Anggaran bahan baku dan tenaga kerja
Pengertian Anggaran Bahan Baku
Anggaran Bahan Baku adalah perencanaan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang. Kebutuhan bahan baku diperinci berdasarkan:
a. Jenis bahan baku.
b. Menurut macam barang jadi yang akan dihasilkan.
c. Menurut bagian-bagian dalam pabrik yang mengunakan bahan baku tersebut.
Fungsi Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Ada 2 fungsi penting anggaran bahan baku, yaitu :
1. Sebagai dasar untuk menyusun budget pembelian bahan mentah, jumlah satuan bahan mentah yang dibeli ditentukan oleh beberapa banyak satuan bahan mentah yang dibutuhkan oleh berapa banyak satuan bahan mentah dibutuhkan dalam proses produksi.
2. Sebagai dasar untuk menyusun anggran biaya bahan mentah besarnya biaya bahan mentah ditentukan oleh berapa banyak satuan bahan mentah tersebut dibutuhkan untuk proses produksi.
3. Sebagai Data dan informasi untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan mentah
Manfaat Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Anggaran bahan baku mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu :
a. Sebagai pedoman kerja.
b. Sebagai alat untuk menciptakan koordinasi kerja.
c. Sebagai alat untuk melakukan pengawasan kerja.
Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Data dan informasi digunakan untuk menyusun anggaran kebutuhan bahan baku adalah:
1. Rencana produksi yang tertuang dalam anggaran yang akan diproduksi. Khususnya tentang jumlah dari masing-masing jenis barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode tertentu.
2. Berbagai standar pemakaian bahan baku dari masing-masing bahan baku untuk proses produksi, yang ditetapkan dan berlaku di perusahaan. Standar pemakaian bahan baku diperlukan untuk mengendalikan efisiensi pemakaian bahan baku (controlling).
Ada 2 metode yang menetapkan standar data dan informasi dalam perusahaan, yaitu:
A. Data historis atau data pengalaman diwaktu-waktu yang telah lalu.
Caranya adalah dengan melihat jumlah unit yang dihasilkan di suatu waktu yang lalu dan kemudian membandingkan dalam satuan jumlah satuan unit bahan mentah yang habis terpakai untuk waktu produksi pada bulan tersebut, maka dari hasil itu dapat diketahui penggunaan bahan mentah rata-rata untuk unit produk.
B. Data penelitian khusus. Pada data penelitian khusus dengan mengabaikan data pengalaman di waktu-waktu yang telah lalu. Cara ini misalnya dapat dilakukan dengan :
1. Mengukur secara fisik barang jadi yang telah selesai diproduksi, agar dapat diketahui jumlah satuan unit bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan produk tersebut. Misalnya PT. Charisma yang bergerak dalam produksi mebel akan menghasilkan meja dan kursi. Maka, hal yang dilakukan adalah mengukur meja dan kursi yang telah selesai diproduksi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan bahan baku berupa kayu yang dipakai.
2. Melakukan penelitian dan pengukuran secara laboratories terhadap produk yang dihasilkannya. Hal ini biasanya dipakai pada barang atau produk yang tidak mudah diukur penggunaan bahan baku secara visual, tanpa bantuan alat khusus, Misal obat-obatan, minuman, kosmetik, dll.
3. Mengadakan percobaan-percobaan proses produksi secara efisien, sambil diukur pemakaian bahan mentahnya.
Pengertian Tujuan dan Komponen Anggaran Bahan Baku
Untuk menghindari tidak tepatnya persediaan bahan baku, maka diperlukan suatu perencanaan sebagai alat untuk mengendalikan bahan baku agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Salah satu cara pengendalian tersebut adalah dengan penyusunan budget (anggaran). Anggaran bahan baku adalah anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara sistematis serta lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku untuk proses produksi selama periode tertentu yang akan datang.
Tujuan Anggaran Bahan Baku.
Tujuan anggaran bahan baku antara lain adalah:
Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku.
Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan.
Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku.
Sebagai dasar penyusunan produk costing yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi.
Sebagai dasar untuk melaksanakan fungsi pengawasan dalam bahan baku.
Komponen Anggaran Bahan Baku.
Anggaran bahan mentah terdiri dari 4 komponen :
Anggaran kebutuhan bahan baku (direct materials used budget).
Anggaran pembelian bahan baku (direct materials purchases budget).
Anggaran persediaan bahan baku (cost of direct materials budget).
Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan dalam produksi.
Contoh Anggaran Kebutuhan Bahan Baku:
PT GM memproduksi satu jenis produk yakni produk A. Untuk membuat produk A diperlukan bahan B dan bahan C. berikut data-data selengkapnya:
Rencana produksi untuk tahun 20XY yang diambil dari Anggaran Produksi
Standar Penggunaan (SP) Bahan Baku/ Standard Usage Rate (SUR)
Perkiraan Harga Bahan Baku per unit
Harga Bahan B = Rp 25,00 per unit
Harga Bahan C = Rp 50,00 per unit
Persediaan Awal tahun 20XY
Persediaan awal bahan B = 75 unit
Persediaan awal bahan C= 115 unit
Rencana Persediaan Akhir bulan/ Triwulan
Berdasarkan data dan informasi di atas buatlah Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Pengertian Anggaran Persediaan Bahan Baku
Anggaran Persediaan Bahan Baku merupakan suatu perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan baku yang disimpan sebagai persediaan.
Pada penyusunan anggaran kebutuhan bahan baku dan anggaran pembelian bahan baku, tampak bahwa masalah nilai persediaan awal dan persediaan akhir bahan baku selalu diperhitungkan. Setiap perusahaan dapat mempunyai kebijaksanaan dalam menilai persediaan yang berbeda. Tetapi pada dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Kebijaksanaan FIFO (First In First Out).
Kebijaksanaan FIFO, bahan baku yang lebih dahulu digunakan untuk produksi adalah bahan baku yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering pula diterjemahkan ”pertama masuk pertama keluar”. Dengan kata lain, penilaian bahan baku di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.
2. Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out).
Kebijaksanaan LIFO adalah harga bahan baku yang masuk ke gudang lebih akhir justru dipakai untuk menentukan nilai bahan baku yang digunakan dalam produksi, meskipun pemakaian fisik tetap diurutkan menurut urutan pemasukannya.
Besarnya bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung :
1. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu. ( dapat dilihat pada anggaran biaya produksi).
2. Volume bahan baku minimal , yang disebut safety stock ( persediaan besi).
3. Besarnya pembelian yang ekonomis (economical order quantity).
4. Estimasi tentang naik turunya harga bahan baku pada waktu mendatang.
5. Biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
6. Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak.
Persediaan Besi (safety stock)
Persediaan Besi (safety stock) adalah persediaan minimal bahan baku yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Persediaan besi ditentukan oleh :
Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan apakah selalu tepat waktu atau tidak. Bila leveransir selalu tepat menyerahkan pesanan kita maka resiko kehabisan bahan baku relative kecil, sehingga persediaan besi tidak perlu terlalu besar. Sebaliknya biaya bahan baku yang dipesan, maka resiko kehabisan bahan baku relative besar, sehingga perlu persediaan besi yang cukup besar pula.
Jumlah bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan. Jumlah bahan baku yang dibeli besar berarti persediaan rata rata di atas safety stock besar pula, sehingga resiko kehabisan bahan baku relative kecil.
Dapat diperkirakan atau tidak kebutuhan bahan baku secara tepat. Bagi perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku secara tepat, maka resiko kehabisan bahan baku kecil (karena bahan baku yang dibutuhkan sudah disediakan sepenuhnya).
Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan baku dan biaya extra karena kehabisan bahan baku. Biaya penyimpanan tampak besar daripada biaya extra akibat kehabisan bahan baku maka tidak perlu adanya persediaan besi yang terlalu besar.
Pengertian Anggaran Pembelian Bahan Baku (Direct Materials Purchases Budget)
Anggaran Pembelian Bahan Baku adalah Anggaran yang merencanakan secara sistematis dan lebih terperinci tentang kuantitas pembelian bahan baku guna memenuhi kebutuhan untuk produksi dari waktu kewaktu selama periode tertentu. Anggaran bahan baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang.
Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati dalam hal :
Jumlah pembelian
Waktu pembelian
Apabila bahan baku yang dibeli terlalu besar akan mengakibatkan :
- Bertumpuknya bahan baku di gudang, yang mengakibatkan penurunan kualitas.
- Terlalu lama bahan baku “menunggu” giliran diproses.
- Biaya penyimpanan terlalu besar.
Apabila jumlah bahan baku yang dibeli terlalu kecil juga mendatangkan resiko:
- Terhambatnya kelancaran proses produksi akibat kebiasaan bahan baku.
- Timbulnya biaya tambahan untuk mencari bahan baku pengganti secepatnya.
Fungsi Anggaran Pembelian Bahan Baku :
Fungsi Anggaran pembelian bahan baku antara lain:
Sebagian dasar untuk menyusun anggaran biaya bahan baku, karena besarnya nilai biaya bahan baku ditentukan oleh harga beli dari bahan baku yang bersangkutan. Sedangkan harga beli tersebut terdalam anggaran pembelian bahan baku.
Sebagai dasar untuk menyusun anggaran kas, karena pembelian tunai bahan baku akan mengakibatkan pengeluaran kas.
Sebagai dasar untuk menyusun anggaran utang, karena pembelian kredit akan mengakibatkan bertambahnya utang perusahaan.
Kegunaan anggaran pembelian bahan baku
Ada 3 kegunaan pokok anggaran pembelian bahan baku, yakni:
a. Sebagai pedoman kerja.
b. Sebagai alat manajemen untuk menciptakan koordinasi kerja.
c. Sebagai alat manajemen untuk melakukan evaluasi atau pengawasan kerja.
Data Dan Informasi untuk Menyusun Anggaran Pembelian Bahan Baku
Data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran pembelian bahan baku adalah :
Rencana tentang kebutuhan barang baku untuk menjalankan proses produksi dari waktu ke waktu yang tertuang dalam anggaran kebutuhan bahan baku, khususnya tentang jenis, dan jumlah dari barang baku yang dibutuhkan. Misalkan semakin banyak jumlah satuan yang dibutuhkan, akan semakin banyak pula satuan bahan baku yang dibeli. Sebaliknya bila semakin sedikit jumlah satuan yang dibutuhkan, akan semakin sedikit pula satuan bahan baku yang dibeli
Biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan pada setiap kali melakukan pembelian bahan baku (set up cost). Misalkan setiap kali perusahaan harus menaggung biaya yang besar, maka akan mendorong perusahaan untuk tidak sering melakukan transaksi pembelian. Hal ini mengakibatkan setiap kali pembelian maka perusahaan membeli dalam jumlah yang besar agar tidak menaggung kerugian. Sebaliknya bila setiap kali perusahaan menanggung biaya yang kecil, maka akan mendorong perusahaan untuk sering melakukan transaksi pembelian. Hal ini mengakibatkan setiap kali pembelian maka perusahaan membeli dalam jumlah yang kecil.
Resiko yang ditanggung oleh perusahaan yang berhubungan dengan penyimpanan bahan baku di gudang (carrying cost). Misalkan resiko simpanan tersebut besar, maka akan mendorong perusahaan untuk tidak selalu menyimpan bahan baku di gudang. Akibatnya pada setiap melakukan pembelian akan dibeli bahan baku dalam jumlah sedikit. Sebaliknya bila resiko simpanan tersebut kecil, maka akan mendorong perusahaan untuk selalu menyimpan bahan baku yang banyak di gudang. Akibatnya pada setiap melakukan pembelian akan dibeli bahan baku dalam jumlah banyak.
Fluktuasi harga beli bahan baku di waktu-waktu yang akan datang. Misalkan ada kecenderungan bahwa harga beli bahan baku terus naik, maka akan mendorong perusahaan untuk segera melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah yang banyak selagi harga belum naik teralu tinggi. Sebaliknya bilamana ada kecenderungan harga beli bahan baku akan terus turun maka perusahaan akan melakukan pembelian dalam jumlah yang sedikit demi sedikit.
Tersedia bahan baku di pasar. Misalkan bahan baku tidak selalu tersedia di pasar pada sepanjang tahun maka akan mendorong perusahaan untuk segera melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah banyak, selagi masih banyak tersedia di pasar. Begitu pun dengan sebaliknya.
Tersedianya modal kerja. Misalkan perusahaan memiliki modal kerja yang cukup, maka akan meberikan kemungkinan untuk melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah banyak. Sebaliknya bila modal kerja yang tersedia terbatas, maka perusahaan hanya akan melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah yang sedikit.
Kebijakan perusahaan di bidang persediaan bahan baku (inventory policy). Kebijakan ini pada dasarnya bahan baku yang dibeli akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan proses produksi dan untuk cadangan persediaan yang disimpan dalam gudang. Misalkan perusahaan menetapkan persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak maka akan mendorong melakukan pembelian dalam jumlah yang banyak pula. Sebaliknya bila persediaan bahan baku dalam jumlah yang sedikit maka akan mendorong melakukan pembelian dalam jumlah yang sedikit.
Kebijakan yang mempengaruhi bahan baku adalah :
Fluktuasi produksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang yang tertuang dalam budget unit yang akan diproduksi. Untuk menghadapi jumlah produksi yang meningkat, diperlukan persediaan bahan baku dalam produksi yang banyak. Sedangkan bila menghadapi jumlah produksi yang akan menurun, hanya akan diperlukan persediaan bahan baku dalam jumlah yang sedikit.
Fasilitas penyimpanan yang tersedia. Bila fasilitas penyimpan yang tersedia cukup banyak, maka akan menggunakan penetapan kebijakan persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak pula. Sebaliknya bila fasilitas yang tersedia terbatas maka persediaan bahan baku ditetapkan dalam jumlah yang sedikit.
Modal kerja yang tersedia. Bila modal kerja yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan penetapan persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak pula. Sebaliknya bila modal kerja yang tersedia terbatas, maka persediaan bahan baku ditetapkan dalam jumlah yang sedikit.
Biaya simpan bahan baku (carrying cost) yaitu biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan bahan baku, seperti sewa gedung, biaya perawatan barang yang disimpan, biaya modal yang tertanam dalam barang yang disimpan. Misalkan biaya simpan murah. maka akan memungkinkan penetapan kebijakan persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya bila biaya simpan mahal, maka persediaan bahan baku ditetapkan dalam jumlah sedikit.
Resiko simpan bahan baku, yaitu kerugian yang timbul dan harus ditanggung oleh perusahan karena menyimpan bahan baku seperti rusak, kualitas turun,barang ketinggalan jaman, dll.
Tingkat perputaran bahan baku (inventory turn over) diwaktu-waktu yang lalu. Misalnya: di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan bahan baku rendah, maka akan mendorong penetapan persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya, bilamana tingkat perputaran persediaan bahan baku tinggi, maka akan mendorong penetapan persediaan bahan baku dalam jumlah yang sedikit.
Lamanya tenggang waktu antara bahan menah dipesan (dibeli) dengan bahan baku tersebut benar-benar telah dikirim dan tiba di gudang perusahaan (lead time). Bila tenggang waktunya lama, maka ditetapkan persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya tenggang waktunya singkat, maka akan ditetapkan persediaan bahan baku dalam jumlah sedikit.
Menentukan Jumlah pembelian
Hal yang perlu selalu dipikirkan oleh perusahaan selain besarnya kebutuhan juga besarnya (jumlah) bahan baku setiap kali dilakukan pembelian, yang menimbulkan biaya paling rendah tetapi tidak mengakibatkan kekurangan bahan baku. Ada banyak metode untuk menentukan jumlah pembelian antara lain :
LOL yaitu Lot for Lot. Jumlah pembelian sebesar jumlah kebutuhan bersih
Perhitungan bahan baku untuk satu periode ditentukan dengan :
Persediaan bahan akhir xxxx
kebutuhan bahan baku untuk produksi xxxx (+)
jumlah kebutuhan =xxxx
persediaan awal xxxx (-)
pembelian bahan baku = xxxx
EOQ yaitu jumlah pembelian sebesar jumlah yang meminimumkan biaya persediaan.
Pertimbangan Pembelian Bahan Baku
Dalam pembelian bahan baku perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
2. Jumalah yang harus dibeli.
3. Harga per-satuan bahan baku.
Pengertian Anggaran Persediaan Bahan Baku
Anggaran Persediaan Bahan Baku merupakan suatu perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan baku yang disimpan sebagai persediaan. Pada penyusunan anggaran kebutuhan bahan baku dan anggaran pembelian bahan baku, tampak bahwa masalah nilai persediaan awal dan persediaan akhir bahan baku selalu diperhitungkan. Setiap perusahaan dapat mempunyai kebijaksanaan dalam menilai persediaan yang berbeda.
Pada dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi:
Kebijaksanaan FIFO (First In First Out).
Kebijaksanaan FIFO, bahan baku yang lebih dahulu digunakan untuk produksi adalah bahan baku yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering pula diterjemahkan ”pertama masuk pertama keluar”. Dengan kata lain, penilaian bahan baku di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.
Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out).
Kebijaksanaan LIFO adalah harga bahan baku yang masuk ke gudang lebih akhir justru dipakai untuk menentukan nilai bahan baku yang digunakan dalam produksi, meskipun pemakaian fisik tetap diurutkan menurut urutan pemasukannya.
Besarnya bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung :
Volume produksi selama satu periode waktu tertentu. ( dapat dilihat pada anggaran biaya produksi).
Volume bahan baku minimal , yang disebut safety stock ( persediaan besi).
Besarnya pembelian yang ekonomis (economical order quantity).
Estimasi tentang naik turunya harga bahan baku pada waktu mendatang.
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak.
Persediaan Besi (safety stock)
Persediaan Besi (safety stock) adalah persediaan minimal bahan baku yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Persediaan besi ditentukan oleh :
Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan apakah selalu tepat waktu atau tidak. Bila leveransir selalu tepat menyerahkan pesanan kita maka resiko kehabisan bahan baku relative kecil, sehingga persediaan besi tidak perlu terlalu besar. Sebaliknya biaya bahan baku yang dipesan, maka resiko kehabisan bahan baku relative besar, sehingga perlu persediaan besi yang cukup besar pula.
Jumlah bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan. Jumlah bahan baku yang dibeli besar berarti persediaan rata rata di atas safety stock besar pula, sehingga resiko kehabisan bahan baku relative kecil.
Dapat diperkirakan atau tidak kebutuhan bahan baku secara tepat. Bagi perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku secara tepat, maka resiko kehabisan bahan baku kecil (karena bahan baku yang dibutuhkan sudah disediakan sepenuhnya).
Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan baku dan biaya extra karena kehabisan bahan baku. Biaya penyimpanan tampak besar daripada biaya extra akibat kehabisan bahan baku maka tidak perlu adanya persediaan besi yang terlalu besar.
Bentuk Format Dasar Anggaran Persediaan Bahan Baku
Anggaran Persediaan Bahan Baku disusun untuk merencanakan persediaan di masa yang akan datang. Faktor persediaan ini menjadi pertimbangan dalam pembelian bahan mentah. Pembelian bahan mentah bisa saja tidak sama dengan jumlah bahan mentah yang diperlukan karena adanya faktor persediaan.
Dalam Anggaran Persediaan Bahan Baku perlu diperinci hal-hal sebagai berikut:
1. Jenis bahan baku yang digunakan.
2. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang tersisa sebagai persediaan.
3. Harga per unit masing masing jenis bahan baku.
4. Nilai bahan baku yang disimpan sebagai persediaan.
Pada prinsipnya tidak ada bentuk format standar Anggaran Persediaan Bahan Baku, yang penting adalah bahwa Anggaran Persediaan Bahan Baku memuat informasi tentang jenis, jumlah, harga dan nilai bahan baku yang menjadi persediaan. Selebihnya disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi perusahaan.
Definisi Tenaga Kerja
Anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja dalam jangka waktu satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan kuantitatif orang lain. Penyusunan anggaran ini sering disebut sebagai perencanaan (planning). Tenaga kerja (karyawan) menurut manajemen sumber daya manusia adalah asset perusahaan yang harus dilindungi dan disejahterakan hidupnya karena mereka telah mengabdikan dirinya kepada perusahaan.
Anggaran Tenaga Kerja adalah suatu rencana anggaran yang merencanakan secara terperinci tentang jumlah jam kerja karyawan dan tenaga kerja untuk satu periode maupun periode yang akan datang.
Jenis-Jenis Tenaga Kerja
Untuk kepentingan penyusunan anggaran dan perhitungan harga produk, maka biasanya tenaga kerja dibedakan menjadi:
Untuk kepentingan penyusunan anggaran dan perhitungan harga produk, maka biasanya tenaga kerja dibedakan menjadi:
1. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung pengertiannya terbatas pada tenaga kerja di pabrik yang secara langsung terlibat pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya produksi atau pada barang yang dihasilkan. Sedangkan tenaga kerja tidak langsung pengertiannya terbatas pada tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat secara langsung pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya overhead pabrik. Tenaga kerja langsung memiliki sifat :
· Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini berhubungan secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
· Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan biaya variabel.
· Umumnya dikatakan bahwa tenaga kerja jenis ini merupakan tenaga kerja yang kegiatannya langsung dapat dihubungkan dengan produk akhir (terutama dalam penentuan harga pokok).
Yang dikategorikan sebagai tenaga kerja langsung antara lain adalah para buruh pabrik yang ikut serta dalam kegiatan proses produksi dari bahan mentah sampai berbentuk barang jadi.
2. Tenaga kerja tidak langsung
Sedangkan tenaga kerja tidak langsung mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
· Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini tidak berhubungkan secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
· Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan biaya yang semi variabel. Artinya biaya-biaya yang mengalami perubahan tapi tidak secara sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan produksi.
· Tempat bekerja dari tenaga kerja jenis ini tidak harus selalu dalam pabrik, tetapi dapat di luar pabrik.
Apabila tenaga kerja jenis ini bekerja dalam lingkungan pabrik maka biaya yang dikeluarkan untuk mereka dikelompokkan dalam penganggaran biaya pabrik
Dalam penyusunan anggaran tenaga kerja terdapat manfaat dan rencana sebagai berikut :
Manfaat Anggaran Tenaga Kerja
· Penggunaan tenaga kerja secara efisien.
· Pengeluaran\biaya tenaga kerja dapat diatur lebih efisien.
· Harga pokok barang dapat dihitung dengan tepat.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGGARAN TENAGA KERJA
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran tenaga kerja adalah :
· Kebutuhan tenaga kerja
· Pencarian dan penariakan tenaga kerja
· Latihan bagi tenaga kerja baru
· Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi pera tenaga kerja
· Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja
· Pengawasan tenaga kerja
Berbagai cara dilakukan oleh perusahaan untuk mencari dan mendapatkan tenaga kerja yang baik dan terampil, yang cocok untuk bidang pekerjaannya. Tenaga kerja yang tidak mempunyai keterampilan khusus pada umumnya mudah dicari di Indonesia saat ini. Tetapi untuk mendapatkan tenaga kerja yang baik pada salah satu bidang khusus seperti tenaga teknis dan managerial harus diperoleh secara khusus pula. Untuk mereka perusahaan tidak segan-segan menyediakan perangsang berupa gaji yang besar dan fasilitas yang lengkap. Beberapa perusahaan besar bahkan mendapatkannya melalui kaderisasi, umpamanya dengan penawaran beasiswa yang mengikat. Karena itu biaya tenaga kerja sebetulnya tidak hanya timbul pada saat tenaga kerja itu digunakan, akan tetapi sudah ada sebelum tenaga kerja itu siap.
Seleksi tenaga kerja baru dilakukan dengan berbagai cara. Selain diadakan ujian tertulis dan lisan juga diadakan psychotest untuk mengetahui secara lebih pasti siapa yang paling cocok untuk bidang pekerjaan yang tersedia. Tujuan seleksi tenaga kerja bukan untk mencari orang-orang yang berpengalaman, melainkan mencari orang-orang yang cocok dan mempunyai potensi untuk berkembang. Tenaga kerja yang sudah berpengalaman selain mahal harganya juga ada kemungkinan bahwa pengalaman yang dimiliki justru tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tenaga kerja yang memperoleh pengalaman dari pekerjaan merupakan suatu aktiva bagi perusahaan.
Latihan(training) biasanya diberikan pada para tenaga kerja yang baru. Latihan ini dapat diberikan oleh perusahaan sendiri dan dapat pula diberikan oleh lembaga khusus yang memberikannya secara bersama-sama dengan para tenaga kerja baru diperusahaan lain. Latihan dapat dilakukan ditempat khusus tetapi dapat pula dilakukan di tempat bekerja. Latihan yang dilakukan ditempat bekerja sambil bekerja dikatakan sebagai on the job training.
Sesudah selesai masa latihan, maka tenaga kerja siapa untuk ditempatkan. Potensi masing-masing tenaga kerja dan jabatan yang tersedia bermacam-macam sehingga perlu adanya evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi mereka.
Semua aspek diatas tidak hanya berlaku bagi satu tingkatan saja, tetapi pada semua tingkatan jabatan dalam perusahaan. Sehingga jelaslah bahwa biaya tenaga kerja merupakan komponen yang cukup besar bagi harga pokok barang yang dihasilkan. Kesalahan para pimpinan dalam hal tenaga kerja akan mengakibatkan pengaruh terhadap harga barang yang dihasilkan, sehingga berpengaruh pula terhadap posisi perusahaan dalam persaingan.
Macam – macam tenaga kerja
1. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah suatu tenaga kerja yang telah mendapatkan pendidikan terlebih dahulu sebelum ia bekerja.
Contohnya : Guru, Dokter, Dosen, Professor, Polisi dan sebagainya
2. Tenaga kerja terampil/Terlatih
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang telah mendapatkan pelatihan khusus di bidangnya masing-masing sebelum ia melakukan pekerjaan seperti melakukan kursus atau sejenisnya.
Contohnya : Pilot, Sopir, Pemain sepak bola dll.
3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja yang kasar karena hanya mengandalkan kekuatan fisiknya dalam melakukan pekerjaan.
Contoh : Buruh Bangunan, Kuli barang, Pembantu Rumah Tangga, Tukang becak dll.
Persiapan-Persiapan Dalam Penyusunan Anggaran Tenaga Kerja
Sebelum menyusun anggaran tenaga kerja perlu ditentukan terlebih dahulu dasar satuan utama yang digunakan untuk menghitungnya. Seringkali ditemui dalam praktek yakni satuan hitung atas dasar jam tenaga kerja langsung (Direct Labour Hour) dan biaya tenaga kerja langsung.
Langkah Langkah yang harus di persiapkan untuk menyusun anggaran tenaga kerja adalah
1. Manning table Yang merupakan daftar kebutuhan tenaga kerja yang menjelaskan:
· Jenis atau kualifikasi tenaga kerja yang di butuhkan
· Jumlah tenaga kerja masing masing dan tingkatannya
· Bagian bagian yang membutuhkan
Manning table disusun sebagai hasil perkiraan langsung masing masing kepala bagian. Perkiraan ini dapat di lakukan berdasarkan judgment (Pendapat) saja, atau dapat pula dengan pengalaman pengalaman sebelumnya, dengan berpedoman pada tingkat kegiatan perusahaan.
2. Penentuan standar tenaga Kerja
Langkah selanjutnya adalah menghitung jam tenaga kerja langsung untuk masing masing jenis barang yang di hasilkan atau masing masing bagian.
Penyusunan Anggaran Tenaga Kerja
Penyusunan anggaran tenaga kerja secara teknis dapat dipisahkan ke dalam dua bentuk, yaitu:
1. Anggaran Jam Kerja Langsung
Anggaran jam kerja langsung adalah waktu rata-rata dalam jam yang dibutuhkan buruh produksi untuk menyiapkan satu unit produk. Standar jam kerja langsung tidak hanya diperlukan bagi penyiapan anggaran, tetapi juga bermanfaat bagi control sehingga efisiensi dapat dipertinggi. Anggaran tenaga kerja langsung merupakan bagian dari anggaran tenaga kerja, yang secara terperinci akan memuat:
· Jenis barang yang dihasilkan
· Jumlah barang yang diproduksi
· Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi
· Jumlah jam buruh langsung untuk setiap jenis barang
Dalam beberapa departemen produksi, standar waktu tenaga kerja yang dapat diandalkan dapat dibuat. Dalam beberapa hal, tidak praktis untuk memperkirakan waktu tenaga kerja langsung kecuali berdasarkan pengalaman secara rata-rata. Ada empat pendekatan yang dapat digunakan dalam perencanaan standar waktu tenaga kerja adalah sebagai berikut:
· Studi Waktu dan Gerakan
Studi waktu dan gerakan dapat memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang waktu tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menunjukkan tiap operasi tertentu. Hasil studi waktu dan gerakan dapat memberikan data masukan dasar untuk pembuatan jam tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk memenuhi produksi yang sudah direncanakan.
· Biaya Standar
Jika system akuntansi biaya standar digunakan, analisis yang seksama dari kebutuhan jam tenaga kerja langsung per unit produksi biasanya sudah dibuat. Standar waktu tenaga kerja per unit produk yang digunakan dalam system biaya dapat digunakan untuk memperoleh kebutuhan jam pekerja.
· Perkiraan Langsung oleh Penyelia
Dalam membuat perkiraan, manajer harus mendasarkan pada
1. pertimbangan,
2. kinerja departemen yang baru,
3. bantuan dari tingkat manajemen di atasnya,
4. bantuan personel staf teknik.
· Perkiraan secara Statistik oleh Kelompok Staf.
Pendekatan ini sering digunakan untuk departemen produksi yang memproses beberapa produk secara simultan. Ketepatan metode ini tergantung pada apakah catatan biaya dan keseragaman proses produksi dari periode ke periode dapat dipercaya. Meskipun beberapa metode jam tenaga kerja langsung yang lain digunakan, rasio jam tenaja kerja langsung historis bagi keluaran yang produktif seringkali merupakan pemeriksaan yang baik pada ketepatan metode lain yang digunakan.
2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja langsung
Anggaran biaya tenaga kerja langsung merupakan bagian dari anggaran tenaga kerja, yang secara terperinci akan memuat:
· Jenis barang yang dihasilkan
· Jumlah barang yang diproduksi
· Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi
· Jumlah jam buruh langsung untuk setiap jenis barang
· Tingkat upah rata-rata per jam buruh langsung
Dalam penyusunan anggaran biaya tenaga kerja, perlu dipertimbangkan factor-faktor berikut:
a. Anggaran unit yang harus diproduksi, khususnya rencana tentang jenis/kualitas dan kuantitas barang tersebut.
b. Standar waktu yang digunakan yang dapat didasarkan atas data historis atau pengalaman di waktu yang lalu serta atas dasar penelitian khusus yang disebut studi gerak dan waktu (time and motion study)
c. System pengupahan atau system pembayaran upah yang bisa didasarkan atas waktu,output (hasil) atau intensif.
Pengendalian biaya tenaga kerja langsung sering merupakan masalah utama bagi manajemen. Pengendalian yang efektif dari tenaga kerja langsung tergantung pada kemampuan penyelia, pengawasan langsung, dan laporan kinerja. Dua elemen utama pengendalian biaya tenaga kerja langsung adalah
1. perhatian sehari-hari pada biaya tersebut dan
2. laporan kinerja dan evaluasi hasil.
Untuk pengendalian yang efektif, jumlah yang dianggarkan mungkin memerlukan pembetulan untuk memperlihatkan peristiwa yang mempunyai pengaruh yang besar pada biaya tenaga kerja diluar pengendalian dari penyelia yang bersangkutan.
Contoh Soal
Pada tahun 2014 dalam sebuah perusahaan, tenaga kerja langsung di pabrik di golongkan menjadi 3 tingkatan, yakni golongan 1.2.3
Upah Perjam tenaga kerja langsung masing masing golongan adalah:
· Golongan 1=Rp.450 /orang/DLH
· Golongan 2=Rp.600 /orang/DLH
· Golongan 3=Rp.750 /orang/DLH
Jumlah masing masing golongan adalah:
· Golongan 1 = 50 orang
· Golongan 2 = 20 orang
· Golongan 3 = 5 orang
Penyelesaian
Tingkat Upah rata rata tenaga kerja langsung adalah
Golongan
|
Tingkat upah/jam/orang
|
Jumlah Tk (orang)
|
Jumlah DLH(jam)
|
Jumlah
|
1
|
450
|
50
|
100
|
2.250.000
|
2
|
600
|
20
|
100
|
1.200.000
|
3
|
750
|
5
|
100
|
375.000
|
Total
|
75
|
100
|
3.825.000
|
Tingkat Upah Rata rata=Rp. 3.825.000/7.500=Rp.510 /DLH
0 komentar:
Posting Komentar