  jumlah  aset  yang  diperbaiki  dengan  nilai  tercatatnya.

Apabila  nilai  tercatat  lebih  tinggi  dari  jumlah  yang  diperbaiki,  selisihnya adalah penurunan  nilai. Jika jumlah yang diperbaiki lebih besar dari  nilai tercatat, tidak ada penurunan nilai diakui.

Jumlah  yang  dapat  diperbaiki  didefinisikan  sebagai  nilai  tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau menilainpenggunaan. Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual berarti aset yang bisa dijual setelah dikurangi biaya pelepasan. Nilai pakai yaitu nilai saat ini yang berasal dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang serta akhirnya penjualan aktiva di akhir waktu pakainya.


11.2.2 Aktiva yang Akan Dilepaskan

Aktiva yang ditahan dengan tujuan dilepaskan tidak akan dilakukan penyusutan ataupun dilakukan amortisasi selama satu periode aktiva tersebut dimiliki perusahaan. Dasar pemikirannya adalah bahwa penyusutan tidak konsisten dengan pendapat tentang aktiva yang akan dilepaskan dan penggunaan mana yang terendah antara biaya atau niali realisasi bersih.



11.3 Deplesi


Sumber  daya  alam,  atau  yang  disebut  aktiva  yang  bisa  habis,  yang


mencakup minyak, kayu, serta mineral. Aktiva ini diklasifikasikan dalam dua tipe, yaitu sebagai berikut:

    Pengambilan (penggunaan) sepenuhnya aktiva itu, dan

    Penggantian aktiva itu hanya dapat dilakukan oleh tindakan alam.


Membangun Basis Deplesi

Perhitungan dasar deplesi melibatkan benar akuntansi untuk tiga jenis belanja:


    Biaya Pra-eksplorasi

    Eksplorasi dan Biaya Evaluasi


Contoh beberapa jenis Eksplorasi dan Biaya Evaluasi adalah sebagai berikut:


1.   Akuisisi hak untuk mengeksplorasi

2.   Topografi, geologi, geokimia, dan geofisika studi

3.   Pengeboran eksplorasi

4.   Sampling

5.   Kegiatan   yang   berkaitan   dengan   evaluasi   kelayakan   dan   komersial kelayakan teknis untuk penggalian sumber daya mineral

Biaya Pengembangan


Suatu  perusahaan  dapat  melakukan  biaya  pengembangan  dalam  dua  bagian, yaitu:

1. Biaya peralatan nyata. Sertakan semua alat berat dan transportasi lainnya yang diperlukan untuk mengekstrak sumber daya dan siap untuk pasar.

2.   Biaya   pengembangan   berwujud.   Apakah   barang-barang   seperti   biaya pengeboran, terowongan, lubang, dan sumur.

Write-Off Biaya Sumberdaya

Biasanya, perusahaan menghitung deplesi pada metode unit produksi. Dengan demikian, deplesi merupakan fungsi yang berasal dari suatu jumlah unit diekstraksi dalam periode itu. Dalam pendekatan ini, total biaya sumber daya mineral kurang nilai sisa dibagi dengan jumlah unit yang diperkirakan berada di

deposit sumber daya,  dalam mendapatkan biaya per unit dari suatu produk. Dalam  melakukan  perhitungan  deplesi,  adanya  biaya  per  unit  kemudian dikalikan dengan jumlah unit diekstraksi.

Memperkirakan Cadangan Dipulihkan

Kadang-kadang perusahaan perlu mengubah perkiraan cadangan dipulihkan. Mereka melakukannya baik karena mereka memiliki informasi baru atau karena adanya suatu proses produksi yang ternyata lebih canggih dan tersedia. Masalah ini sama dengan akuntansi untuk perubahan perkiraan untuk masa manfaat aset tetap. Prosedur ini untuk merevisi tingkat penipisan secara prospektif. Sebuah perusahaan membagi biaya yang tersisa dengan estimasi baru dari cadangan yang dipulihkan. Adanya pendekatan ini mempunyai banyak manfaat sebab  estimasi yang diperlukan begitu pasti.

Liq u id atin g Di vid en d s

Sebuah perusahaan sering memiliki aset utama sebagai   properti yang hanya   berniat   untuk   mengekstrak   sumber   daya   mineral.   Apabila   suatu perusahaan   tidak   mengharapkan   pembelian   property   ataupun   peralatan tambahan, mungkin secara bertahap melakukan pendistribusian terhadap pemegang saham dari investasi modal mereka dengan cara melakukan pembayaran Liquidating Dividends, dividen yang lebih besar dari jumlah pendapatan bersih yang diakumulasikan.

Contoh, akhir tahun, Perusahaan mempunyai retained earning sebesar

$1,650,000, akumulasi depresiasi mineral properties $2,100,000 dan share premium  $5,435,493.  Perusahaan  menyatakan  deviden  sebesar  3  per  saham
dalam 1,000,000 shares outstanding. Dicatat $3,000,000.

Retained earnings
1,650,000


Share Premium – Ordinary

Cash

1,350,000



3,000,000

Perusahaan menginformasikan ke pemegang saham jika deviden 3 per saham  mempersentasikan  1.65  (1,650,000  :  1,000,000)  per  saham  kembali dalam investasi dan 1.35 (1,350,000 : 1,000,000) per saham liquidating dividends.

11. 4 Revaluasi

11.4.1 Revaluation Land


Contoh: Perusahaan membeli tanah $20,000 tanggal 5 Januari 2010. Perusahaan menggunakan revaluation untuk tanah dalam periode kemudian.
31 Desember 2010, nilai tanah $23,000. Perusahaan mencatat pembelian tanah tersebut sebagai berikut:

Land                                                                                  23,000


Unrealized Gain on Revaluation Land                       23,000


11.4.2 Revaluation – Depreciable Assets


Contoh, perusahaan membeli peralatan $40,000 pada tanggal 2 Januari

2010. Peralatannya digunakan 4 tahun, menggunakan metode garis lurus dan nilai residunya 0. Perusahaan mencatat biaya depresiasi 10,000 (40,000 : 4) pada 31 Desember 2010.

Depreciation Expense                                                          10,000

Accumulated Depreciation Eq                                         10,000

Setelah ini, peralatan memiliki nilai 30,000. Perusahaan menerima penilaian untuk nilai peralatan pada 31 Desember 2010 sebesar 26.000. Pencatatannya.

1. Mengurangi akumulasi depresiasi

2. Mengurangi akun peralatan 4,000

3. Mencatat Unrealized Gain dalam Revaluation

Accumulated Depreciation Eq
10,000

Equipment

4,000
Unrealized Gain on Revaluation Eq

6,000

 

Revaluasi

Revaluasi aktiva tetap perusahaan merupakan penilaian kembali terhadap suatu aktiva tetap atau yang biasa disebut sebagai fixed assets, biasanya disebabkan oleh adanya perubahan nilai dari aktiva tetap teitu, baik terjadinya suatu kenaikan atas nilai aktiva tetap perusahaan ataupun rendahnya suatu nilai aktiva tersebut yang merupakan akibat dari suatu devaluasi ataupun hal-hal lain yang lain.

Suatu model revaluasi yang merupakan kebijakan akuntansi bagi perusahaan serta diterapkannya suatu kebijakan yang berpengaruh terhadap semua aset tetap atau fixed assets di dalam suatu kelompok yang serupa. Bila suatu   perusahaan   memanfaatkan   model   biaya   maka   sesudah   adanya pengakuan sebagai asset perusahaan, suatu aktiva tetap perusahaa dicatat sebesar biaya perolehan yang kemudian dikurangi dengan akumulasi atau jumlah seluruh penyusutan serta akumulasi dari rugi penurunan terhadap nilai aktiva perusahaan.


11.5 Penyajian dan Analisis

11.5.1 Penyajian Properti, Pabrik, Perlengkapan, dan Barang Tambang


Perusahaan mengungkapkan dasar penilaian terhadap aktiva tetap dengan jaminan, janji dan komitmen yang berkaitan dengan asset tersebut. Dalam hal ini, perusahaan memisahkan aset tetap saat tidak digunakan sebagai penghasil asset dalam bisnis dari aset yang digunakan dalam operasi.

11.5.2 Analisis Properti, Pabrik, Perlengkapan, dan Barang Tambang


1. Turn over ratio
                                                                                      Net sales
Turn over ratio =
Average total asset
2.   Profit margin
                                                                                                Net income
Profit margin on sales ratio =
                                                                                                                Net sales
3.   Rate of return
                                                                                            Net income
                                       Rate of return on asset =
                       Average total asset
  





Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Blog Archive

CB Blogger Lab

JASA SEO CB

jam ayam

CONTOH BLOG

JASA SEO CB

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *